19 : Ungkapan Arkan

75 22 3
                                    

Now playing || I'm ok - ikon

Maaf kalo ada typo
Selamat membaca ~~

Secret Admirer

Chapter 19 : Ungkapan Arkan

masih mau ngejar dia? itu hak lo. yang penting gue udah utarain perasaan gue, gue gak bakal ganggu hubungan lo sama dia, tapi gue bakal nunggu lo datang ke gue, jangan sungkan buat datang, bila nanti lo lelah mengejar nya. ingat! masih ada hati yang menunggu mu untuk singgah.

o0o

"Eh..."-Difa menoleh, melihat tangan siapa yang juga menginginkan Novel tersebut. gadis yang sepertinya seumuran dengan dirinya, yang juga menginginkan novel Shea.

"Lo ambil aja."-Ucap gadis itu, merelakan Novel Shea untuk Difa, karena memang di gramedia ini hanya sisa 1 saja Novel Shea.

"Serius??"

"Iya, gue pergi."-Ucap nya, dan langsung pergi meninggalkan Difa.
jangan tanyakan dimana Nata, Nata hanya menunggu Difa di depan Gramedia, tidak ikut masuk karena malas melihat banyak nya buku di dalam. Difa senang Nata mau menunggunya, walaupun tidak ikut masuk ke dalam. entah apa yang terjadi pada Nata, hingga bersikap manis pada Difa. Difa harap, Nata tidak akan lagi bersikap dingin padanya, selalu seperti ini, sekarang maupun nanti.

Selesai membayar buku yang di beli nya, Difa bergegas keluar dari Gramedia. ternyata Nata masih setia menunggu nya, padahal cuaca hari ini cukup panas walaupun senja akan hadir.

"Udah?"-Tanya Nata dengan tangan yang masuk ke dalam saku celana nya. Difa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Langsung pulang aja?"

"Iya, udah sore juga. emang mau kemana lagi?"

"Siapa tau lo pengen lebih lama lagi sama gue."-Ucap Nata dengan percaya diri. Difa menahan tawa nya, karena dikira Nata tidak akan seperti ini. mengingat sikap yang ada pada diri Nata sebelum sekarang, menjadi alasan mengapa dirinya menahan tawa. dikira Nata itu datar, tapi ternyata bisa seperti ini juga.

"Nggak lah, ngapain juga."-Sangkal Difa.

"Ketawa aja kali, gausah di tahan tahan."-Nata menyadari bahwa Difa menahan tawa nya.

"Nggak kok, udah yu pulang."-Ajak Difa pada Nata yang masih setia berdiri.

o0o

"Assalamualaikum.. Difa pulang.."-Ujar Difa ketika mulai memasuki rumah. tak ada yang menjawab, hanya terdengar suara riuh saja dari arah dapur, sepertinya Nadia sedang masak untuk makan malam, jadi tidak mendengar ucapan salam Difa.
David pun sepertinya masih ada kelas di kampus nya, Papa nya juga masih di kantor, tak heran jika tidak ada yang menjawab salam dari Difa.

Difa menghampiri Nadia di dapur, terlihat sang mama yang asik dengan alat dapur nya. hari - hari yang melelahkan, mengapa dirinya harus mengenal sahabat jika nanti nya akan seperti ini, Difa rela jika harus melepaskan Nata, ia tidak ingin kehilangan sahabat nya. Alisya adalah orang pertama yang Difa kenal sejak masuk SMA, jika tidak ada Alisya, mungkin Difa tidak memiliki teman sekarang. karena memang, Difa tak pandai dalam hal bersosialisasi, bukannya tidak ingin berteman, hanya saja dirinya tidak tahu bagaimana cara berteman yang baik. ia tidak bisa memulai percakapan, ia takut, bila dirinya hadir diantara mereka, akan menjadi benalu saja untuk mereka. walaupun dirinya ramah, mudah tersenyum, tapi jujur ia tak pandai dalam hal berteman.

Arah langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang