Tahu yang sebenarnya

10.9K 1.5K 75
                                    


El hanya tahu Oscar hidup sendiri di Club beserta bangunan Lima lantainya. Ia tak pernah bertanya atau sekedar mencari tahu sebagai sahabat. Ternyata pria ini tak lahir dari sebuah batu atau telur. Pria yang menitipkan benihnya pada rahim El itu juga punya ibu, ayah, serta adik. Dan namanya bukan Oscar dari lahir tapi Panji. Nama yang bagus, bagus di sebutkan baik pula artinya. Kenapa harus di ganti.

Kejutan pertama bertemu adik Oscar bernama Sara tak berhenti begitu saja. Menyusul sebuah pekikan kegirangan dari perempuan paruh baya yang masih sangat cantik jelita. El merasa dirinya akan di hakimi dan di seret ke KUA. Sekarang mereka berempat berbicara santai di sebuah foodcourt. Mungkin hanya El yang tegang.

"Jadi nama kamu siapa tadi?" tunjuknya pada El yang duduk tenang menghadap segelas jus sirsat.

"El, tante!!"

"Oh.. kamu yang namanya El? Temen Oscar?" El bernafas lega setidaknya dia tak di tuduh sebagai pacar. "Hamil berapa bulan?"

"Jalan 5 ke 6." Hana hanya tersenyum ringan. Tak ada sebuah prasangka buruk atau tebakan jika perut El membuncit karena perbuatan Panji aka Oscar.

"El ini lagi hamil anak Oscar."

El hampir menggebrak meja. Bisa tidak Oscar tak berlagak sebagai pahlawan. Cukup diam agar mereka berdua selamat. Namun tebakan El meleset.

"Hahahaha." Hana tertawa keras, membiarkan mulutnya menganga lebar. "Kamu kira mamah percaya, kamu yang hamilin gimana caranya?"

El meringis tak enak. Untunglah ibu si pria ini tak percaya. Jangan sampai Oscar menambah semua kerumitan yang ada. "Emang ini anak Panji kok." Oscar mengelus perutnya yang buncit. Sedang Hana mengibaskan tangan ke udara.

"Mamah gak kecewa kok kamu suka ama cowok. Pupus harapan mamah dapat cucu dari kamu. Jangan ngarang sejauh ini. Apa kamu mau gunain El buat tameng supaya di anggap normal?" Agak keterlaluan sih bagi El. Oscar begitu tak di percayai. Apa hubungannya dengan keluarganya baik-baik saja. Ayah anaknya di pojokkan dan di anggap pembual. Masak El hanya diam saja, menyelamatkan dirinya sendiri.

"Enggak tante. Ini anak Oscar." Begitu mendengar pengakuan keluar dari mulut El. Rahang hana langsung melesat jatuh. Sedang Sara yang sedang menikmati es krim, terbatuk-batuk tersedak almond. Kakak tertuanya menghamili seorang perempuan dengan cara manual. Ini patut di rayakan.

"Kalian gak bohong kan. El, kamu jangan ngarang buat bantuin temen kamu. Tante gak bakal menyalahkan atau memandang rendah perempuan yang hamil di luar nikah. Jangan kamu ikut kong kalikong. Tante tahu bayi kamu butuh ayah. Tapi gak Oscar juga kan?"

"Mah, apa Oscar perlu tes DNA?"

Barulah Hana terpekik kaget dan menutup mulutnya. Eh beneran anaknya menghamili seorang wanita. Wanita yang tentu punya vagina, sepasang payudara. Hana melihat perut El yang membuncit layaknya harta karun emas sekoper. "Anak? Bayi? Mamah akan jadi Nini?"

"Iya mah, tapi gak usah lebay juga." Kenapa juga si mamah harus bersikap begitu. Yang heran kalau Mas Panjinya yang hamil.

Namun sebelum semuanya jelas. Tangan Hana lebih cekatan menarik El pergi ke suatu tempat yang sangat wanita sukai. Hana harus menyenangkan calon menantunya yang telah berhasil membuat sang anak laki-laki kembali ke jalan yang lurus.

"Kapan tujuh bulanan kamu?" tanya Hana yang kini sudah memenuhi keranjang mereka dengan baju bayi, bedong, popok, kaos kaki, gendongan kain, dan semua perlengkapan yang berhubungan dengan bayi. Saking antusiannya Hana memborong semua jenis dan aneka ragam warna. Tapi tetap saja di dominasi warna pink dan biru.

"Masih dua bulanan tan."

"Nanti biar kita adain baby shower di rumah. Papahnya Oscar pasti suka kalau denger anaknya udah berhasil buat penerus."

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang