Part 14 Pengakuan Arum

6.7K 445 6
                                    

"Meskipun perjalanannya tidak mudah, semoga denganmu bisa menjadi lebih indah"

💞💞💞


Setahun yang lalu

"Di mana aku?" tanya Arum panik setelah sadar dari pingsan. Kepalanya berdenyut dengan luka perban dimana-mana

"Awww !!!" Arum meringis kesakitan ketika menggerakkan sebagian badannya.

"Tenanglah, Nak. Kamu ada di rumah Ibu Nining dan Pak Abdullah. Jangan banyak bergerak dulu" ujar Bu Nining.

Arum menatap wanita separuh baya yang duduk di dekatnya,  mungkin seumuran dengan ibunya.

"Oya, siapa namamu?" tanya Bu Nining.

"Nama?"

Arum coba mengingat namanya tapi entah mengapa memorinya tidak dapat mengingat namanya sendiri.

"Kamu nggak ingat?" tanya Bu Nining lagi menoleh ke arah suaminya.

"Ya, sudah kita panggi kamu, Ayu saja, ya, Pak"

"Iya, Bapak setuju saja"

"Istirahatlah" ujar Bu Nining mengelus pundak Arum dengan kasih sayang karena anak-anak mereka telah pergi merantau semua.

Setiap malam menjelang Arum tidak bisa memejamkan matanya. Dia selalu teringat peristiwa kecelakaan mengerikan itu. Mobil yang tiba-tiba masuk ke jurang dan tubuhnya yang terpental keluar dari kaca mobil selalu terbayang.

"Aaaaaa!!!!" Arum menjerit histeris.

"Ayu, kamu kenapa, Nak?" tanya Bu Nining masuk ke kamar Arum setelah mendengar jeritan Arum diikuti pula oleh Pak Abdullah.

Arum masih berteriak tidak karuan sambil memejamkan mata dan memegang kepalanya.

"Ya, Allah, Pak. Kenapa dengan gadis ini?" toleh Bu Nining panik ke arah suaminya.

"Bapak juga tidak tahu, Bu" jawab pak Abdullah.

Berminggu-minggu hingga berbulan-bulan Arum hanya mendapat perawat di rumah saja karena tempat tinggal Bu Nining jauh dari puskesmas apalagi rumah sakit.

Setelah luka di kepalanya sembuh, memori ingatan Arum berangsur membaik, dia ingat namanya bahkan mengapa sampai dia bisa ikut menjadi korban kecelakaan. Alasan dia mengikuti kegiatan Mapala karena ingin melupakan Adji yang nyatanya tidak bisa juga dia lupakan. Hal itulah yang membuatnya kadang menangis kadang juga tertawa sendiri seperti orang tidak waras. Menangisi takdirnya dan tertawa kenapa Adji tidak bisa lupa dari ingatannya.

Arum tidak mau memberitahu Bu Nining atau Pak Abdullah bahwa memori jangka pendeknya sudah kembali. Namun memori yang sudah terjadi bertahun-tahun lamanya dia tidak ingat. Apalagi setelah penduduk desa tahu keberadaannya, tidak sedikit para pemuda desa datang ke rumah Bu Nining untuk berkenalan dengannya. Arum merasa asing di desa itu, dia juga tidak mau diganggu oleh pemuda desa yang nanti menaruh hati kepadanya. Arum akhirnya berpura-pura tidak waras di depan mereka. Sehingga mereka pun menjauh dari Arum.

'Aku tidak tahu di mana desa ini. Aku juga tidak tahu jalan pulang, lebih baik aku pura-pura tetap tidak ingat saja. Cari aman' batin Arum.

Hingga akhirnya bertemu dengan Evelyn pun Arum tetap berpura-pura hilang ingatan agar Evelyn kembali lagi membawa keluarganya ke desa untuk menjemputnya. Ternyata Evelyn membawa Adji bukan keluarganya. Sudah kepalang tanggung Arum tetap melanjutkan rencananya. Ternyata Adji masih sangat mencintainya meskipun dia hilang ingatan. Arum takut ayahnya tetap tidak mengizinkan hubungan mereka, makanya Arum berpikir biarlah keluarganya tetap mengira dirinya hilang ingatan.

My Beloved Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang