Part 4 Meminta restu

6.5K 441 9
                                    

"Aku takkan berjanji akan menunggumu, tapi bila kita berjodoh, aku yakin hatimu dan hatiku takkan berubah sampai kita dipertemukan kembali"

💞💞💞

Arum telah mengirim email-nya kepada Adji beberapa hari yang lalu. Arum heran sebenarnya untuk apa Adji sampai meminta email-nya. Tapi Arum pun sekali-kali mengecek email-nya di ponsel. Namun belum ada kiriman email dari Adji.
Sebenarnya dia juga memiliki perasaan yang sama dengan Adji. Kangen. Rindu. Entah apalah namanya, yang jelas ketika Adji menelponnya ada perasaan berbunga-bunga di hatinya.

"Sepertinya aku benar-benar sudah jatuh cinta dengan Kak Adji" gumam Arum tersenyum.

Arum menatap langit-langit kamarnya. "Kalau kak Adji tiba-tiba melamarku aku harus jawab apa, ya? Soalnya aku masih kuliah, terus Kak Adji tinggal di London. Ayah pasti nggak akan mengizinkan aku tinggal di London sama kayak Mba Aisha waktu dilamar Kak Ken. Apa Kak Adji juga mau nantinya meninggalkan London? Ah, kenapa jadi rumit begini"

Sampai tengah malam pun Arum tidak bisa memejamkan matanya. Dia pun mengecek lagi ponselnya dan tring ... sebuah email masuk. Email dari Adji. Arum pun tidak sabar untuk membukanya.

Assalamualaikum.

Arum sebenarnya ada yang ingin Kakak sampaikan waktu menelpon kamu tempo hari. Tapi karena sedang kerja jadi kakak cancel dulu.

Arum, jika rindu dan cinta berkumpul menjadi satu muaranya adalah pernikahan agar perasaan ini tidak menjadi dosa nantinya. Apa Kakak terlalu cepat menyatakan perasaan ini, namun perasaan ini tidak bisa dibendung lagi. Sepertinya Kakak sudah jatuh cinta denganmu.

Maukah kamu menjadi istri Kakak? Tidak usah dijawab sekarang. Satu minggu mungkin Kakak bisa mendengarkan jawaban dari kamu.

Sudah dulu, ya. Beberapa hari ini kurang tidur karena terbayang gadis Indonesia ini.

Miss You cause I love you.

Wassalamualaikum

Adji-London

Arum senyum-senyum sendiri ketika membaca email Adji, ternyata perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.

"Apa artinya aku dilamar" gumam Arum.

Ah, Arum sudah gila malam ini. Sudah berapa kali dia membaca email dari Adji, laki-laki yang sudah menempati ruang hatinya itu.

Di kampus pun ekspresi bahagia Arum bisa terlihat jelas oleh temannya Anggun.

"Bahagia banget, Non" tegur Anggun.

"Keliatan banget, ya?" tanya Arum heran.

"He-eh. Dapat lotre atau cowok ganteng?" tanya Anggun.

"Kak Adji melamarku lewat email, Non. Aku harus jawab apa?" cerita Arum.

"Ya, mana aku tahu. Orang kamu yang mengalami" sungut Anggun.

"Yaelah. Aku kan minta pendapat gitu. Aku kan masih kuliah" balas Arum sewot.

"Ya, gimana kalian berdua. Dia mengizinkan kamu tetap kuliah nggak? Terus dia di London gimana itu, LDR-annya jauh banget. Kalau salah satu nggak ada yang mau mengalah, ya, repot juga, Rum" ujar Anggun memberi pandangan kepada Arum.

Arum terdiam. Benar juga sih apa yang dikatakan Anggun. Banyak hal yang harus dia pikirkan sebelum mengambil keputusan.

"Emang kamu udah siap menikah?" tatap Anggun.

"Hm, dibilang belum, ya, gimana kalau orang yang dicintai melamar, masa ditolak" jawab Arum tersenyum.

"Apa nggak terlalu cepat, Rum?. Kamu kan belum lama kenal dengan dia" 

My Beloved Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang