The End...

2.7K 117 3
                                    

Sudah tiga tahun lamanya Jeno hanya menampakkan wajah tampannya di layar laptop maupun layar handphone miliknya. Membuat pria cantik yang baru saja selesai mengecek seorang pasien lansia tua itu kembali menghela nafas untuk sekian kalinya. Jas kebesaran berwarna putihnya ia lepas dengan kacamata bulat yang juga ia tanggalkan dari pangkal hidungnya. Mengingat ingat kembali obrolannya dengan lansia tua yang keliatan sangat bugar meskipun tubuhnya terbaring di bangsal rumah sakit.

Menyandarkan tubuh kecilnya di dinding berwarna putih bersih di balik kamar pasiennya tadi.

"Dokter... Jika saya lihat anda masih terlihat sangat muda! Apa dokter sudah menikah? "Renjun menoleh seraya melepas stetoskop dari kedua telinganya dan terkekeh pelan nan malu.

"Tidak nek... Saya masih lajang. "Lansia itu terkekeh lalu mengangguk kan kepalanya. Menatap ke arah anaknya yang tengah duduk dan menatap sepasang dokter - pasien yang masih asyik berbincang. Perempuan itu menoleh saat sadar keduanya mulai menatap dirinya.

"Dokter. Ini anak bungsu ku dan satu - satunya anak gadis yang ku punya. Dia juga lajang, namun sepertinya sudah mempunyai calon ya? "Goda sang nenek membuat anaknya itu menunduk dan merengut. Menatap dengan tatapan merajuk ke arah sang ibu.

"Ibu~ aku dan dia kan sudah bertunangan. Lagipula sepertinya dokter Renjun lebih muda jauh dari aku! "Rajuk sang anak membuat sang ibu hanya terkekeh.

"Baiklah - baiklah! Bagaimana kalau kalian berkenalan saja? "Renjun mengangguk kan kepalanya dan mulai mengulurkan lengannya yang di sambut dengan baik oleh perempuan cantik di depannya.

"Renjun! "

"Momo! "Kenal perempuan manis itu seraya tersenyum dan kembali duduk. Menatap sang ibu yang hanya diam memperhatikan.

"Manis sekali melihat para anak muda berkomunikasi tanpa memegang gawai di tangan masing masing. "Nenek itu menatap Renjun dengan senyumannya.

"Apa dokter Renjun tidak berpikir untuk mempunyai calon secepatnya? "

Renjun mengurut pangkal hidungnya dengan lelah, tak sanggup lagi dengan pening yang mendera kepalanya akibat kelelahan membuatnya tak menyadari jika seseorang di sampingnya terus saja menyebut namanya.

"Renjun! "Panggil lelaki itu dengan sedikit meninggikan intonasi suaranya membuat pria cantik di depannya itu terlonjak dan menatap canggung perawat yang sedari tadi menemaninya. Bahkan lima menit yang lalu saat dokter cantik di depannya ini tengah melamun.

Perawat yang memiliki wajah sama manisnya dengan Renjun itu menaruh lengannya di pundak sang dokter. Membantu menenangkan pikiran sang dokter yang tampak sangat memusingkan di hadapannya.

"Yeonjun... Aku akan pulang terlebih dahulu. Bisa kau serahkan ini ke Dokter Yunseong. Sepertinya dia lembur hari ini. Tolong sampaikan maaf ku ke dia karena aku kurang enak badan. "Pinta Renjun seraya menyerahkan map biru ke arah Yeonjun yang tampak mengulum bibirnya dan mengangguk.

"Baiklah, kalau begitu lebih baik kau istirahat total setelah ini. "Jawab Yeonjun seraya menerima map itu dari tangan sang dokter dan menatap teman sekaligus partner nya itu dengan tatapan sendu.

"Cepat sembuh. Aku duluan. "Sang dokter menjawab dengan anggukan kepalanya. Bergegas pergi ke dalam ruangannya untuk mengemasi barang - barangnya dan membiarkan tubuhnya membawa jiwanya pulang dalam keadaan yang sangat lelah.

Hanya butuh beberapa menit hingga sampai di dalam apartemen yang di tinggali oleh dirinya dan juga Jeongin yang nampaknya masih terbangun di saat jam sudah menunjukkan jam sebelas malam.

Lelaki manis itu terlonjak, terkejut atas kedatangan roommate nya yang sangat mendadak di tengah gelap dan sunyinya malam hari.

"Owh... Kau sudah pulang! Mau ku buatkan teh? "Renjun melempar tas nya saat tangannya yang lain sudah membuka pintu kamar yang di tempatinya. Dan mengangguk kan kepalanya, mengambil handuk yang berada di atas kasur dan pergi ke kamar mandi yang berada di dekat dapur.

𝑾𝒉𝒚 𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑴𝒆? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang