Problem solving

1.1K 90 16
                                    

Kakinya yang lunglai kesamping bergemetar tak karuan. Seluruh tubuhnya mendadak tak berfungsi dengan baik. Tremor parah menyerang dirinya yang menatap tak percaya ke depan. Kedua tangannya ia pakai untuk menutup mulutnya. Lampu kuning yang berkemilau memuakkan itu sudah di matikan oleh sang pemilik yang turun dengan membantu beberapa orang yang tengah berkerumun di tengah jalan. Dua pasang tangan lainnya membantu dirinya untuk berdiri, Surai hitam panjangnya tampak kotor akan salju yang baru saja ia hantam beberapa menit yang lalu saat seseorang dengan keras dan kasar mendorongnya menepi. Senyum lembut terakhir masih terekam jelas di pikirannya yang tampak membuta akibat senyuman terakhir itu.

"Renjun... Renjun... Ren... Hiks... "Panggil Seonho dengan suara bergemetar di sampingnya. Renjun bahkan merasa tuli saat suara Seonho tidak dapat masuk ke dalam pendengarannya dengan jelas. Hanya kejadian terakhir yang membuatnya hening seperti saat ini.

Renjun terus menangis tanpa melihat ke arah sekelilingnya hingga tangan kirinya memutuskan untuk merogoh sisi jaketnya sebelum beberapa suara yang ia kenal memanggil namanya secara bersamaan. Dirinya menoleh ke arah kiri dan melotot saat melihat sebuah truck dengan lampu kuning yang terpancar ke arah dirinya, menyuruhnya untuk segera menyingkir.

Jeno yang hendak akan lari untuk menyelamatkannya di buat terkejut saat siluet di sampingnya terlebih dahulu bergerak dengan cepat.

"Jaemin! "Teriak Jeno yang akan lari sebelum di tahan oleh Jeongin yang memeluknya dari belakang. Melihat Jaemin yang tampak menarik Renjun namun tak kuat untuk ia bawa menyingkir bersamanya hingga lelaki jangkung itu memilih untuk mendorong Renjun hingga menepi jauh. Senyum terakhir terpatri dengan sangat lembut di mata Jeno dan juga Renjun yang melihatnya. Ya... Untuk terakhir kalinya.

Hingga tubuh itu terhantam dengan kuat hingga jatuh dengan keras di belakang truck itu. Aspal keras menjadi daratan terakhir Jaemin yang menggelepar dengan mata yang berkedip sayup. Jeno dengan segera menghampiri Jaemin dan duduk di samping sang sahabat yang masih dapat terkekeh lemah di saat wajah nya yang begitu sempurna sudah tampak hancur dan penuh darah.

"Jen..o.. ya? "Bisiknya lemah saat melihat wajah Jeno yang terpahat sebegitu sempurnanya di banjiri oleh sungai air mata. Melirik sebentar Renjun yang berada di seberangnya dengan senyuman tipis.

"Se...pertinya dia takut ya..? "Tanya Jaemin kearah Jeno dan memejamkan matanya saat rasa pening menyerangnya. Dia mengeluarkan darah dari mulutnya saat batuk dengan keras membuat Jeno melepaskan Coat nya untuk menyelimuti tubuh Jaemin yang tampak ringkih di hadapannya.

Winwin datang dengan Jeongin. Winwin segera duduk di sebelah Jeno dan melihat keduanya.

"Cepat bantu aku membawanya ke dalam ambulan yang sudah datang! "Perintah Winwin ke arah orang - orang yang berkerumun begitu juga dengan Jeno.

Renjun yang menatap kerumunan itu segera membantu Jeno dan juga Winwin yang akan membawa masuk Jaemin. Lengan penuh darah yang terkulai lemah itu ia remat dengan lembut membuat sang empu kembali membuka matanya dengan sayu dan tersenyum tipis. Renjun kembali di buat menangis saat Jaemin membalas rematan tangannya dengan lemas.

Mobil ambulan yang tadinya melaju dengan cepat mendadak berhenti dengan pintu belakang yang di buka lebar - lebar. Beberapa orang sudah sigap membantu Jeno menurunkan Jaemin yang masih lunglai. Jaemin menggenggam erat kedua tangan milik sahabatnya saat dirinya sudah di dorong masuk.

"Bertahanlah... "Bisik Renjun.

"Jangan pergi. "Balas Jeno

Keduanya hanya di balas senyuman sebelum Jaemin menatap Jeno dengan senyuman khasnya dan menggerakkan bibirnya.  Membuat Jeno tercengang lalu terdiam berdiri membeku. Menatap Jaemin yang masih tersenyum dengan lengan yang melambai lemah, hilang di balik pintu putih dengan seorang perempuan atau suster berdiri di sana menahan mereka.

𝑾𝒉𝒚 𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑴𝒆? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang