18

7K 517 67
                                    

"Za, sini atuh duduk dekat nak Farhan, ajak juga temen mu" ucap ayah sembari melempar senyum kepada Farhan. Laki-laki yang bernama Farhan itu tak ketinggalan, beliau juga melempar senyum pada ku dan semua orang di sekitar meja ini.

Mata ku beralih pada Oija, gadis itu masih menunduk. Ku papah tangan nya untuk ikut dengan ku menuju meja, tak ada perlawanan, dia menurut dengan wajah tertunduk.

"Loh, duduk nya di samping nak Farhan saja, itu khusus untuk kamu Lo" lagi-lagi ayah bersikap membosankan, beliau memang tidak paham kalau aku ini sedang tidak mood.

"Di sini aja yah, Izza lebih nyaman duduk di sini sama Oi" ucap ku dengan wajah serius. Ayah tampak memberi kode kalau aku harus menuruti titah nya untuk duduk di samping Farhan. Namun dengan sangat berat hati, aku pura-pura tak paham dengan apa yang ayah maksud.

Tangan ku dan tangan Oija masih saling bertautan di bawah meja. Oija meremas tangan ku yang kurasa sudah sangat hangat. Tanpa melempar senyum dan kata, aku dan Oija tak perduli apa yang mereka bicarakan. Kami sibuk mengatur detak jantung kami yang sempat terpompa beberapa saat lalu. Mas Khalid tampak terlarut dengan obrolan bisnis ini, hingga tak memperdulikan kepulan asap dari secangkir kopi yang mulai hilang. Begitu juga ayah, beliau cukup asyik melempar humor dengan ayah Farhan, dimana ada yang tidak beres antara ayah Farhan dengan Oija, aku tidak tahu itu apa, tapi yang pasti aku menangkap sinyal-sinyal buruk.
Soal Farhan, beliau memandangi aku dengan malu-malu, ketika mata kami bertemu, dia berpaling ke arah lain, namun ketika aku pura-pura tak melihat ke arah nya, mata itu kembali curi-curi pandang ke arah ku.

"Hahaha, untung saja malam ini kita bertemu yah, jadi anak ku dan anak mu bisa saling mengenal" ucap klien ayah sambil menyesap kopi susu nya.

Ayah tertawa, beliau tampak bahagia, kurasa selain klien, mereka juga teman lama. Ya, pasti kalian tahu bagaimana perasaan ketika bertemu dengan teman lama.

"Yah begitulah pak Rudi, saya sangat tersanjung ketika bapak ingin menanam saham di Perusahaan kami, semoga dengan cara ini status kita bisa berubah, dari yang awal nya hanya teman, menjadi saudara, bahkan besan, bukan begitu yah bu yah?" Ucapan Ayah terdengar memuakkan, aku ingin sekali pergi dari sini bersama Oija, aku sudah tak nyaman dengan arah obrolan ini.

"Ya pasti pak, saya sangat senang jika punya menantu seperti Izza, anak nya cantik, baik, berhijab, dan lemah lembut, persis sekali dengan apa yang Farhan mau" ucap wanita di samping Farhan, tanpa di telisik lebih dalam lagi aku tahu bahwa itu adalah ibu nya.

"Ya begitulah bu, padahal saya tak percaya bahwa kita akan bertemu lagi, ini semua berkat Imelda, untung saja Imelda memberi info tentang kalian" ucapan ayah bak api yang menyambar pada dua lembar kertas, lalu kertas itu terbakar dan remuk menjadi abu. Aku dan Oija saling menatap, kekhawatiran melanda jiwa kami, tampak kegusaran di wajah Oija, kegusaran itu sangat-sangat serius, tangan yang tadi hangat berubah menjadi dingin.

"Ya, Imelda, mana gadis itu, bukan nya dia tadi permisi ke toilet, kenapa lama sekali ?" Ucap klien ayah yang lagi-lagi menyambar hati ku dan Oija. Itu artinya Imelda mendengar suara kami di toilet tadi, dan tak salah lagi, suara wanita yang mengumpat kami tadi di toilet adalah suara Imelda.

Kami diam, seperti ada setan lewat sesaat, dan

"Haii, maaf menunggu terlalu lama yah saudara-saudari, ada urusan yang harus saya selesaikan tadi" tak berapa lama si wanita licik itu tiba, ya Imelda datang membawa kantongan plastik berwarna putih yang aku tak tau isi nya apa, yang pasti itu adalah sekotak makanan terlihat dari kotak makannya, namun isi dari kotak itu tak dapat ku tebak.

"Nah, bagaimana? Sudah saling kenal kan, calon mantu dan calon besan" ucap nya dengan senyum licik nya, mata nya melirik penuh arti padaku dan Oija, tampak ada rasa puas ketika dia berhasil memperkeruh suasana.

Bawa Aku Hijrah (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang