INTRO

457 63 8
                                    


INTRO : KIM KWANSOO

"Yang benar saja, Soo!" seru Rowoon sewot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang benar saja, Soo!" seru Rowoon sewot. "Siapa yang mau beli ide semacam ini?"

"Lho? Kenapa?" Kwansoo balas bertanya. "Ini sudah umum di Belanda." Laki-laki itu membela diri. Joohyuk yang sependapat dengan Rowoon tertawa mengejek.

"Ini Seoul, Bos! Bukan Delft. Kalau idemu ini kita jadikan film, satu Korea tidak akan ada yang mengerti."

Sudah hampir dua jam ketiga laki-laki itu berdiskusi di salah satu lounge di Noor Square. Bermodal sebuah laptop, bercangkir-cangkir kopi, dan rokok, ketiganya sibuk membahas desain iklan terbaru mereka. Tapi, sampai saat ini tidak ada satu ide pun mereka sepakati.

Perdebatan mereka berhenti saat Sejong tiba. Gadis itu menghampiri mereka dengan napas memburu. Sejong menjatuhkan ransel yang dibawanya ke lantai, lalu ia mengambil tempat duduk di samping Kwansoo sambil meminta maaf berkali-kali atas keterlambatannya.

Joohyuk melirik Sejong. "Dari mana saja, Sejong? Macet?" tanyanya.

"Ada kuliah tambahan dan aku sudah bolos empat kali, jadi tidak bisa kabur," jawab Sejong. Sejong berusia tiga tahun lebih muda dari Kwansoo, Joohyuk, Rowoon. Dan, ia memang belum lulus kuliah. Saat ini, sembari ikut terlibat dalam proyek bersama ketiga laki-laki itu, Sejong sedang menjalani kuliah advertising di salah satu universitas negeri di Seoul. "Sudah sampai mana diskusinya?"

"Kami lagi bahas proposal Kwansoo," Rowoon menanggapi.

Sejong meraih laptop di hadapan mereka dengan antusias, ingin melihat desain yang dibuat oleh Kwansoo. "Wow! Keren, Soo! Simbolisme tingkat tinggi ini!" komentar gadis itu kemudian.

Kwansoo, tentu saja, tersenyum senang menerima tanggapan Sejong. Laki-laki itu menatap Joohyuk dan Rowoon penuh arti. "Nah, kan! Sejong mengerti maksudnya kok."

"Yah... ini kan, Kim Sejong. Calon cum laude," balas Joohyuk tidak terima. "Pendapatku, kita pakai ide Rowoon saja. Cukup kok untuk menang tender."

Terdengar desakan kesal yang, tentu saja, berasal dari mulut Kwansoo. "Ah! Ini nih, yang membuat advertising Korea nggak maju-maju!" tuding laki-laki itu pada temannya dengan nada sinis.

Joohyuk tidak mau kalah dan mencoba menjelaskan, "Kita tidak sedang ikut festival, Soo. Kita sedang cari uang dan aku ragu klien kita akan menerima idemu!"

"Kenapa?" tampik Kwansoo lagi. "Karena mereka tidak mengerti? Iklan itu tidak perlu dimengerti!"

Perkataan Kwansoo membuat Joohyuk menghela napas, malas meneruskan pembicaraan mereka. Laki-laki itu tahu betul tabiat Kwansoo. Saat penyakit idealis Kwansoo sedang kumat, tidak ada gunanya ia mendebat. Buang-buang waktu saja. "Percuma diteruskan," gumam Joohyuk dengan kesal.

Suasana hening sejenak. Untuk beberapa saat, tidak ada yang berbicara diantara mereka berempat sampai kemudian Rowoon mengalihkan perhatian pada Sejong dan berkata, "Sejong, kau bilang, kau punya storyboard?"

O R A N G ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang