Part 17 Romantic Day

6.7K 453 7
                                    

"Bila hati telah terpaut dan saling mencintai, maka kekurangannya tidak terlihat lagi oleh kedua mata"

💞💞💞

Adji mengerjapkan matanya, rupanya dia tertidur di sofa cukup lama juga.  Adji beranjak ke kamar mencari sosok istrinya. Arum masih tertidur dengan pakaian masih utuh beserta jilbabnya. Adji memandangi wajah Arum dan mengelus wajah sembabnya. Ada perasaan bersalah di hatinya melihat keadaan Arum.

Adji kemudian membiarkan Arum tidur. Dia menuju ke dapur karena perutnya merasa lapar.

"Ck semua makanan ini dingin"

Adji berdecak kesal. Dia paling tidak suka makan makanan yang sudah dingin. Adji pun akhirnya memanasi lauk pauk yang sudah dimasak Arum itu kemudian menghidangkannya kembali di meja makan.

Adji menikmati makan sore sendiri di meja makan. Dari tempatnya dia bisa melihat Arum baru saja keluar dari kamar. Sepertinya Arum sudah mandi karena gamis yang dipakainya tadi sudah berganti dengan pakaian santai. Ketika Arum mendekatinya dan duduk di hadapan Adji, dia sama sekali tidak melirik Arum.

'Sepertinya Kak Adji masih marah' batin Arum menatap sendu suaminya.

Arum pun merasa lapar dan ikut makan bersama Adji. Sungguh tidak enak makan dengan suasana seperti mengheningkan cipta begini. Adji selesai lebih dulu dan meninggalkan meja makan tanpa suara. Arum meletakkan sendok dan garpu di tangannya, selera makannya pun mendadak hilang melihat sikap Adji.

Arum menyusul Adji ke kamar, suaminya itu sudah berpakaian rapi seperti mau pergi. Arum pun mendekap erat Adji dari belakang.

"Kak Adji jangan mendiamkan Arum seperti ini. Di kota ini Arum tidak punya siapa-siapa lagi selain Kak Adji. Maafkan Arum, Kak" ucap Arum bergetar menahan tangisnya agar tidak tumpah.

Adji membisu merasakan hangatnya pelukan Arum. Dia memejamkan mata sejenak. Sikapnya mungkin  sudah membuat Arum terluka.

"Kak, bicaralah" ujar Arum menyandarkan kepalanya di punggung Adji.

Adji lalu membalikkan badannya. "Karena aku terlalu mencintaimu. Aku menahan diri agar ucapan dan tanganku tidak menyakitimu" tatap Adji.

"Kak Adji kan tahu Arum jadi takut ketinggian sejak kecelakaan itu. Arum tidak mungkin berani keluar sendirian, tapi Eve datang dan memaksa Arum ke rumah papi. Arum..."

Arum coba menjelaskan agar Adji tidak menyalahkan dirinya.
Adji menangkup wajah Arum dengan kedua tangannya dan memandanginya.

"Jangan pernah jauh dariku" ucap Adji.

Arum mengangguk seperti anak kecil lalu memeluk suaminya itu. Dia sendiri juga tidak mau jauh dari Adji. Adji tersenyum membelai rambut Arum lalu merenggangkan pelukannya.

"Kakak mau keluar sebentar" ucap Adji.

"Mau ke mana?"

"Isi kulkas sudah banyak yang habis, jadi Kakak mau belanja" jawab Adji.

Arum menunduk, wajahnya tampak murung. Seharusnya tugas itu dia yang melakukan.

"Kenapa? Mau ikut?"

"Iya, tapi..." jika ingat harus naik turun lift Arum mengurungkan niatnya.

"Udah nggak apa, kamu tunggu di sini saja. Kakak nggak lama, kok" ujar Adji mengerti.

Arum duduk di sofa setelah Adji pergi, merenungi penikahan mereka yang baru hitungan bulan. Arum belum banyak mengenal karakter dan sifat Adji yang lainnya begitu pula sebaliknya dengan Adji karena mereka memang tidak pacaran seperti anak muda lainnya. Namun Arum berusaha untuk memahami karakter suaminya satu persatu.

My Beloved Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang