Part 12

1.3K 115 42
                                    


Sorry for typo, don't forget to vote and comment.

_______________

Mean memasuki apartemennya. Jujur ia seakan ingin gila saja. Bagaimana bisa? Instingnya langsung menyuruhnya untuk melakukan itu kepada Plan. Padahal ia tahu sendiri kalau ia tidak mencintai Plan, ia hanya mencintai Saint. Baru beberapa jam yang lalu ia baru saja melakukan 'itu' kepada Saint terus beberapa jam kemudian ia langsung melakukan 'itu' juga kepada Plan.

Mean memukul-mukul kepalanya beberapa kali. Ia menyesali perbuatan bodohnya itu. Tapi ia juga memuji betapa indahnya tubuh Plan.

"Tidak! Tidak! Aku pasti sudah gila," ujarnya sambil memukul kembali kepalanya.

"Mean ada apa? Kamu dari mana? Tadi malam aku mencarimu tapi kamu tidak ada di kamar?" Saint bertanya beruntun.

"Ah, aku sedang mencari udara segar, tadi malam aku tidur di luar cari angin." Bohong Mean.

"Benarkah?"

"Ya,"

Saint langsung memeluk tubuh Mean.

"Kamu sudah baikan? Apa tidak sakit lagi?"

Mean bertanya tentang keadaan Saint karena ia melihat Saint berlari kecil ke arahnya.

"Sudah tidak apa. Kita melakukannya bukan baru pertama kali dan ini sudah kesekian kalinya, jadi sudah tidak sakit lagi."

Mean ingat kalau ia meninggalkan Plan di hotel itu sendirian. Bagaimana dengan keadaannya? Apakah dia sudah bisa berjalan? Apakah ia sudah pulang ke rumahnya? Berbagai macam pertanyaan muncul di kepalanya. Tadi malam ia memasuki Plan dengan sangat kasar lalu meninggalkannya begitu saja.

"Aku seperti seorang bajingan," ujarnya dalam hati.

"Ada apa?" tanya Saint yang melihat raut wajah kekasihnya yang tiba-tiba berubah.

"Aku hanya kepikiran sesuatu,"

"Jangan terlalu banyak berpikir,"

"Hmm,"

.
.

Plan terus saja melihat ponselnya seharian ini tapi tidak ada telepon atau sms dari Mean. Jujur ia ingin bertanya kenapa Mean kenapa dia begitu tega melakukan itu padanya. Ia seperti barang yang habis manis sepah dibuang. Jujur sangat sakit yang dirasakan olehnya.

Keesokan harinya, Plan menuruni tangga hendak akan pergi ke kantor. Tapi ada yang aneh.

"Akhh," ringis Plan yang merasakan sakit di pantatnya.

Nha melihat putranya itu berjalan tidak sewajarnya. Ia jadi heran kenapa putranya itu menjadi seperti itu. Dan seharian kemarin juga putranya itu tidak keluar kamar dan tidak mengisi perutnya sama sekali.

"Plan, kamu mau ke mana, nak?" tanya Nha. "Plan kenapa dengan wajahmu? Dan kenapa dengan cara jalanmu?" tanya Nha beruntun.

Plan bingung harus menjawab yang mana. Ia hanya bisa sedih mendengar pertanyaan dari sang ibu.

"Plan kamu kenapa nak? Cerita sama ibu,"

"Tidak ada ibu," bohong Plan.

"Plan, ibu sedih kalau lihat kamu seperti ini nak," ucap Nha sedih.

"Maaf ibu,"

Nha langsung memeluk tubuh putranya itu. Ia sedih jika melihat putranya yang seperti itu.

"Sebaiknya kamu tidak usah ke kantor. Ibu siapkan sarapan dan obat buatmu, ya?"

Plan mengangguk.

Darkside Mean Phiravich ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang