09: malam yang indah

113 38 5
                                    

"Aduh... dimana sih uangnya."-Ucap Difa panik, sedangkan orang - orang yang mengantri di belakang Difa, kesal setengah mati,karena Difa tak kunjung usai, hanya membayar belanjaan yang tidak seberapa saja lama nya kebangetan.

"gimana mbak? bisa di percepat, karena bukan mbak saja yang ingin membayar."-Ucap pelayan supermarket pada Difa.

"Maaf ya seben-"-ucapan Difa terpotong oleh seseorang yang menaruh minuman di kasir juga mengatakan bahwa ia akan membayar belanjaan milik Difa.

"Satuin aja mbak."-Ucap lelaki itu. sedangkan Difa? Sungguh, Difa bertanya tanya pada dirinya, benarkah itu dia? mengapa bisa? bahkan dia tidak mengenal dirinya, apa yang harus dirinya lakukan sekarang?

Difa dan lelaki itu bergegas keluar dari supermarket.

"Kak!"-Panggil Difa, setelah lelaki itu pergi dan meninggalkan Difa dengan 1 botol minuman, Ia menoleh karena merasa dirinya di panggil, tentu responnya hanya menaikkan alis tebalnya, seolah olah ia bertanya ada apa?.

Difa berjalan mendekati cowok itu.

"Makasih ya, uang nya nanti aku ganti di sekolah, apa mau sekarang aja? tapi aku gak bawa uang, uang aku ilang."-jelas Difa dengan menundukkan kepalanya, bukan karena takut. tapi ia sedang menahan detak jantungnya yang sedang berdetak tak karuan, Ya, orang itu, orang yang membantu Difa adalah Nata.

"itu aja?"-Nata bertanya pada Difa, tentunya tanpa ekspresi, Difa hanya menyeritkan dahi nya, tak mengerti.

"Ah iya, kalo kakak mau sekarang di ganti nya, gimana kalo kakak ikut aku ke rumah, biar aku ganti uang kakak."-ucap Difa sedikit gugup menjelaskannya.

"Kita satu sekolah?"-Tanya Nata

"Iya, kita satu sekolah, aku yang nabrak kakak tadi siang di sekolah."-Ucap Difa, Difa masih tak berani menatap Nata, Difa berkata dengan tidak melihat wajah Nata.

"gak usah di ganti."-Ucap Nata, setelah mengucapkan itu, Nata melenggang pergi, meninggalkan Difa yang masih saja gugup.

"KAK NATA!"-panggil Difa sekali lagi, Difa berlari mendekati Nata, yang belum jauh pergi dari posisi sebelumnya.

"Apa lagi?"-Tanya Nata.

"Gimana kalo kakak mampir dulu ke rumah, aku merasa gak enak sama kakak."-Ucap Difa dengan jujur, dan lagi, tanpa menatap Nata.

"Bahkan lo tau nama gue? kita saling kenal?"-Ucap Nata, terheran ketika Difa memanggil nya dengan Nama.

"Apa? Kita? akhirnya ada kata kita diantara kita berdua kak."-Batin Difa merasa senang, ketika Nata mengucapkan kata 'Kita'.

"Ah itu, em.. anu."-Difa bingung harus menjawab apa dirinya?

"Aduh Dif, bodoh banget sih, pake keceplosan segala."-Batin Difa merutuki dirinya.

"Kalo gak ada lagi yang mau di omongin, gue pergi."-Ucap Nata sedikit mengancam.

"Eh tunggu kak."-Cegah Difa, seraya merentangkan tangannya di hadapan Nata, melarang Nata pergi.

"Mau lo tuh apa?"-Tanya Nata sedikit geram pada Difa.

"kita pacaran."-Ucap Difa keceplosan. dengan sigap, Difa memukul pelan mulutnya, yang tidak bisa di rem ketika dirinya merasa gugup.

"Pacaran?"-Beo Nata berbicara, Nata heran dengan Wanita di hadapannya, kenal saja tidak, tapi ingin berpacaran dengan dirinya.

"Eh, bukan kak! ituuu."-Ucap Difa gugup setengah mati. Nata begitu terheran dengan gadis yang satu ini, apa yang dia inginkan, padahal, jika ingin mengganti uang itu, bisa besok di sekolah, jika ia mau, tapi gadis ini? malah memperumit semuanya.

Arah langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang