Dibagi 6 - Dia Suka Mengatur

342 10 0
                                    

PART 6

"Cintamu ditolak saat asmaramu tengah bergejolak? Gampang, jangan putus asa. Itu hal biasa. Yang secara tidak langsung membuatmu semakin dewasa."
• ---------- •

"Tuh cowok lo! Puas?!" Fajar membentak Seli yang berdiri di sampingnya. Mereka berdua berhasil menemukan sosok Rangga di lapangan belakang setelah bermenit-menit menelusuri sekolah.

Bukannya terlihat senang mendapati keberadaan Rangga, Seli malah terkejut ketika melihat kekasihnya itu sedang one by one dengan cowok lain. Parahnya, perkelahian itu tidak hanya sekadar pukul-pukulan saja tetapi juga menyertakan banting-membanting seperti acara smackdown di TV. Menyaksikan itu, Fajar pun sama terbelalaknya seperti Seli.

"Rangga!" Seli tak bisa menahan kakinya untuk tak mendekati Rangga. Begitupun Fajar. Mereka berlari tunggang langgang untuk menghentikan Rangga.

Sayangnya Rangga terlihat tak acuh dengan kedatangan sahabat serta kekasihnya. Ia sangat asik meladeni Mara yang sedang bergelut dengannya. Dari ekspresi wajahnya, sangat jelas Rangga tidak akan semudah itu untuk dihentikan.

Tapi melihat Mara sudah babak belur terbaring di tanah karena dibuat Rangga, membuat Fajar spontan menarik lengan Rangga yang bersiap menikam cowok itu. Terlambat satu detik saja, kemungkinan Mara tak akan sadarkan diri lagi.

"Lepas, Jar!" bentak Rangga pada Fajar.

Tidak mengindahkan perintah Rangga, Fajar malah menarik tubuh Rangga untuk mundur beberapa langkah dari Mara, agar menghentikan aksinya.

"Lepas gue bilang!" Rangga berteriak.

"Nggak akan!" Tapi Fajar semakin menarik tubuh Rangga, mendekapnya dari belakang, membuat Rangga tak bisa menggerakkan lengannya. "Kasihan dia udah blur gitu, Rang!"

Perlahan, tubuh Rangga dapat melunak dan tak sekaku sebelumnya. "Fine! Tapi lo lepasin dulu tangan lo!"

Fajar menggeleng kuat di balik tubuh Rangga. "Nggak! Entar lo malah ninju dia lagi. Kasihan, Rang. Lo nggak lihat apa? Wajahnya udah bonyok-bonyok gitu."

"Bukan urusan gue mau gimana bentuk wajahnya," balas Rangga, lalu dengan sekali hentakan, dirinya terlepas dari pelukan Fajar. Dan di saat itu, Seli mencoba mendekatinya.

"Kamu nggak apa-apa kan, sayang?" tanya Seli, memperhatikan sekujur tubuh Rangga dari atas sampai bawah.

Rangga melirik sinis, tak suka dengan kedatangan Seli. "Ngapain lo ada di sini?"

Mendengar itu, Seli menghentikan gerakan tangannya yang mengecek tubuh Rangga. "Aku cariin kamu dari tadi, Rangga."

"Ngapain lo cari gue? Bukannya udah gue bilang sama lo jangan nongolin batang hidung lo di hadapan gue."

Seli melotot, terbelalak kaget. "Kamu serius soal ucapan kamu tadi pagi?"

Rangga mendengus. "Menurut lo?" Tak ingin menunggu jawaban Seli, dia mendekati Fajar yang tengah menolong Mara untuk berdiri. "Lemah," ujarnya meremehkan, menatap Mara yang berdiri dengan kaki terpincang.

Mara tidak menggubris ucapan Rangga. Pun Fajar yang menjadi topangan tangannya agar bisa berdiri.

"Lo masih beruntung. Kalau bukan karena sohib gue, lo finish."

Kali ini Mara menolehkan wajahnya pada Rangga. Ia tersenyum sinis. Merasa tertarik untuk membalas ucapan Rangga. "Itu artinya lo yang lemah. Hanya karena sahabat, lo udahin tugas yang belum selesai."

Bukan hanya Rangga, Fajar pun terlihat tak suka dengan ucapannya barusan. "Lo udah ditolong nggak tau ditolong ya," ucap Fajar yang berada dekat di sampingnya. "Tau gitu gue biarin aja lo dibuat finish sama Rangga."

OENOMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang