Resolution

1.1K 82 1
                                    

Jeno mengulurkan lengannya untuk meraih lengan Renjun yang baru saja ia turunkan setelah selesai membetulkan helm yang di berikan oleh Jeno. Renjun mendongakan kepalanya, menatap bibir tipis Jeno yang tersenyum manis dengan manik yang membentuk bulan sabit di balik helmnya. Pria manis itu dengan ragu menaruh telapak tangan kecilnya di atas tangan Jeno yang dengan sigap menarik tubuh kecil itu agar naik ke atas motor besarnya dengan mudah. Renjun memekik pelan hingga pada akhirnya mengeluarkan bunyi ' uhff  ' pelan dari mulutnya. Jeno mulai menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, menatap Renjun melewati spion motornya yang ia arahkan khusus untuk menghadap wajah Renjun yang tampak kedinginan hingga jemari - jemari lentiknya menarik hoodie kebesaran milik Jeno. Berusaha menghadang angin dingin untuk menusuk tubuh ringkihnya.

Jeno menegakkan kembali badan tegapnya dan meraih lengan kurus milik pria kecil di balik tubuhnya dengan berantakan hingga meremat dua lengan itu dan membawanya ke depan layaknya sebuah sabuk, membuat Renjun sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan dan menubruk tubuh besar nan kokoh milik Jeno yang kembali menunduk untuk meraih stir motornya dan menjalankan dengan kecepatan yang ia tinggikan sedikit.

Renjun hanya diam, menikmati hangatnya tubuh Jeno yang setia mengelus tangannya yang berada di perut berbentuknya. Hingga pria manis itu menyelipkan kedua lengannya di dalam saku Hoodie Jeno dan menyandarkan kepalanya di balik punggung Jeno. Menghela nafasnya yang bergetar akibat terlalu sering menangis hari ini. Renjun berusaha melupakan semua kejadian hari ini, tanpa melupakan kenangan yang pernah terjadi di antaranya dan juga Jaemin. Membuat sang sahabat yang sedari tadi ia peluk itu mengusap dengkul nya yang tertutupi oleh celana kain yang di bawakan Jeno.

"Tenang saja. Aku akan membawa mu pergi dari sini untuk sesaat. "Ucap Jeno terseret oleh angin yang menghembuskan kencang dengan salju yang turut menghampiri mereka yang tengah melewati gemerlap lampu kota, menyusuri sudut - sudut kota yang bahkan tak pernah terlewati hingga binar itu jauh berada di belakang mereka. Diam dengan pikiran yang sama - sama berkecamuk riuh di dalam otak mereka.

Hingga tanpa sadar Renjun mulai menepuk perut Jeno pelan, mengalihkan fokus Jeno hingga atensinya penuh ke arah Renjun yang wajahnya kembali terlihat di kaca spion.

Nampak sekali di wajah manis itu tertutupi oleh wajah lelah nan sembab. Belum juga wajah yang pucat dan juga warna bibir yang tampak memudar dengan sedikit luka di sana. Di pelipis nya tampak menyembul sebuah perban dan kapas yang menutupi luka akibat kecelakaan tadi.

"Mau kemana kita? Kita sudah berada jauh dari kota Lho... "Cicit Renjun dengan suara serak membuat Jeno terkekeh pelan hingga mereka berhenti di suatu tempat, Jeno memaksa masuk ke arah semak - semak menggunakan motor besarnya dan juga Renjun yang tampak tersentak kaget saat tubuh kecilnya akan jatuh dari atas motor. Motor besar itu berhenti berkerja saat Jeno mematikan mesinnya. Jeno tersenyum puas saat Renjun menatap dengan mata terkejut dan tersanjung ke arah depan.

Jeno yang memarkirkan motor besarnya di antara semak - semak yang menghadap langsung ke arah lautan berpasir putih yang tampak tengah melakukan pasang dengan bulan yang berada tepat di atas lautan luas nan gelap itu, menghasilkan pantulan indah dari benda - benda langit yang hanya akan hadir di saat malam hari.

Hanya ada bulan purnama dan juga beberapa bintang yang tampak berhambur acak di atas dengan awan berwarna abu - abu yang menghiasi langit gelap itu. Jeno turun dari motornya dan dengan cepat kembali menaiki dengan arah yang berbeda. Hingga Renjun yang tadinya menghadap punggung kokoh Jeno menjadi menatap wajah Jeno yang masih terlindungi oleh helm full face berwarna hitam dan merah miliknya.

"Ini... Busan? Cepat sekali kita sampai di sini. Dan mengapa harus di semak - semak? "Tanya Renjun. Pemuda yang duduk di depannya itu mula melepas helmnya dan menatap Renjun masih dengan senyuman khasnya. Ya... Senyuman Jenonya yang dulu, yang sudah jarang terbit sekarang. Membuat Renjun kembali tersenyum dengan Jeno yang membantu Renjun melepas helmnya.

𝑾𝒉𝒚 𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑴𝒆? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang