9

6.3K 570 32
                                    

Hari ini aku akan menepati janjiku, sesuai yang di minta Izzati tadi malam lewat telepon. Aku akan bertamu ke rumah nya hari ini. Setidaknya aku tak terlihat seperti seorang pengecut.

"Mbak Oiiii, buka pintu nya, ni Mona bawa bubur" suara Mona menghentikan ku yang sedang memoles wajah di cermin.

"Iya iya, entar" ucap ku dari dalam sambil melangkah menuju pintu.

"Cieeeee, pagi pagi udah cantik aja, mentang-mentang mau ketemu mbak Za, uhuyy" celetuk Mona sambil nyengir di hadapan ku.

Lagi lagi dia kedapatan jitakan dari ku, yang kurasa itu sudah tak mempan untuk menghentikan aksi jahil nya.

"Kamu nanti siang ada acara ga?" Tanya ku pada nya agak berteriak, karena Mona sedang di dapur mengambil piring.

"Enggak ada, Mona di rumah aja mbak, mumpung weekend" ucap Mona ketika dia sudah berada di kamar ku.

"Yowes, ni bubur nya, makan dulu yuk, lagian mbak kecepatan siap-siap nya, ini masih jam 9 pagi loh" celetuk Mona sambil memasukkan satu sendok bubur ke dalam mulutnya.

"Ya ga apa, mbak kan mau cepetan sampai di sana" balas ku sambil memasukkan satu sendok bubur juga ke dalam mulutku.

                              *****
Pagi ini aku mulai sibuk di dapur. Bukan apa-apa, hari ini aku akan kedatangan seorang tamu yang status nya adalah calon kakak ipar ku nantinya.

Tekad ku mulai bulat, aku akan mencoba mendekatkan Oija dengan mas Khalid. Ku pikir mereka adalah pasangan yang serasi. Namun, mengenai niat ini, aku belum mengutarakan nya kepada ayah.
Aku takut beliau tak setuju atau ada pendapat lain.

Gerak-gerik mas Khalid tadi malam membuat ku merasa hampir yakin jika beliau pun mulai menaruh respect kepada Oija.

Sungguh, ucapan nya tadi malam berbanding terbalik dengan kepribadian mas Khalid yang biasanya cuek terhadap sesuatu, tapi jika berhubungan dengan Oija, beliau selalu tampak ingin tahu bahkan begitu perhatian pada kondisi Oija.

Memang, mas Khalid selalu perhatian kepada semua wanita, karena beliau selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat wanita persis seperti status almarhum ibu nya. Tetapi entah mengapa, sifat perhatian mas Khalid terhadap Oija tidak seperti biasa nya.
Aku merasa ada sedikit harapan, antara mas Khalid dan Oija.

Hari ini weekend, aku dan mas Khalid akan menghabiskan waktu di rumah.  Jadi ini merupakan kesempatan yang baik, jika aku undang Oija untuk bertamu ke rumah ini, karena mas Khalid akan bertemu dengan Oija secara langsung. Semoga saja langkah yang ku ambil benar-benar membawa kebaikan nantinya.

Aku ingin menyiapkan makanan kesukaan Oija, namun aku tak tahu apa makanan kesukaannya. Aku harus menghubungi Mona, sungguh aku begitu bodoh karena tidak meminta nomor handphone Oija.

Aku menuju meja di ruang tamu, aku meletakkan handphone ku di sana setelah sholat subuh tadi.

Aku pun mencari nomor kontak Mona, dan segera memencet tombol hijau di layar handphone.

Tuut tuutt

"Assalamualaikum, halo mbak za" sapa Mona dari sana.

"Walaikumsalam, halo mona" balas ku dari sini.

"Ada apa yah mbak?" Tanya Mona lagi.

"Kamu lagi di mana mon?" Balas ku balik bertanya.

"Ini lagi di kos nya mbak Oi, ada apa yah mbak"? Tanya nya lagi.
Pas tepat sekali, mumpung di situ ada Oija, sekalian saja aku nanya apa makanan kesukaannya.

"Bisa kasih ke Oija sebentar Mon?" Pinta ku pada Mona, sambil menunggu aku mulai gugup, tak tau kenapa.

"Bisa bisa mbak, ni mbak Oi" jelas Mona lagi, dan ku dengar ada cekikikan geli di sana, aku tak tahu apa makna nya. Namun aku cukup tersenyum juga mendengar cekikan mereka.

Bawa Aku Hijrah (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang