Jadi seperti ini rasa menjadi kakak kelas tertua di sekolah. Yapsss aku pelajar tingkat akhir di salah satu sekolah menengah pertama jika mahasiswa tingkat akhir pusing dengan skripsi nya aku pusing dengan ujian nasional.
Hari pertama masuk sekolah dengan baju putih putih membuatku paham bagaimana cara membedakan kelas 9 dengan kelas 7. Tentu saja warna baju dan rok, lihat saja punyaku sudah kucel , kumel . Sedangkan anak kelas 7 itu, WOWWW putih bersih tak bernoda.
Jangan lupakan sekarang hari Senin.
Upacara berlangsung. Amanat yang berkepanjangan dari kepala sekolah lalu dilanjutkan dengan pengumuman pembagian kelas oleh wakil kepala sekolah kesiswaan.
"Anak-anakku dengar! Untuk pembagian kelas 7 sama seperti MPLS kemarin, anak kelas 8 silahkan lihat di mading dan untuk anak kelas 9 teman sekelas kalian adalah teman sekelas sewaktu kelas 7 jadi mereka menjadi teman pertama dan terakhir kalian di masa SMP."
Mendadak ricuh riuh semua anak kelas 9 bersorak karena sebagian besar senang dengan keputusan itu. Aku termasuk didalamnya.
Masuk ke kelas daaannnn
"ECAAAAA." Sudah pasti teman sebangku kelas 7 dan sewaktu kelas 8 kita pisah.
Aku langsung menghampirinya.
"Apa kabar ni?"
"Baikkk bangeeettt seneng bangeett bangeettt bangeeettt lah pokoknya." Kania nama lengkapnya
Tiba-tiba wali kelas ku masuk.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Aduh muka-muka pelajar SMP tingkat akhir."
Semua tertawa.
"Perkenalkan nama ibu Wahyuni panggil aja bu Ayu. Ibu guru IPA yang akan merangkap menjadi wali kelas kalian."
Bu Ayu mengatakan banyak hal tentang dirinya dan sesekali melempar candaan, baguslah walasku friendly.
Waktu istirahat pun tiba. Aku adalah tipe orang yang malas pake banget ke kantin.
"Kania lu mau kantin? Titip dong." Pinta ku
"Ca, itu kaki buat apaan? Pajangan?" Dia langsung kabur begitu aja bersama 2 temanku yang lain.
"Melaaa, lu mau kantin?"
"Ca, gerak apa. Mager amat udah kelas 9 mau nyari degem ngga?" Fyi, degem adalah dede gemes, adik kelas maksudnya.
Incaran ku berikutnya.
"ALDOOO MAU KE KANTIN?" Dia langsung kabur. Wah awas aja.
"RIS, FARISSS MAU KE KANTIN" Dia malah tertawa sambil pergi.
"LEOOO MAU KE KANTIN?"
"CA! PAKAI SEPATU LU CEPET! AYO KE KANTIN BARENG MAGERAN AMAT KALAU LU MATI GARA-GARA KELAPERAN GIMANA? KAN NGGA LUCU." Balas dia tak kalah ngegas.
Aku memang suka melepas sepatuku kalau ditanya alasannya kenapa? Yaa enak aja. Setelah berpikir 5 detik aku memakai sepatu ku dan memutuskan ke kantin berdua dengan Leo.
"Males banget gua le, ke kantin."
Dia tak menghiraukan ku malah asyik berjalan di sampingku. Perjalanan ke kantin aku melihat-lihat murid yang sedang gibah, ngobrol maksudnya di luar kelas. Murid yang sedang main sepak bola di lapangan. Sebentar, itu kayaknya mukanya ngga familiar yaaa? Atau adik kelas? Tapi ngga mungkin, soalnya main bolanya kok bareng anak kelas 9?
Berusaha tak peduli aku melanjutkan perjalanan ke kantin dan membeli beberapa makanan ringan. Daannn ternyataaa!!!
Harga nya udah naik semua dong dari mulai es sampai gorengan wah harus demo kenaikan uang jajan nii sama ayah.
"Tadi katanya ngga mau ke Kantin." Kania langsung menyambar ku dengan sindirannya.
"Eh Ni kasian temen lu nanti mati kelaparan gimana?" Leo yang menjawab.
"Biarin." Kania menjawab dengan tawa kerasnya.
"Kania gua mau nanya."
"Nanya apa ca?"
Aku berfikir sejenak.
"Harga cilok naik ya?"
===============
Bel pulang yang ditunggu-tunggu akhirnya berbunyi tak kalah nyaring namun terasa lebih merdu daripada bel masuk pelajaran.
Aku masih diantar jemput sekolah oleh mama ku menggunakan sepeda motor karena katanya 15 tahun masih anak kecil. Maafkan aku mama, anakmu sudah sering menonton drama korea dan film eropa.
Di perjalanan menuju Rumah...
"Gimana kak sekolahnya?"
"Sekelas lagi sama temen kelas 7."
"Wali kelasnya siapa?
"Iya, sekelas lagi sama Kania."
"Oh wali kelasnya guru kimia?"
"Iya."
"Bukannya SMP belum ada mata pelajaran khusus kimia?"
"Iya, aku duduknya sebangku sama Kania lagi."
Percayalah, jangan ngobrol disaat mengendarai motor selain tidak baik untuk keselamatan, tidak baik juga untuk keselarasan obrolan kalian.
Tak lama sampai juga dirumah. Hal pertama yang aku lakukan bukan bersih-bersih tapi melihat apa yang ada didalam tudung saji. Mantap! Gudeg, makanan khas jogja itu terlihat sedap dimata ku.
"Tumben mah masak gudeg."
"Iya, tetangga ada yang ngasih nangka muda, yaudah mama gudeg aja."
Bersih-bersih diri ku lakukan tapi tidak mandi hehehe, jam menunjukkan pukul 14:37 rasanya tanggung untuk mandi sekarang. Langsung aku menuju kamar ku yang letak nya di lantai 2. Awalnya ingin main HP hingga adzan asar tiba ternyata main HP hingga ketiduran.
16:45
"ASTAGFIRULLAHAL ADZIM." Kaget ku saat melihat jam yang tergantung di tembok kamar.
Langsung ku tarik handuk dari jemuran kecil, mandi yang penting basah dan berbau aroma sabun dan shampo. Lalu, ku laksanakan solat asar jam 16:53. Ya Allah maafkan hamba.
Setelah solat aku turun ke lantai 1 untuk menonton TV, ayah sengaja tidak menaruh TV di kamar ku katanya agar aku fokus belajar, tidak semudah itu ayah aku punya laptop darimu.
Tontonan ku bukan Anak meteor tapi Upin dan Ipin inilah dia, kembar seiras itu biasa. Serial kartun itu menghibur ku daripada sinetron yang alur nya rumit dan ruwet.
Keluarga ku punya kebiasaan makan malam bersama. Gudeg itu kita santap dengan lahap. Sehabis makan malam inilah hal yang paling ditunggu.
"Ayah, kakak meminta kenaikan uang jajan."
"Kalau kakak naik aku juga naik yah." Adikku Fasya menyambar.
"Mau naik apa? Naik kursi?" Ayah menjawab dengan candaan.
Tak lama ayah mengeluarkan duit 10.000 dan 5.000 dari dompetnya
"Yang ungu buat kakak yang kuning buat adek. Sinau sing rajin men dadi orang sukses." Begitu kata ayah kira-kira.
"Makasih yah." Jawabku
Ayah selalu mengajarkan hidup yang berkecukupan tidak kurang dan tidak lebih, uang jajan ku sewaktu kelas 7&8 hanya Rp.7.000 cukup tidak cukup harus cukup belum lagi bayar uang kas Rp.5000 per minggu nya. Ayah memberikan aku uang yang cukup supaya aku belajar bahwa mencari duit itu susah, jadi tidak baik dihambur-hamburkan untuk kepentingan tidak penting.
KALIAN JANGAN LUPA MENABUNG JUGA YAAA
SALAM SEBANYAK OKSIGEN DARI PLATINA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palung Mariana
Teen FictionIni bukan kisah seorang bad boy yang jatuh cinta pada cute girl. Bukan cerita remaja SMA yang saling berebut cowok most wanted. Ini kisah perjalanan gadis dari masa remaja menuju masa dewasa.