Meeting Again

1K 102 0
                                    

Genggaman di tangan milik Jaemin membuat lelaki tampan yang baru saja akan mengetuk pintu itu menghentikan niatnya dan melirik kesamping. Menatap pemuda bak dewa yang tengah menatap pintu di depanya dengan tatapan kosong.

"Apa kau yakin ia akan mau menemui ku? "Jaemin tersenyum lembut lalu mengusap sebelah bahu teman lamanya itu dengan tangan yang bebas dari genggaman Jeno yang tampak dingin dan mencengkram. "Mengapa kau tampak tak yakin sama sekali? "Tanyanya membuat lelaki bersurai putih itu mendongak menatap wajah tampan milik Jaemin yang menatapnya lembut. Jeno menegakan punggungnya namun kembali melengkung saat otaknya tak memiliki sinkronisasi yang tepat dengan rangka tubuh dan ototnya.

"Aku bukan yang menyebabkan ini? Yang menyebabkan... Hancurnya persahabatan kita. "Jaemin mengusap bisep sang teman dengan lembut. "Aku yakin ia akan mengerti jika kau mengatakannya dengan jelas tanpa ada kurang dan tambah. "Jeno menghembuskan nafasnya lelah lalu menegakkan tubuhnya dan menganguk. Manik indah Jaemin yang sudah melihat ketegeran dari sang sahabat pun segera mengetuk pintu di depanya hingga suara kunci rantai yang terbuka berbunyi nyaring hingga kenop pintu yang berputar dan juga daun pintu yang bergesekan dengan pintu tampak sangat lama di mata Jaemin dan Jeno saat sosok mungil nan rapuh di balik pintu itu menatap mereka dengan manik jernih yang tertutupi poni sewarna hitam pekat.

"Jen... Jeno... "Sendat Renjun dengan mata berkaca - kaca saat melihat sang sahabat sudah kembali berada di depanya dengan sosok yang lebih dewasa dan bugar. Surai yang kembali berwarna putih dan juga garis wajah yang tampak mewarisi sang kakak yang sekarang tengah menjadi dokter ternama.

Jeno tersenyum manis, tampak selayaknya dulu di saat ia akan merentangkan tangannya dan memeluk tubuh mungil yang menabrakan tubuhnya dengan keras ke arah tubuhnya yang dulunya di balut oleh seragam berwarna magenta dan juga sifat kekanak - kanakan yang mendominasi. Tampak seperti sekarang dimana Renjun dengan cepat menubrukan tubuhnya ke arah Jeno yang baru saja merentangkan kedua tanganya dengan lebar diikuti Jaemin yang memeluk kedua sahabatnya dari belakang punggung Renjun yang memeluk Jeno dari depan.

"Sangat merindukan ku... Hmm? "Sang manis yang masih saja mengusak wajahnya di kemeja Jeno hanya menganguk membuat dua tawa 2J kembali terdengar menggelegar di lorong apartemen nya. Jeno mengusap Surai panjang milik sang pujaan hati diikuti dengan Jaemin yang menaruh pipinya di samping pelipis Renjun.

"Bukan hanya kau. Tetapi kita. "Jawab Renjun membuat kedua sahabatnya kembali memeluk tubuh mungilnya dengan erat.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Brusshhh....

"Sialan... Kau merusak pakaian ku! "Teriak Jaemin dengan bengis saat minuman Hyunjin yang bertoppingkan sebuah bubble itu tersiram ke arahnya saat lelaki tampan bertubuh semampai itu sampai di depan pintu dengan pakaian putih yang basah sehabis olahraga. Hyunjin segera melirik lelaki yang baru saja mendenguskan nafas kasar, dan menggeleng kan kepalanya tak peduli. Lee Jeno yang terpenting. Sejak kapan lelaki dengan wajah bak patung berpahat dewa itu duduk tepat di depan kekasihnya?

Jeno hanya terkekeh kecil lalu melambai dan menepuk sofa yang berada di sampingnya. Sama sekali tak memperdulikan Jaemin yang masih memegang kenop pintu seraya membersihkan kemejanya yang baru saja di hujami oleh bubble.

Hyunjin dengan cepat berlari lalu melompati sofa dan menduduki tempat yang tadinya di duduki oleh Jaemin yang masih sibuk membersihkan kemejanya.

"I really miss you bro! "Ucapnya dengan tangan yang menggantung di leher Jeno dan mendekatkan wajahnya ke arah Jeno, meraih wajah tampan itu untuk ia cium pipinya dengan Jeno yang terus menerus menjauhkan wajahnya dari gapaian Hyunjin. Hingga sebuah tangan mungil yang lembut meraih lenganya dan mengalun kan di pundak sempitnya. Lelaki bertubuh semampai itu dengan cepat mengganti merangkul sang kekasih yang berada di dekapan hangatnya dan membiarkan Jeno dan Renjun menatapnya dengan pandangan jijik yang berlebihan.

𝑾𝒉𝒚 𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑴𝒆? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang