Part 23

1.6K 126 37
                                    


Sorry for typo, don't gorget to vote and comment.

__________________

Setelah pernikahan Siwon dan Sohyun, kini Plan dan Mean kembali lagi ke rumahnya.

Sepi.

Selalu saja sepi, itulah yang dirasakan oleh Plan ketika suaminya pergi ke kantor. Selalu saja seperti itu. Sudah tiga bulan lamanya semenjak pernikahan Siwon dan Sohyun.

"Lagi mikirin apa, hmm?" suara Mean yang baru saja pulang dari kantornya.

Ia langsung memeluk istrinya dari belakang. Mencium aroma tubuh sang istri yang begitu dirindukannya. Mencium keningnya sebentar dan mengecup singkat bibirnya.

Plan saat itu sedang berdiri di balkon rumahnya sedang melihat pemandangan luar namun dia tidak menyadari kepulangan suaminya itu.

"Kapan kamu pulang? Aku tidak melihatmu?" Plan berbalik dan bertanya kepada suaminya itu. Ia pun mengecup singkat bibir sang suami lalu memeluknya.

Mereka lalu saling berciuman. Ciuman yang penuh cinta bukan nafsu. Mereka saling melempar senyuman setelah selesai melepas tautan bibir mereka.

"Mean, ayo kita ke dokter. Aku ingin kita pergi periksa kondisi kita," ajak Plan. Ia menggenggam tangan sang suami untuk menunjukkan keseriusannya.

"Apa kau yakin?" Mean bertanya memastikan.

"Hmm," gumam Plan.

Keesokan harinya mereka pun pergi ke rumah sakit. Mean dan Plan terus bergandengan tangan. Mereka was-was takut salah satu dari mereka akan mengalami sesuatu yang tidak diinginkan.

Namun semuanya benar terjadi. Dokter yang memeriksa Plan mengatakan kalau rahim Plan mengalami kekeringan. Oleh karena itulah mereka belum memiliki keturunan. Rahim Plan bermasalah karena sempat mengalami keguguran waktu itu. Lebih tepatnya beberapa tahun yang lalu. Karena setelah keguguran tidak ada yang membuahi Plan akhirnya rahimnya mengalami kekeringan.

Sedangkan Mean, dia tidak memiliki masalah sedikitpun. Hanya Plan yang bermasalah.

Plan menangis sesegukan di kamarnya. Semenjak pulang dari rumah sakit dia tidak bicara sepatah katapun. Bahkan suaminya terus saja mengajaknya bicara namun Plan mendiaminya.

"Hiks ... hiks ... kenapa jadi seperti ini? Apa salahku?" Plan terus saja menangis.

Mean tidak kuat melihat itu semua. Hatinya sakit. Ia pun ikut menangis namun disembunyikan. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan istrinya itu. Ini semua salahnya. Kalau bukan karena dirinya semua ini tidak akan terjadi. Kenapa nasib baik seakan tidak berpihak padanya.

Mean mendekati istrinya. Istrinya masih meringkuk di atas tempat tidur sambil menangis sambil menutup tubuhnya dengan selimut.

Mean naik ke atas ranjang dan memeluk istrinya dari belakang. Pelukan yang hangat yang mengatakan kalau kamu tidak sendirian. Ada aku bersamamu. Kita akan melewati ini bersama.

"Stt. Berhentilah menangis. Kita pasti bisa melewati ini semua, kita hanya kurang berusaha."

Mean menenangkan. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya karena tidak kuat melihat keadaan istrinya itu.

Plan semakin terisak. Tubuhnya bergetar.

Mean semakin mengeratkan pelukannya.

Plan bangun dan duduk di tempat tidur begitu juga dengan Mean.

Mata Plan sembab karena terlalu lama menangis. Ia menatap wajah suaminya begitu juga dengan Mean.

"Mean, kalau kamu mau meninggalkanku maka pergilah! Aku tidak akan melarangmu." Plan berucap dengan menguatkan hatinya.

Darkside Mean Phiravich ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang