"Kau!"sebuah suara mengalihkan perhatian Naruto, Sasuke, dan Deidara. Tidak jauh dari mereka, berdiri seorang wanita berambut merah yang membawa rangkaian bunga. Dan dengan tergesa, wanita itu menghampir Naruto."Bibi"Deidara berusaha menahan pergerakan Kushina, namun tidak sempat.
-GREP-
Kushina menarik lengan Naruto hingga terlepas dari pelukan Sasuke.
-BRUKH-
Dan dengan kasar ia menghempaskan tubuh mungil itu.
"Naru!"
"Kau tidak punya muka, huh?! Untuk apa kau muncul kesini!?"bentak Kushina.
Naruto sendiri hanya tertunduk mendengar bentakan itu.
"Naru"Sasuke menghampiri Naruto dan membantunya berdiri.
"Pergi dari sini! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"teriak Kushina.
"Bibi. Naruto juga anakmu!"Deidara menatap bibinya itu dengan marah.
"Bukan! Aku tidak pernah menganggapnya anakku!"
Dan jawaban itu telak memukul hati kecil Naruto. Selama ini. Setidak peduli apapun orang tuanya, tidak pernah mereka berkata membencinya. Dan ia hanya menganggap, suatu hari nanti, mereka akan melihatnya. Seperti yang dikatakan Nee-chan. Tetapi, ucapan yang barusan keluar dari mulut Kushina benar-benar telak.
"Pulang..."lirih Naruto.
"Hm? Kau mengatakan sesuatu?"tanya Sasuke.
"Pulang.. Naru mau pulang..."ucap Naruto lagi. Sasuke memeluk Naruto, berharap bisa menenangkannya. "Kita pulang," Sasuke membawa Naruto menuju mobilnya, sementara Deidara masih menatap Kushina.
"Bibi... aku tidak menyangka Bibi ternyata orang seperti ini. Asal bibi tau, Naruto, bahkan di usianya yang sudah 15 tahun ini tidak memanggil kalian berdua dengan sebutan Ayah dan Ibu, tetapi tuan dan nyonya, karena apa? Karena yang ia tau hanyalah kalian berdua adalah Tuan dan Nyonya yang harus ia turuti. Bibi, kuharap... Bibi tidak pernah menyesal dengan apa yang Bibi ucapkan barusan."dan dengan itu Deidara segera menyusul Naruto dan Sasuke. Meninggalkan Kushina yang menunduk menatap tanah. Merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
.
.
"Tadaima"Sasuke memasuki kediaman Uchiha sembari merangkul Naruto yang sedari tadi hanya terdiam. Mungkin, kata-kata Kushina tadi benar-benar melukainya. Begitu menurutnya, dan Deidara juga tidak berani mengganggu Naruto sama sekali."Okae -Oh Astaga! Naru-chan terluka??!?"panik Mikoto melihat lutut Naruto berdarah di balik celana panjangnya yang sedikit sobek.
"Hah?"Sasuke yang tidak sadar pun melihat lutut Naruto, dan benar saja, ternyata kedua lutut Naruto terluka, dan bagian celananya sedikit sobek. Mungkin tadi saat di dorong Kushina dia jatuh dengan lutut terlebih dahulu, membuat lututnya bergesekan dengan tanah yang kasar.
"Bawa dia ke kamar, Sasuke. Ibu akan panggilkan Itachi"perintah Mikoto. Sasuke mengangguk, lalu mengangkat Naruto ala bridal style dan segera menuju kamarnya.
"Ganti celana dulu ya?"suruh Sasuke mencarikan celana pendeknya yang paling kecil di dalam lemari. Supaya Itachi lebih mudah untuk membersihkan lukanya.
"Nii-chan bantu?"tanya Sasuke. Naruto menggeleng, menberi tanda ia bisa melakukannya sendiri. Dan Sasuke langsung memberikan celana pendek itu pada Naruto, lalu ia keluar kamar untuk membuatkan teh hangat.
-TOK.TOK.TOK-
Pintu kamar di ketuk, tidak mendengar suara, Itachi membuka pintu kamar itu sedikit.
"Naru, Nii-chan masuk ya?"ucap Itachi melongokkan kepalanya dan melihat Naruto yang sudah berganti celana hanya duduk diam diatas kasur.
Dengan segera Itachi duduk berlutut di depan Naruto, dan membokar tas berisi peralatan dokter yang dia butuhkan di sata-saat seperti ini. Dengan cekatan dia mulai membersihkan luka di lutut Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel
FanfictionCerita aneh lainnya buatan Bluu.. Silahkan mampir ke lapak Bluu As always, Bluu tak pintar buat bikin summary ya, jadi silahkan saja dibaca, dan dihayati. :) Naruto dan semua character yang ada di dalam milik om Masashi, bluu hanya minjen namanya aj...