Closer

365 69 31
                                    

:: Selamat Membaca ::

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

:: Selamat Membaca ::


Jiyeon mendapat kiriman enam pasang sepatu dari Soojung. Keenam pasang sepatu itu dialamatkan ke studio tempatnya bekerja dan kini menumpuk di atas meja. Ia berdiri menghadapi barang-barang asing tersebut. Tangannya masih memeluk kamera dan beberapa peralatan memotret lainnya. Kulitnya memerah karena terbakar matahari, sedangkan tubuhnya basah oleh keringat. Ia baru saja kembali dari lokasi pemotretan dan sepatu-sepatu kiriman Soojung segera menarik perhatiannya.

"Bisa bedakan sepatu-sepatu itu?" ledek Jaerim dari ujung ruangan.

Jiyeon meletakkan kamera dan peralatan-peralatannya, lalu memeriksa sepatu-sepatu yang dimaksud Jaerim. Semua berwarna hitam, berhak tinggi, dan bukan sneakers apalagi boots. "Tidak," jawabnya sambil menghela napas.

Jaerim tertawa mendengar jawabannya, lalu laki-laki itu berlalu begitu saja dan tidak membantu.

"Sial!"

Jiyeon menggerutu sambil meringis. Saat Myungsoo berkata, Soojung akan membantunya memilih sepatu yang cocok untuk acara pertunangan mereka, ia berharap dirinya tidak perlu lagi berurusan dengan masalah remeh seputar sepatu. Ia sudah pasrah. Apa pun sepatu pilihan Soojung, itu masih lebih baik dibanding pilihannya sendiri. Baginya, semua sepatu sama saja, maka ia mengambil satu pasang secara acak dan lima sisanya akan ia kembalikan kepada Soojung.


-----------------------------------


"Sebenarnya, aku lebih menyarankanmu memilih Jimmy Choo," ujar Soojung keesokan harinya. Sepupu Myungsoo itu menyodorkan satu dari lima kotak sepatu yang baru saja ia kembalikan.

"Jimmy... siapa?" tanya Jiyeon.

Soojung menatapnya prihatin, seolah-olah kegagapannya terhadap fashion sudah tidak tertolong lagi. "Ambil yang ini dan tinggalkan sisanya," gadis itu menegaskan.

Jiyeon menurut, lalu mengambil kotak berisi sepatu Jimmy Choo tersebut. "Terima kasih," ucapnya.

Saat ini, ia tengah berada di dalam ruang kerja Soojung yang terletak di lantai tujuh Shinil Building. Matanya melirik ke luar ruangan melalui celah pintu yang sedikit terbuka, mencari keberadaan Myungsoo di kantor tersebut. Gelagatnya terbaca jelas, makanya Soojung memberitahunya. "Myungsoo ada di ruang kerjanya."

Jiyeon tersenyum pernuh arti. "Kalau begitu, aku ganggu dia dulu," katanya sambil berlalu dari hadapan Soojung.

Ruang kerja Myungsoo berada tepat di seberang ruang kerja Soojung. Tanpa permisi, Jiyeon membuka pintu ruangan tersebut dan melongokkan kepala untuk mencari Myungsoo. Laki-laki itu duduk di belakang meja kerja, menghadapi laptop dan setumpuk berkas, sambil sesekali berbicara bisnis dengan seseorang lewat telepon. Saat Jiyeon yang menyelinap masuk ruangan, Myungsoo tidak langsung menyadari keberadaannya. Ia menghampiri laki-laki itu, duduk di hadapannya, lalu memamerkan senyum manis yang canggung saat pandangan mata mereka bertemu.

O R A N G ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang