Part 2

1.6K 171 49
                                    


Sorry for typo, don't forget to vote and comment

_____________

Tidak terasa sudah lima bulan lamanya, Mean dan Plan berteman. Begitu banyak cemoohan dan juga hinaan yang mereka lontarkan untuk Mean. Tapi Mean seakan menulikan kedua telinganya, ia hanya fokus pada Plan yaitu mendekati Plan dan melancarkan aksi balas dendamnya kepada keluarga Type Rathavit Kijworalak--- Ayah dari Plan Rathavit Kijworalak. Bahkan Mean juga menghiraukan tatapan tak suka dari kedua sahabat Plan yaitu Gun dan Coo.

Hari demi hari kedua 'anak adam' itu pun semakin dekat, Plan sekarang justru lebih sering bersama Mean daripada bersama kedua sahabatnya itu.
Plan semakin lengket saja kepada Mean, dan Plan bahkan jarang bergabung dengan kedua temannya itu. Entah kenapa, seperti ada daya tarik sendiri buat Plan ketika ia bersama dengan Mean.

Plan bahkan menghiraukan teriakan dan juga protes-protesan dari kedua sahabatnya Gun dan Coo. Plan begitu menyukai Mean yang pendiam seperti itu, beda terbalik dengan dirinya yang cerewet. Seperti halnya sekarang mereka sedang berada di perpustakaan banyak mata yang melihat ke arah mereka.

Plan sekarang sedang memandang Mean yang lagi fokus membaca bukunya, sedangkan ia menaruh wajahnya di atas meja beralaskan kedua tangannya. Plan terlihat tersenyum malu-malu melihat wajah cupu Mean yang entah kenapa tampan menurutnya.

Mean yang melihat tingkah malu-malu Plan lewat mata elangnya cuma berdecak malas. Tapi ia berusaha menetralkan itu semua dengan sikap sok polosnya.

"Apakah itu Plan? Ngapain sih dia dekat-dekat dengan anak nerd itu," ujar salah satu siswa yang berada di sana.

"Iya. Padahal Plan 'kan punya sahabat-sahabat baiknya yaitu Gun dan Coo, ngapain sih dia malah bermain dengan anak cupu itu." Ucap salah satu teman orang yang tadi.

"Betul bangettt ... mereka kan semua dari keluarga kaya, ngapain juga berteman sama anak miskin itu!" sinis temannya lagi.

Plan yang mendengar kumpulan para gadis-gadis yang berbisik itu pun memukul keras mejanya.

Brakkk!

Para gadis-gadis itu langsung kaget melihat Plan memukul meja tersebut.

"Yakkk! Kenapa kalau aku berteman dengan dia?" tunjuk Plan kepada Mean. "Aku yang berteman, kenapa kalian yang tidak suka?!"

Kumpulan gadis-gadis itu langsung bubar meninggalkan perpustakaan, sedangkan orang-orang yang lagi duduk 'itu' langsung melihat ke arah Plan. Plan menatap mereka dengan tatapan garang sehingga mereka pun tidak lagi menatap Plan dan melanjutkan aktivitas mereka.

Mean yang melihat Plan seperti itu langsung tersenyum singkat dengan senyum evilnya. Bagaimana tidak? Ia telah berhasil mengambil hati seorang, Plan Rathavit.

("Plan, Plan. Betapa bodohnya dirimu. Ha ... ha ...")

Mean menarik tangan Plan untuk menyuruhnya duduk. Ia pun berbicara selembut mungkin kepada, Plan. "Sudah, Plan. Biarkan saja mereka berbicara sesuka hati mereka, aku tidak marah kok."

Plan yang merasa tangannya ditarik pun langsung menghadap Mean, ia tersenyum melihat Mean yang memegang tangannya. "Tapi, Mean. Aku tidak suka mereka berbicara seperti itu tentangmu!"

"Tidak apa-apa, Plan. Aku baik-baik saja. Sebelum mereka membicarakan 'ku seperti itu, orang-orang di luar sana sudah menghina dan mencemooh ku duluan. Jadi, aku sudah terbiasa dengan itu semua," Mean mengelus tangan mungil Plan sambil ia tersenyum yang agak sedikit dipaksakan kepada Plan.

Pipi Plan merona ketika merasakan elusan tangan dari Mean, entah kenapa ia begitu bahagia bila bersama Mean.

("Dasar! Nikmati saja elusan tangan dariku selama kau bisa, tapi ketika aku sudah masuk dalam hidupmu! Itulah awal dari kehancuranmu anak pembunuh!")

Darkside Mean Phiravich ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang