CHAPTER 08 : Salted Wound

5.9K 545 26
                                    

Hening menggantung rendah. Kedua pasang mata saling bertatapan dengan ketegangan yang begitu menekan.

Tapi seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, tidak ada diantara keduanya yang mau mengalah untuk sekedar memutuskan tatapan permusuhan mereka.

Oh Sehun, laki-laki dengan sejuta gengsi wajar saja keras kepala dan tidak mau mengalah. Tapi Choi Ahra—kalian tidak akan mungkin memenangkan perdebatan dengan gadis mungil itu.

"Apa ini?" suara rendah terdengar kemudian, Sehun mengatupkan bibirnya rapat-rapat menahan emosi.

Ahra menatapnya dengan dagu yang sedikit terangkat, menunjukkan gestur menantang, "Apalagi? Sudah jelas tertulis disana, 'kan?"

Laki-laki itu sekali lagi menatap selembar kertas di tangannya dengan nanar.

Cerai? Apa Ahra serius?

Pernikahan mereka bahkan belum terhitung tiga minggu, bagaimana mungkin Ahra bisa semudah itu menggugat cerai dirinya?

Sehun kira.. gadis itu masih memiliki perasaan yang sama pada dirinya, meskipun sedikit saja. Tapi ternyata dia salah besar, Ahra 'dewasa' sudah tidak memiliki perasaan apapun untuknya kini.

"Pernikahan bukan hal yang bisa sesuka hati kau permainkan, Ahra. Kita sudah berjanji untuk sehidup semati dihapan altar, kau tidak mengakhirinya begitu saja," suara Sehun sedikit melembut, dadanya mulai terasa sesak membayangkan perpisahan mereka yang begitu diinginkan oleh Ahra.

"Aku tidak pernah main-main, Oh Sehun. Kau tau sendiri aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Semua ini, ikatan pernikahan kita, mama dan papa yang menginginkannya. Bukan aku," Ahra berucap, dengan intonasi dingin mencoba untuk terdengar kejam.

Nihil, Sehun masih bisa mendengar kesedihan terselip disana.

"Apakah tidak ada sedikitpun perasaan di hatimu yang masih tersisa untukku, Ahra?"

Gadis itu terdiam, sedikit terkejut mendengar pernyataan sang suami. Pandangannya segera terangkat, bertemu dengan sepasang obsidian dengan kabut kesedihan tergambar jelas disana.

"Apakah sudah tidak ada sedikitpun perasaanmu padaku yang kau miliki sepuluh tahun lalu?" Sehun kembali berucap, menatap dalam-dalam sang istri yang masih terdiam.

Oh, dia masih mengingatnya. Kejadian sepuluh tahun lalu di bandara, tentang bagaimana Ahra menyatakan perasaan pada dirinya.

Mendengar kalimat Sehun membuat dada Ahra terasa nyeri, kini dia bahkan bisa mendengar suaranya sendiri berdenging di dalam kepalanya.

"Sehun, aku menyukaimu.."

Tetap tak ada jawaban. Sejak sepuluh tahun lalu, bahkan hingga kini mereka bertatapan sebagai sepasang suami istri, Ahra tidak pernah mendengar jawaban keluar dari mulut Sehun atas kalimatnya.

Perasaan itu datang kembali, perasaan hancur dan patah hati yang terasa familiar itu kembali memenuhi dada Ahra hingga terasa sesak.

Beraninya Sehun mengungkit kembali hal yang sudah Ahra coba untuk kuburkan dalam-dalam selama ini.

Hingga akhirnya setelah beberapa saat, gadis itu mampu menggelengkan pelan kepalanya.

"Tidak.." lirihnya, meskipun pelupuk mata sudah dipenuhi air mata yang ingin mendesak keluar, "Tidak ada sedikitpun yang tersisa, Sehun."

Laki-laki itu terdiam selama beberapa saat menatap selembar kertas di tangannya sebelum giginya menggertak kuat dan dia menggeleng, menolak kenyataan.

Dia mengambil lembaran kertas itu dari dalam map bening yang diberikan Ahra, menempatkan jari-jarinya di salah satu sisi kertas sebelum memutuskan untuk merobeknya menjadi dua bagian.

Oh Sehun's Bride • osh [ R/18+ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang