Part 10 Ayu dan Arum

5.8K 451 9
                                    

"Ada seseorang yang punya peluang besar untuk menyakiti hatimu yaitu seseorang yang paling kamu sayangi dan paling kamu cintai"

💞💞💞

Setelah menyelesaikan pekerjaan di dapur, Bu Nining rencananya akan ke pasar untuk membeli keperluan sehari-hari yang stoknya mulai menipis. Biasanya pasar di daerah Bu Nining terdapat beraneka pernak-pernik hasil kerajinan penduduk yang di jual dengan harga cukup murah. Bagi pendatang dari luar daerah akan membeli untuk oleh-oleh kerabat atau sebagai tanda mata.

"Bu, Ayu diajak sekali-kali ke pasar. Siapa tahu ada yang mau dia beli" saran pak Abdullah.

"Iya, Pak, ya. Ayu juga pasti bosan di rumah terus ibu akan mengajaknya" ujar Bu Nining setuju.

Bu Nining menghampiri Ayu yang sedang duduk di teras memainkan ujung jilbabnya.

"Yu ... Ayu" panggil Bu Nining. Ayu menoleh ke arahnya. "Ayo, ikut Ibu ke pasar. Nanti kamu bisa membeli jilbab baru" ajak Bu Nining tersenyum.

"Ayu boleh ikut? Ibu nggak malu?" tatap Ayu.

"Ya, nggaklah. Kenapa juga Ibu harus malu mengajak gadis secantik kamu, Nak" jawab Bu Nining. Ayu tersenyum riang. Akhirnya Bu Nining mengajaknya keluar rumah juga.

Ayu mengiringi langkah Bu Nining. Ketika mereka tiba di pasar, mata Ayu berputar melihat isi pasar yang tampak ramai. Bu Nining sedang asik memilah buah jeruk yang masih segar, sepertinya baru dipanen. Suaminya sangat menyukai buah itu makanya Bu Nining tidak mau terlewatkan untuk membelinya. Sementara Ayu berjalan menjauh dari Bu Nining untuk melihat aksesoris yang terpajang di salah satu pedagang.

"Wah, cantik-cantik" gumam Ayu.

"Neng ayu silahkan dipilih" ujar si pedagang.

Ayu memilih-milih perhiasan yang bergantungan, ada gelang, kalung dan pernak-pernik lainnya.

Sekelompok anak muda traveler juga mengunjungi pasar tradisional tersebut. Tiga orang gadis dan dua orang pemuda.

"Cin, coba lihat itu aksesorisnya bagus-bagus" tunjuk Laura antusias. Mata gadis yang bernama Cindy itu pun mengekor telunjuk Laura.

"Wah, iya, Lau. Eh, Eve kita ke sana, yuk" ajak Cindy. Evelyn yang sedang berbincang dengan Mike pun menoleh ke arah tempat yang di maksud Cindy dan Laura.

"Hey, kami ke sana sebentar, ya" ujar Evelyn kepada Mike dan Firman yang sedang mengabadikan suasana pasar tradisional tersebut.

Evelyn menyusul Cindy dan Laura yang sudah berjalan ke sana duluan. Tiba-tiba mata Evelyn membulat, mulutnya menganga kemudian menutupnya dengan tangan. Evelyn menggelengkan kepala tidak percaya dengan apa yang dilihatnya di depan mata.

"Nggak mungkin" gumam Evelyn.

Laura yang melihat ekspresi Evelyn seperti baru saja bertemu hantu itu lalu mendekatinya.

"Eve, what's wrong?" tanya Laura.

"Nothing. Aku melihat seseorang. Sebentar, ya"

Evelyn kemudian mengejar gadis yang sudah menjauhi toko aksesoris yang tidak jauh dari mereka.

"Arum!!" panggil Evelyn berteriak.

Namun gadis yang dimaksud Evelyn tidak menoleh. Evelyn pun mensejajarkan langkahnya dengan gadis itu.

"Arum!"

Evelyn memegang pundak gadis berjilbab itu. Gadis itu bingung menatap Evelyn.

"Benar ... kamu memang Arum" ujar Evelyn setelah mengamati gadis itu dari dekat.

"Kamu siapa?"

"Aku Evelyn, masa kamu nggak kenal dengan aku lagi, Rum?" tanya Evelyn heran.

Gadis itu mengeryitkan dahinya mencoba mengingat apakah dia pernah bertemu dengan gadis berparas indo itu.

"Namaku Ayu, bukan Arum" tolak gadis itu yang ternyata Ayu.

"Apa? Ayu?" Evelyn sangat terkejut, gadis yang sama persis rupa dan suaranya seperti Arum itu ternyata bukanlah Arum.

"Ayu!!" panggil Bu Nining. Dia cemas dari tadi telah mencari-cari Ayu ke sana kemari karena pasar mulai bertambah ramai.

Bu Nining melihat Evelyn di dekat Ayu. "Ayo Nak, kita pulang" ajak bu Nining menggamit tangan Ayu meninggalkan Evelyn yang masih bengong.

Evelyn tersadar lalu mengikuti Bu Nining dan Ayu pergi sampai tiba di rumah mereka. Paling tidak Evelyn tahu di mana gadis itu tinggal.

Tiba di penginapan yang tidak jauh dari pasar tadi, Evelyn segera merogoh ponselnya di dalam tas. Dia tidak sabar untuk menghubungi Adji.

"Kamu yakin itu Arum, Eve. Bukankah dia sudah meninggal setahun yang lalu?" tanya Cindy. Sementara Evelyn menunggu sambungan telponnya diangkat oleh Adji.

"Iya, aku yakin itu dia. Tapi kok, dia nggak kenal dengan aku, ya?" pikir Evelyn bingung.

"Mungkin saja dia mirip dengan Arum, tapi dia siapa tadi namanya?" tanya Laura.

"Ayu"

"Nah iya, Ayu. Mereka mungkin dua orang yang berbeda, Eve" ujar Laura.

"Aku belum yakin. Kalau Kak Adji ke sini masa dia juga nggak kenal dengan Kak Adji" balas Evelyn.

"Sebentar, ya. Aku mau bicara dengan Kak Adji dulu" Evelyn menjauh dari kedua temannya karena Adji sudah mengangkat telpon darinya.

[Kak, I have good news]

[About what?]

[Kakak pasti nggak percaya dan super kaget] Evelyn masih bermain teka-teki dengan Adji.

[Eve, nggak usah main tebak-tebakan, deh. Kakak lagi banyak kerjaan]

[Kakak tahu nggak aku tadi bertemu siapa?]

[Siapa? Paling juga cowok ganteng. Iya, kan?] Evelyn terkekeh mendengar ucapan Adji.

[Kak Aji, aku tadi bertemu Arum]

[Eve, nggak usah main-main Kakak nggak suka]

Adji tampak marah dengan ucapan Evelyn yang dikiranya membalas candaan dia barusan.

[Kak Adji, sumpah! Aku nggak bohong. Malah tadi aku bicara dengannya, tapi malah dia tidak kenal denganku dan bilang namanya Ayu bukan Arum]

[Kamu nggak bercanda, kan?]

[Nggak, Kak. Aku ngabarin Kakak, siapa tahu Kakak mau datang ke sini dan bertemu dengan gadis yang bernama Ayu itu. Mungkin dia kenal dengan Kakak]

[Kamu tahu dia tinggal di mana?]

[Iya, Kak. Tadi aku mengikuti Ayu dan ibunya pulang ke rumah]

[Ok. Kakak usahakan mengambil penerbangan hari ini. Nanti beri tahu di mana Kakak lokasi kalian]

[Iya, Kak. Siap]

Evelyn menutup telponnya. "Semoga Kak Adji bisa cepat sampai ke sini" batin Evelyn.

Adji masih memegang ponselnya. Dia seperti bermimpi mendapatkan telpon dari Evelyn yang memberitahu tentang gadis yang mirip dengan Arum.

"Apa mungkin dia adalah Arum?"

Adji membuka google map dan melihat peta lokasi kejadian di mana mobil Arum kecelakaan. Ada aliran sungai di sekitar lokasi itu. Agak jauh dari tempat kejadian memang ada sebuah desa.

"Bisa jadi Arum satu-satunya korban yang selamat. Jika dia tidak ingat dengan Eve berarti Arum amnesia" batin Adji sedih. Adji mengusap wajahnya.

"Beginikah cara kamu melupakan aku" gumam Adji.

My Beloved Girl
18 September 2019

Rabiha Adzra

My Beloved Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang