El duduk di bangku tunggu. Semuanya begitu cepat, entah ini azab, ganjaran atau karma. Ia tak tahu yang mana. Kondisi ayahnya dapat di katakan tak baik. Narendra terkena serangan jantung, lalu jatuh dan akhirnya stroke. Umur ayahnya memang pantas mengidap penyakit itu. Tapi demi Tuhan pria tua itu meninggalkan seorang anak kecil berusia 5 tahun yang kini tengah duduk di samping El.
"Papah?"
Kalau dulu mungkin El akan menjaga jarak dengan duduk menjauh. Tapi ia merasakan sendiri bagaimana jadi seorang ibu dan kini dalam keadaan tengah mengandung. Seorang ibu tak akan rela jika anaknya mendapatkan perlakuan kasar. El bersikap bijak, ia rengkuh tubuh itu ke dalam dekapannya.
"Papah kamu akan baik-baik saja."
Papi atau papah sebenarnya artinya sama tapi dalam kasus ini. El seperti menemukan perbedaan. Andra tak seperti dirinya bukan? Anak berusia lima tahun ini pasti mendapat kasih sayang dan di timang penuh oleh Narendra. Lalu sisi hati El yang tak terima serta iri itu, salah siapa? Andra belum lahir ketika El kecil. Anak ini hanya lebih beruntung darinya karena diinginkan.
Ceklek
Naima keluar dengan wajah yang tertunduk lesu. Setelah ini bebannya akan bertambah berkali-kali lipat. "Gimana keadaan papi kak?"
"Papi masih gak bisa terima kalau kakinya serta tangannya yang sebelah kanan gak bisa di gerakin. Papi ngamuk tapi sayang mulutnya juga kesulitan bicara." Harusnya El malah bersyukur akhirnya orang yang mencacimakinya mendapat ganjaran namun ia turut sedih. Bagaimanapun besarnya kesalahan Narendra, kalau tak ada lelaki itu mana mungkin El terlahir ke dunia.
"Gimana bisa terjadi?"
"Papi terlalu banyak pikiran. Anggota partainya di dewan beberapa terlibat kasus korupsi. Papi sebagai sekjen tertekan karena merasa tak becus menjaga nama baik partai. Beban papi terlalu banyak El, mandat partai, jadi pemimpin perusahaan dan soal kampanye itu."
El paham, papinya terlalu terobsesi jadi penguasa. Apa harta yang keluarga Hutomo miliki belumlah cukup? "Aku pingin jenguk papi kak."
Naima mempersilakan adiknya masuk. Ia agak khawatir karena di dalam sedang ada Clara tapi tak mungkin mereka bertengkar di hadapan orang sakit kan. Namun ketika El membuka pintu, ia melihat hal di luar dugaannya.
Papinya mengamuk, hendak mencabut selang infus. Pria tua itu dengan tega menyakiti Clara juga. Clara tak membalas, menerima setiap perlakuan kasar, jambakan serta amukan Narendra. Sepertinya Clara tak berubah, masih sama seperti Clara yang bodoh dulu. Clara tak pernah membalas siapapun yang berbuat jahat padanya. El yang selalu menghardik mereka. Ah kenapa ia harus ingat dengan persahabatan mereka dulu. "Pi...."
Narendra nampak terkejut, bola matanya mau keluar. Ia mengamuk lagi, melihat El dengan perut buncitnya membuatnya bertambah murka. "Kee.. na... va... ka... mnuu ke... cii.. nih?"
Ayahnya ini sudah terkena stroke tapi masih bersikap kasar. Kalau sakit berarti kan ia sedang di uji dan dosanya sedang di kurangi. El mengelus dadanya sendiri. Ia berusaha sabar. Gila saja kalau ia menanggapi ocehan orang stroke. "El mau jenguk papi."
El hanya menatap sang ayah dari arah pintu, tak berani dekat. Kalau saja ia tidak sedang hamil, El akan senang memberi pelajaran pada papinya dengan sekedar beradu argumen. Kehamilannya sedikit merubah perangai buruknya. El tak mau jika anaknya nanti durhaka atau ia akan kesulitan saat melahirkan karena berani pada orang tua.
Narendra membuang muka. El tak mau repot-repot membujuk, kalau dirinya tak di terima. El cukup diam. Clara menatapnya sekilas. Lihat perempuan yang duku di pilih sang ayah untuk menggantikan sang ibu kini tak terlihat anggun sama sekali. Mungkin ini balasannya karena tega berlaku buruk pada maminya. "Per.. gi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu
RomanceMikaella Sawitri Hutomo, hidup layaknya tuan putri keluarga Hutomo. Dia di limpahi banyak uang, ketenaran, karier cemerlang, wajah cantik, tubuh indah, tunangan kaya dan juga asal-usul keluarga dari kalangan atas. Namun semuanya itu palsu, tunangan...