21. Kehadiran Abila

422 75 54
                                    

"Kehadiranmu merubah semuanya."

-Random

***

Selepas lamarannya disetujui Aldina berkat mengiming-iminginya dengan uang. Kini lelaki itu tengah berada di rumah gadis itu dan meminta restu kepada Mamak untuk segera menikah.

"Kamu tidak lagi hamilin Aldina kan, Gas?" tanya Mamak dengan curiga. Wajar saja, minggu depan mereka mendadak menikah, ibu mana yang tidak terkejut?

"Bukan gitu, Mak. Kita ingin mempercepat waktu, bukankah hal baik harus disegerakan?" perkataan Bagas membuat Mamak mengangguk-angguk.

"Lalu kuliah kamu bagaimana? Kamu juga belum bekerja kan? Nanti Aldina kamu kasih makan apa?" tanya Mamak dengan serentetan pertanyaan.

"Satu tahun lagi kuliahku sudah selesai, lagipula aku sudah menabung selama menjadi asisten dosen. InshaAllah cukup." terang Bagas.

"Baiklah. 2 minggu lagi kalian menikahnya,"

"Kok 2 minggu lagi!" Aldina menjerit dengan teko ditangannya.

"Kamu kok ngebet mau kawin sih!" kata Mamak heran.

"Demi uang, Mak. Gak usah bekerja tapi punya uang adalah impian semua wanita di dunia." batin gadis itu.

"Emang Mamak gak mau punya cucu yang lucu?" tawaran Dina membuat Mamak mendengus.

"Ngebet kawin rupanya," gumam wanita berumur itu.

"2 minggu lagi, atau tidak sama sekali!" Aldina kicep. Lebih baik diundur saja daripada gagal kawin.

"Iya-iya 2 minggu lagi," kata Dina pada akhirnya.

Mamak pun berlalu masuk ke dalam rumah setelah selesai acara meminta restu. Kini ada sepasang pria dan wanita yang duduk canggung. Tidak seperti biasanya yang selalu heboh.

"Gas!"

"Din."

"Kamu duluan," ucap Bagas.

"Ini beneran kita mau menikah ya? Aku gak bisa bayangin kalau sudah nikah!" gadis itu menutupi wajahnya malu. Selama ini status mereka hanya berteman, bukan naik level menjadi pasutri.

"Pasti canggung ya? Gak papa kok, nanti biasain dulu." kata Bagas lembut.

Siapa sih yang tidak jatuh hati kepada lelaki lembut seperti dia? Lelaki yang berwajah tampan, taat ibadahnya, berakhlak baik, mapan, sopan, dan mengerti wanita.

Aldina merasa tidak pantas jika disandingkan dengan lelaki yang nyaris sempurna itu. Mengingat ibadahnya yang masih suka bolong, juga kelakuannya yang jauh dari kata baik, bonusnya hanya wajah cantik yang ia punya.

Apalagi kemarin ia membohongi lelaki itu tentang ia yang sudah tidak perawan. Tambah menyesal ia dan merasa tidak pantas.

"Maaf kalau aku banyak kurangnya, Gas. Aku merasa gak pantas buat kamu." kata Dina dengan nada sedih.

"Bicara apa sih? Aku gak butuh wanita sempurna, aku hanya butuh orang yang memahamiku. Itu saja." Aldina mewek mendengar ketulusan itu.

"Kamu tahu kan, Gas? Aku hanya tamatan SMK, tidak sebanding dengan kamu yang sebentar lagi mendapat gelar Magister-"

"Jangan membandingkan hal itu, Aldina! Aku gak suka percaya diri kamu turun!" Bagas nampak kesal dengan gadis yang tengah insecure itu.

"Kamu mempunyai kelebihan, kamu moodboster semua orang, berkat kamu orang yang tadinya murung menjadi ceria. Jadi jangan merasa kurang atas diri kamu sendiri," perlahan Aldina tersenyum kembali mendengar penuturan itu.

"Iya calon bapak kepala keluarga, maafkan calon ibu pendampingmu ini ya!"

***

Aldina kini tengah berada di Ramasinta, membeli beberapa bedak dan pelembab. Tak sengaja ia bertemu wanita cantik dengan pakaian tertutup saat ia keluar dari swalayan, wanita itu juga memakai cadar.

"Assalamualaikum, Aldina ya?" gadis yang disebut namanya mengernyit.

"Waalaikumussalam, siapa ya?" tanya Dina.

"Aku Abila," Aldina pun mengangguk mengerti.

"Ada apa, Bil?"

"Kita duduk dulu ya. Aku mau bicara sebentar." Aldina mengikuti langkah wanita berkaus kaki itu.

Mereka duduk di salahsatu kedai kopi dan memesan coffee latte.

"Langsung aja, Bil. Aku ada acara habis ini." kata Dina tak suka basa-basi. Lagipula ia memang terburu-buru, ia akan pergi ke percetakan undangan habis ini.

"Kamu kan dekat dengan Mas Bagas," sepertinya Dina tahu percakapan ini mengarah kemana.

"Aku bisa minta tolong?" Aldina yang tadinya menyeruput kopi hanya bisa mengangguk.

"Tolong bilang ke Mas Bagas, Abah mengundangnya ke rumah," hampir saja kopi yang ia seruput menyembur ke Abila saking terkejutnya.

"Apa-apaan nih?" batin Aldina mendadak kesal.

"Memang ada acara apa ya?" Dina berusaha meredam amarahnya.

"Abah menerima lamaran Mas Bagas. Abah berkata-"

"Kenapa kamu gak bilang sendiri?" potong Aldina. Wanita yang ditanya malah menunduk dalam.

"Mas Bagas tidak bisa dihubungi, ia juga selalu menghindar saat bertemu di kampus." kata Abila sedih.

Bagas bertemu Abila saat masa ospek kuliah, sudah hampir 5 tahun hingga kini mereka melanjutkan pendidikan S2 bersama-sama, namun sayangnya saat Bagas berniat melamar gadis idaman itu, ia malah dipatahkan dengan penolakan karena keterlambatan yang tidak diketahui secara pasti.

Abila Ainayya, namanya secantik dengan wajah dan kepribadiannya. Putri dari pemilik pondok ternama Tebu Ijo, gadis yang disegani selain karena status anak pendiri ponpes, tetapi karena kecerdasan dan sifatnya yang lembut.

Visual Abila, gadis berusia 23 tahun seperti Aldina, berkulit putih dan berpipi merah jambu, berbulu mata lentik dan mata yang indah, tutur katanya lembut ditambah ia calon hafidzah. Wanita idaman semua lelaki.

"Nanti coba aku bilangin ya, Bil. Maaf nih aku buru-buru mau pergi." Aldina mengambil tasnya.

"Ah iya, boleh minta satu hal lagi? Tolong bantu aku agar Mas Bagas bersedia datang ke rumah. Ada hal penting yang akan dibicarakan dengan Abah." tutur Abila dengan sorot pengharapan.

"Akan aku usahakan ya? Kamu kan tahu dia kadang sulit dibujuk," Aldina sudah berdiri dari tempat duduknya.

"Kalau ia tidak mau, tolong bilang kalau kita akan menikah secepatnya, Abah sudah setuju begitu juga dengan Ummah," mata Aldina membola mendengar perkataan Abila.

"Me-menikah?" cicit Dina.

"Tolong katakan padanya ya! Syukron, Aldina." senyuman Abila mungkin tidak nampak karena tertutup cadar, namun melihat mata indahnya melengkung membuat Dina menarik nafas.

"Saingan keras, lur. Mau kawin ada aja ujiannya," batin Aldina pasrah.

"Akan aku usahakan ya, Bil. Kamu juga harus mempersiapkan hal terburuknya!" Aldina mendekat ke arah Abila.

"Bagas bukan tipe yang mengambil kembali apa yang sudah dibuang sebelumnya," Aldina menarik senyum keatas dan meninggalkan gadis itu.

"Udah cocok dapat peran antagonis belum?" 😏

***

Tebak Dindin kawin sama siapa hayoo *Nikah dulu thor -Aldina.

Bntar lagi mo tamat😥

Sweety HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang