7

7.2K 599 22
                                    

Sepanjang jalan menuju rumah kos tempat ku tinggal, aku merenung tentang hari ini. Aku merasa sial setelah bertemu Imelda, aku merasakan dampak dari itu.  Dampak pertama, Izzati akan menjauhi ku karena tau bahwa aku pernah menjadi seorang lesbian. Dampak kedua, membuat ku stress karena mengingat masa lalu yang sudah bisa ku kubur, namun karena melihat wajah Imelda kenangan itu muncul kembali.

Terkadang, aku bingung dengan yang nama nya takdir. Takdir baik seolah tak ingin bersahabat dengan ku. Bayang-bayang ibu, perilaku yang ku dapat saat ayah masih hidup, dan yang lain nya cukup membuktikan bahwa takdir buruk lah yang selalu mampir dalam hidupku.

Tanpa ku sangka, aku sudah sampai di rumah kos ku, aku tak sadar jikalau driver ojek online tak menyapaku agar segera turun dari motor nya.
Si Driver mengulang lagi kalau ongkos nya telah di bayar oleh si pemilik akun, ya pemilik akun adalah Izzati. Aku harus berterima kasih padanya. Entah kenapa, sejak bertemu dengan nya, banyak kejutan yang terjadi dalam hidup ku.

Aku melangkah gontai menuju kamar kos ku. Aku lemas, dan sekaligus lapar. Ingin rasanya aku menumpahkan rasa sesal ku ini pada makanan. Walaupun begitu, niat itu ku urungkan, aku juga tak ingin kehilangan pelanggan apabila tubuhku sudah tak sexy lagi akibat terlalu gemuk. Aku tidak ingin membuat tubuhku menjadi gemuk dan tak enak di pandang. Meskipun Mona selalu bilang "orang gemuk lebih cantik di lihat dari pada orang kurus yang keliatan seperti kurang gizi" . Mona ku selalu bisa menghibur ku, kali ini aku akan menceritakan semua kejadian yang aku alami tadi pagi. Namun, aku harus menunggu, karena Mona masih berada di kantor.

Tapi tunggu, Mona kan satu kantor dengan Izzati, baiknya aku telpon saja Mona, apakah Izzati mengunjungi kantor atau tidak hari ini. Aku segera mencari keberadaan tas ku, namun malang, tas ku ketinggalan di mobil Khalid. Aku menepuk kepala ku sendiri akibat sifat pikun ku. Padahal Izzati sudah mengingatkan hal ini sewaktu di rumah sakit tadi.

Aku nelangsa, aku tak tau harus melakukan apa, handphone tak ada, dompet tak ada, bahkan uang tunai pun aku tak ada. Aku masih kepikiran dengan Izzati, sedang apa gadis itu di sana, apakah sudah pulang atau belum? Sudah makan atau belum? Atau ah aku sungguh kehilangan sosok nya saat ini. "Izzati, jangan marah pada ku yah, dan maafkan aku bila merusak hari-hari mu" batinku sambil berusaha menuju dapur untuk memasak makan siang ku. Sebenarnya males sih buat masak sendiri, aku lebih suka beli makanan cepat saji, namun apa daya semua nya tinggal di dalam tas, termasuk dompet . Ya sudah lah, apa mau di kata.

                            *****

Emosi ku masih memuncak setelah keluar dari rumah sakit. Bayang-bayang wajah Imelda serta kata-katanya masih terngiang di telinga ku.

Senyum liciknya masih membekas di ingatanku, dan cara nya menangis akibat di tinggalkan Oija masih membuat ku tak terima. Aku tak mau apabila Oija kembali dengan imelda. Imelda itu sungguh jahat, aku tak mau apabila Oija menjalin hubungan lagi dengan Imelda. Sungguh aku tak Sudi.

Aku menekan tombol hijau di handphone milikku.

"Mas Khalid" nama yang tertera di layar. Ya, aku harus mencari cara agar mas Khalid bertemu lagi dengan Oija. Dan salah satu cara nya adalah memulangkan tas miliknya yang  tertinggal di mobil mas Khalid.

Panggilan pertama tak di angkat, mungkin mas Khalid sedang sibuk. Ku jeda sejenak, lalu ku telpon kembali nomor nya, Alhamdulillah kali ini mas Khalid mengangkat telpon ku.

"Halo, assalamualaikum za" sapa nya dari sana.

"Walaikumsalam , halo bang" balas ku dari sini, aku lumayan takut untuk mengutarakan hal ini, karena aku yakin mas Khalid akan menolak mentah-mentah usul ku.

"Ada apa za? Tumben telpon abang pas siang-siang?" Tanya  mas Khalid pada ku disertai nada bingung , karena aku tak biasanya menelpon dia di saat jam kerja. Ya aku tau mas Khalid sedang menghandle proyek KILIMANJARO, yaitu bisnis properti yang sudah mulai berjalan.

Bawa Aku Hijrah (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang