Dia adalah Vira

619 22 0
                                    

PART 2

"Apapun yang terjadi sekarang ataupun nanti, biarkanlah. Ikhlaskan saja. Tak usah kamu sibuk menyibukkan diri untuk melupakan atau menghapusnya. Ingat, kehidupan di dunia adalah kisah nyata, bukan seperti naskah novel, yang bisa direvisi kapanpun kamu mau."

• ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ •

"Huft ..."

Sementara di balik dinding sebuah bangunan, cewek yang tadi kabur ketika diserbu habis-habisan oleh Rangga tengah menyembunyikan dirinya bersama sebuah sepeda yang terparkir di dekatnya, sambil berusaha menghirup dan menghembuskan napas sedalam-dalamnya.

Jaraknya sekitar dua puluh meter dari tempatnya tadi berkelahi dan sudah beberapa menit dia bersembunyi di tempat itu untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar tidak dikejar oleh Rangga. Sebenarnya, selain menyembunyikan dirinya, sesekali dia juga memantau apa yang terjadi pada Rangga hingga berakhir memasuki sebuah mobil bersama seorang pria dewasa yang terlihat sangat berwibawa.

Melihat kepergian Rangga, cewek itu berharap dalam hati agar tidak perlu berjumpa ataupun berurusan lagi dengan Rangga, ataupun cowok sespesifikasinya. Cukup sudah.

Perlahan namun pasti ia bisa merasakan tenang kembali. Tetapi, ketika mendengar sebuah nada handphone yang berbunyi dan melihat sebuah nama yang tercetak jelas di layar benda bebentuk petak itu, hati dan pikirannya menjadi kacau.

"Halo." Satu kata yang keluar dari mulutnya, berusaha menyapa dengan suara yang terdengar senormal mungkin, walau tidak sepenuhnya berhasil.

Tidak sampai satu menit, obrolannya berakhir. Setelah memasukkan hp ke dalam saku celananya, cewek itu langsung menancap kedua pedal sepedanya dengan gerakan yang gegabah.

Beberapa menit saja dia sudah sampai di depan sebuah rumah sederhana dengan persediaan halaman yang tidak terlalu luas. Napasnya sempat memburu untuk beberapa saat. Melihat pagar tertutup, dia memutuskan untuk menuntun sepedanya sampai memasuki halaman rumah yang mengarahkannya langsung ke teras.

Sayangnya, saat cewek itu berniat mengambil barang-barang di keranjang sepeda miliknya, tak sengaja indra penglihatannya itu menangkap sebuah benda yang teramat mengejutkan dirinya.

Jelas sekali, satu pack kondom bermerek Durex bertengger cantik di dalam keranjang itu.

"Vira!!"

Tepat saat sebuah suara pria memanggilnya, cewek itu buru-buru menumpuk benda itu dengan beberapa buku yang cukup tebal agar tak terlihat oleh pria yang sedang berdiri di bingkai pintu. Takut, deg-degan, cemas, penasaran, menjadi satu yang dia rasakan saat itu.

"Kenapa kamu jadi orang lamban sekali, hah?! Cepat masuk! Buatkan makanan! Perutku ini sudah keroncongan karena menunggumu!"

Vira—begitu panggilan untuknya—mengangguk putus-putus sambil berusaha menghindari tatapan pria dewasa yang berdiri di hadapannya.

"Cepat!!!"

Vira segera melangkahkan kedua kakinya ke dalam rumah, membiarkan dan meninggalkan sepedanya terparkir di teras. Saat bersisihan dengan pria dewasa itu, Vira berharap agar isi keranjang sepedanya tidak mencuri perhatian pria itu.

Setibanya di dapur, Vira bergegas memeriksa lemari pendingin berharap menemukan bahan makanan yang dapat dia olah. Tapi sayangnya, tidak banyak yang dapat dia masak. Dengan kemampuan memasak yang terbilang cukup handal, Vira merasa tidak kesulitan untuk mengolah bahan-bahan itu menjadi makanan yang terasa lezat.

Di tengah kegiatan memasaknya, handphone miliknya berbunyi di dalam saku celana. Sambil tetap mengaduk masakan di wajan, Vira mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya.

OENOMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang