Part 4

106 7 0
                                    

Miran memiliki jadwal kelas hari ini. Dia berangkat siang. Sesampainya dihalaman kelas. Dia menemukan Baekhyun. Dia dan Baekhyun memilih kelas berbeda. Jika Miran memilih Bisnis, Baekhyun memilih Kedokteran.

Dia dan Baekhyun memutuskan untuk pergi ke kantin karena Miran masih memiliki satu jam sebelum kelasnya dimulai.

Miran hanya memiliki satu sahabat, alasan kenapa dia hanya memiliki satu sahabat karena Miran orang yang sedikit pemalu.

Baekhyun adalah orang yang sangat ceria dan cukup lucu. Sifat Baekhyun yang seperti itu membuatnya merasa terhibur dengan adanya Baekhyun.

"Miran, bantu aku mendekati Ahruem, bukankah dia satu kelas denganmu?". Baekhyun mengatakannya sambil menggenggam tangan Miran.

"Apa? Kau menyukai Ahreum". Miran hampir tersedak oleh makanannya.

"Iya, tolong bantu aku untuk mendekatinya".

"Aku menyukainya sudah cukup lama, karena itu bantu aku Miran".

"Iya - iya, aku akan membantumu".

"Kelasku sebentar lagi akan mulai, aku pergi dulu". Ucap Miran bangkit dari tempat duduknya.

"Jangan lupa, dekati Ahreum untukku". Baekhyun berteriak karena Miran sudah berlalu.

---

Miran baru saja sampai rumah. Dia membaringkan tubuhnya diranjang, nanti sore dia harus berangkat bekerja. Dia ingin tidur sebentar untuk saat ini, dan bangun unutuk bekerja lagi.

"Sore, semua". Miran menyapa bibi dan satu teman kerjanya sore ini. Toko Roti ini hanya memiliki 2 karyawan, alasannya karena toko tersebut tidak terlalu besar, jadi hanya membutuhkan 2 karyawan saja.

"Miran kau sudah datang, bibi akan pergi jika kau sudah datang, kalau begitu, untuk kalian semua, selamat bekerja". Sambut bibi pemilik toko. Bibi pemilik toko sangat baik kepada Miran, dia tahu bahwa Miran adalah anak yatim piatu karena itu dia sangat bersimpati pada Miran saat awal kerja hingga sampai saat ini bibi sangat baik pada Miran dan karena Miran salah satu pegawai yang baik selama dia bekerja.

"Memangnya bibi mau pergi kemana, akhir - akhir ini bibi sering pergi".

"Bibi menemukan laki - laki impian bibi, lihat fotonya, bukankah dia tampan?". Lanjut bibi sambil memperlihatkan foto laki - laki tersebut.

"Benarkah? Bibi sudah memiliki pacar?". Jawab Miran antusias.

" Hm, dia tampan bibi". Setelah mencoba mendekat melihat gambar yang berada digenggaman tangan bibinya.

"Bukan pacar, bibi mengencaninya karena dia sulit sekali didekati, bibi memaksanya untuk datang ke rumah makan romantis yang bibi pesan".

"oh! apakah aku sudah terlihat cantik, aku berdandan khusus untuk hari ini, bagaimana?". Ucap bibi sambil membenarkan pakaian dan tatanan rambutnya hari ini.

"Bibi selalu terlihat cantik".

"Ehm, terima kasih Miran, kalau begitu bibi pergi dulu, bibi tidak ingin terlambat, jaga toko dengan baik Miran".

"Baik bibi, hati - hati dijalan".

Kemudian Miran segera masuk kedapur untuk mempersiapkan kue di etalase depan.

---

"Selamat datang".

"Oh, paman? Paman datang lagi".

"Ehm, berikan aku kue kacang dan kopi hangat untukku". Sehun kemudian berjalan ke tempat duduk.

"Ini paman, silahkan".

"Kau bekerja sendiri lagi?". Sehun bertanya kepada Miran untuk sekedar basa basi. Hanya ada mereka berdua sekarang.

"Tidak, temanku baru saja pulang".

"Oh".

"Paman, bolehkah aku menanyakan sesuatu?". Miran bergerak mendekati Oh Sehun.

"Tanya apa".

"Kenapa paman selalu kesini setiap toko akan tutup dan kenapa paman jadi sering kesini, sebelumnya aku tidak pernah melihat paman kesini".

"Aku biasanya hanya mampir membeli untuk ku bawa pulang, jadi kau tidak akan melihatku, temanmu yang memberikannya padaku, jadi kau tidak akan tahu". Sebernarnya Sehun sama sekali tak pernah membeli kue disini, dia berbohong tentang dirinya yang selalu membeli kue disini.

"Ah, begitu".

"Aku pulang larut akhir - akhir ini jadi aku mampir setelah jam kerjaku selesai".

"Aku selesai. Kau juga akan pulangkan? Ayo aku antar". Sehun berdiri untuk membayar makanan yang dia beli dan sekaligus menawarkan tumpangan untuk Miran.

"Apa? Tidak usah paman, aku bisa pulang sendiri, aku tidak enak jika paman terus memberikan tumpangan pulang terus".

"Tidak apa - apa, cepat tutup tokonya, aku tunggu dimobil". Sehun langsung melenggang pergi tanpa mendengarkan ucapan Miran.

"Tidak paman, hei? Paman".

"Dasar, kenapa paman selalu pergi sebelum aku selesai bicara".

Miran segera membersihkan meja yang baru saja Sehun pakai dan menutup tokonya. Sedangkan Sehun sudah menunggu Miran didepan mobilnya.

"Miran, ada yang ingin aku bicarakan denganmu".

"Hm? Paman ingin bicara apa?".

"Tidak jadi, nanti saja kalau sudah sampai rumahmu".

"Baiklah".

Miran keluar dari mobil Sehun, dengan segera dia membungkukkan badan untuk mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih paman, sudah mengantarku pulang".

Sebelum Miran masuk rumah, Sehun dengan segera keluar mobil untuk menahan Miran masuk rumah. Dia memegang pergelangan tangannya yang membuat Miran membalikkan badan.

Rumah Miran cukup sepi karena Miran selalu pulang malam ditambah penerangan yang minim jadi hanya tinggal lampu halaman jalan saja yang hidup. Mereka berhenti tepat dibawah lampu halaman jalan tersebut.

"Ada apa, paman?". Miran harus mendonggakkan kepalanya karena Sehun terlalu tinggi untuknya.

"Miran, ayo berpacaran". Sehun mengatakannya dengan wajah yang sangat datar. Perkataan Sehun tersebut membuat Miran membulatkan matanya karena keterkejutannya.

"Apa? Apa yang paman katakan, aku tidak mengerti maksud paman".

"Aku bilang, ayo kita pacaran".

"Apa? Paman kau gila ya, aku baru bertemu dengan paman beberapa kali, aku bahkan tidak tahu siapa paman, kenapa tiba - tiba berkata seperti itu". Wajah Miran sangat merah karena ucapan Sehun tersebut, tubuhnya serasa terbakar, udara disekitarnya seakan membuatnya merasa panas.

"Astaga, kenapa panas sekali". Miran berkata sambil mengibaskan tangannya ke wajah karena dia merasa salah tingkah.

"Aku benar - benar Miran, ayo berpacaran, jadi mau tidak menjadi pacarku?". Sehun masih berkata dengan wajah datarnya. Bagaimana bisa Sehun mengatakannya dengan sangat santai sedangkan Miran merasa jantungnya terserang penyakit.

"Begini paman, aku tidak bisa menjadi pacar paman, maaf, aku baru bertemu dengan paman dan tiba - tiba paman ingin mengajakku berpacaran, itu sungguh membuatku terkejut. Jadi maaf paman, aku tidak bisa menerima dan sampai jumpa, hati - hati dijalan, aku masuk dulu".

Miran segera memasuki rumah setelahnya. Dia merasa jantungnya berdetak sangat keras saat mendengar ucapan Sehun tersebut. Dia menyandarkan punggungnya ke pintu setelah dia masuk rumah.

"Apa yang paman katakan? Ini membuatku terkejut". Dia berkata sambil mengedarkan sedikit senyuman.

"Hah, apa? Kenapa aku tersenyum, ada apa denganku? Kenapa aku begitu senang sekarang".
Miran berkata pada dirinya sendiri.

"Tidak - tidak, tidak mungkin aku suka paman. Hah..ada apa denganmu Miran dan hei jantung, kenapa kau berdebar cepat sekali". Dia memukul jantungnya sendiri karena jantungnya bekerja terlalu keras.

"Tapi paman memang tampan".

"Ais, sudahlah lebih baik aku mandi sekarang".

Ahjussi ; Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang