Chapter 9

4.5K 397 6
                                    

Naruto baru sadar keesokan harinya, matanya mengerjab beberapa kali untuk menyesuakin cahaya yang masuk dari jendela, kepalanya menoleh mendapati Sasuke tidur di sampingnya, dan tangan yang tersambung infus itu terangkat dan mengelus pipi pucat Sasuke.

"Ngh. Naru?"Sasuke yang memang orangnya sensitif langsung terbangun merasakan usapan di wajahnya, "kau sudah sadar? Mau minum?"tanya Sasuke. Naruto menggeleng, tangannya yang bebas dari infus menarik baju Sasuke untuk kembali tidur dan langsung memeluk erat tubuh Sasuke. Masker oxygennya sudah dilepas dari tadi malam.

"Kenapa, hm?"tanya Sasuke mengelus rambut Naruto.

"Naru... kalau Papa dan Mama tidak mau mengurus Naru lagi, jangan berikan Naru pada mereka.. pulangkan Naru ke flat Naru, Naru janji, tidak akan melakukan apa-apa, Naru tidak akan nakal, Naru akan menjaga kesehatan Naru. Tapi.. jangan berikan Naru pada mereka lagi.."ucap Naruto dengan bergetar. "Naru.. hanya tidak mau pulang ke sana lagi.. itu bukan rumah Naru..Nii-chan..."

Sasuke yang mendengar itu hanya bisa tersenyum miris, seterpukul itukah Naruto dengan ucapan Kushina waktu itu? Itukah yang menjadi pemicu Naruto trauma dengan mereka?

"Naru benci mereka?"tanya Sasuke, Naruto menggeleng.

"Kalau tidak ada mereka, Naru juga tidak ada. Hanya..."

"Hanya apa hm?"

"Hanya.. Naru tidak bisa.. untuk memaafkan mereka?"ucapan Naruto terdengar ragu.

"Bukan sayang, bukan tidak bisa, tapi belum bisa, nanti, pelan-pelan Naruto pasti bisa memaafkan mereka? Seperti pesan Naruko padamu, kan?"Naruto mengangguk tidak yakin, mendengar nama Naruko membuat ia berpikir kembali. Tapi, hal itu masih mengganjal di hatinya. Bisakah ia menerima kembali kedua orang itu?.
.
.
"Ayah!!!"Karin masuk kedalam rumah dengan murka. Minato yang sedang menikmati kopi paginya di ruang keluarga hanya menghela mafas mendengar teriakan itu.

"Ayah! Kenapa Ayah memblokir kartu kreditku?!?"marah Karin.

"Karena memang seharusnya kulakukan dari dulu"jawab Minato kalem. Menyeruput kembali kopinya.

"Apa maksud Ayah!?"teriak Karin tidak terima, lalu mata merahnya bergulir mendapati Kushina yang membawa beberapa potong roti.

"Ibu! Lihatlah Ayah, dia memblokir kartu Karin!"lapornya pada sang Ibu, biasanya sang Ibu akan membantunya, tapi kali ini Kushina hanya melawati Karin lalu meletakkan piring yang dibawanya di samping cangkir Minato.

"Ibu!"

"Jangan berteriak, kau mengganggu keluarga"ujar Kushina mengambil majalah fashionnya, untuk mencari inspirasi.

"Apa maksud Ibu?"

"Yang Ayahmu lakukan adalah benar. Karena kau menggunakan hal yang bukan hak-mu"jawab Kushina.

"M..maksudnya?"

"Uzumaki Karin"Minato melipat korannya lalu menatap Karin datar. "Ah, tidak, mulai hari ini namamu bukan lah Uzumaki, hanya Karin. Tetua sudah memutuskan, perlakuanmu tidak bisa dimaafkan, kau membunuh pewaris Uzumaki dan Namikaze, dan melimpahkan kesalahanmu pada orang tidak bersalah. Dengan begitu semua hak-mu dicabut. Dan kau tidak berhak menyandang nama Uzumaki lagi"jelas Minato lalu melangkah kan kakinya untuk meninggalkan ruangan itu.

-Grep-

Karin menahan tangan Minato, "a..apa maksud Ayah?"

"Jangan berbohong lagi Karin, kami sudah mengetahui kejadian 9 bulan lalu. Kejadian Naruko, bukanlah salah Naruto. Tapi kau!"dengan itu, Minato melepaskan pegangan Karin lalu melanjutkan langkahnya.

"Iruka, usir Karin dan jangan biarkan dia menginjakkan kakinya ke sini lagi."perintahnya pada kepala pelayan.

"Baik tuan"Iruka segera menjalankan perintah Minato, ia menyeret Karin yang meronta-ronta.

"Ayah! Ibu!! Karin bisa jelaskan!! Jangan usir Karin!! Ayaaahhh!!!"

Kushina hanya terdiam menatap majalahnya. Ia teringat dulu saat mengusir Naruto, bahkan tidak ada air mata di sana, hanya tatapan kosong yang menatapnya lalu berbalik meninggalkannya.

"Inikah balasannya?"gumam Kushina. "Semoga.. kami masih sempat menebus kesalah kami, Naru"
.
.
.
TBC

Pendek ya? Kayanya bluu salah naro.. kelupaan, ini harusnya gabung sama chap sebelumnya :( tapi nanti kalo bluu edit langsung kalian ga ada yg baca dan malah bingung...

Maafkan blu :"

FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang