12 : the real secret admirer

112 35 3
                                    

Pagi - pagi sekali, tepat pukul 3 pagi, Difa terbangun dari tidurnya, dengan segera, Difa beranjak dari kasurnya, menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

"Aku buat nasi goreng aja kali ya."-Gumam Difa, Memang, Difa sengaja mempersiapkan Alarm untuk berbunyi pada pukul 3 pagi, hanya untuk menyiapkan bekal untuk Nata, katakan saja Difa bodoh, karena terlalu antusias hanya untuk hal seperti ini.

"Tapi aku kan gak bisa masak, liat youtube aja kali ya."-Bukan karena apa- apa, Difa memang tidak bisa memasak, karena hal yang paling Difa benci adalah ketika dirinya mendekati alat alat dapur, apalagi sampai memasak, karena Difa memiliki kenangan buruk tentang memasak.

"Apa aku telfon Alisya aja? buat nemenin aku masak, takut juga kalo sendirian di dapur."-ucap Difa, karena sedari tadi, hanya suara jangkrik lah yang menemani Difa, memang salahnya, terbangun dini hari hanya untuk hal seperti itu, tapi Difa menganggap ini semua adalah tantangan. Tantangan dan perjuangan dirinya untuk bisa menunjukkan pada Nata, bahwa dirinya mencintai Nata.

jangan tanyakan seberapa lama dirinya mencintai Nata, jangan tanyakan seberapa banyak cinta untuk Nata, yang terpenting hanyalah, seberapa tulus Difa mencintai Nata.

"Gak mungkin jam segini Alisya udah bangun."-Ucap Difa, lagi pula, siapa sih yang mau bangun dini hari? apalagi sebelumnya sudah melakukan kegiatan yang melelahkan.

"Ah masa bodoh, aku harus coba sendiri. Bismillah..."-Ujar Difa. Difa bergegas keluar dari kamar nya dengan perlahan, karena bahaya jika ia sampai membangunkan warga rumah lainnya, pasti akan banyak pertanyaan yang dilontarkan mereka pada Difa, salah juga jika Difa mulai masak dini hari, karena jika sudah sampai di sekolah, tidak mungkin makanan tersebut masih hangat, lalu apa yang akan Difa lakukan?

Setelah sampai di Dapur, Difa terduduk diantara salah satu kursi di meja makan, memikirkan akan masak apa dirinya?

Difa telah mencoba berbagai macam masakan, dan yah, sesuai ekspetasi, tidak ada satupun makanan yang siap saji, Gagal. Pertama, Nasi goreng, sudah jadi, namun setelah di coba rasanya begitu asin, kedua sandwich, dan lagi, rasanya sangat aneh.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi, berarti, Difa mengabiskan waktu selama 2 jam hanya untuk membuat makanan, dan sia sia, tidak ada yang jadi.

"Hufttt."-Hanya menghela nafas yg bisa dilakukan oleh Difa saat ini, karena jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi, berarti tak lama lagi kedua orang tua nya pasti akan terbangun. jika dapur ini belum beres, maka tamatlah riwayat Difa.

"Loh, adek? kamu ngapain jam segini udah di dapur?"-Terdengar suara seseorang yang bertanya pada Difa. Tubuh Difa menegang seketika, setelah mendengar dan menyadari siapa yang bertanya pada dirinya.

"Mampus kamu dif.."-ujar Difa sangat pelan. Difa membalikkan tubuhnya, menghadap sang mama. dengan segera, Difa menarik mama nya menjauh dari dapur,  berniat untuk mengalihkan mama nya dan menjauhkan mama nya untuk tidak melihat keadaan dapur.

"Ada apa sih narik narik mama, mama mau wudhu ini."-Ucap mama sedikit kesal, karena Difa yang tiba tiba menarik nya untuk menjauh.

"Kamar mandi di dekat dapur banyak kecoa nya, tadi aku udah kesana, mending mama Wudhu di kamar mandi bang David aja."-Ucap Difa menakut nakuti mama nya.

"Ah masa sih, baru kemarin mama bersihin, masa banyak kecoa."-Kata mama, tidak percaya akan perkataan Difa.

"Ih itu mah, ada bangke tikus, jadinya banyak kecoa."-Difa masih belum menyerah. terus menghasut mama nya untuk tidak pergi ke kamar mandi di dekat dapur.

"Bangke tikus? jijik amat, yaudah mama wudhu di kamar mandi si abang aja, kamu cepet cepet mandi, nanti kesiangan lagi."-Ucap mama, Akhirnya percaya akan perkataan anak nya.

Arah langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang