part 10

135 3 1
                                    

Setelah mengantar Nana muridnya ini, Adnan langsung pulang.

"Assalamualaikum, bun." Sapa Nana sambil masuk kedalam rumah.

"Wa'alaikumussalam, eh anak bunda udah pulang." Ucap mia ibunda Nana.

"Nana lapar bun." Ucap Nana dengan manja dan mengelayut ditangan bundanya.

"Ganti baju dulu sana habis itu makan." Ucap Mia dengan lembut.

Nana langsung menganti bajunya dengan baju tidur bermotif doraemon.

"Eh, kenapa pakai baju tidur sih dek." Ucap Mia sambil melirik Nana.

"Gk ada baju lagi bun." Ucap Nana yg sudah tak sabar ingin makan.

Mia hanya bisa geleng-geleng melihat putrinya yg sangat mirip dengan sifat ayahnya.

"Hmm."

"Ayah." Ucap Nana sambil mengambil nasi.

"Tadi putri ayah ini diantar sama siapa?." Tanya ikbal ayah Nana dengan memakai kaca mata dan rambut yg lumayan sudah ada uban.

"Oh itu pak ceramah eh maksudnya pak Adnan guru agama sama olahraga yah." Ucap Nana sambil tersenyum sedangkan ikbal hanya geleng-geleng mendengarnya.

"Baik juga ya dek guru kamu mau nganterin kamu pulang." Ucap bunda Mia.

'Baik sih baik bun tapi nyebelin orangnya.' Batinku.

"Gk juga bun." Ucap Nana.

"Besok kamu ajak makan disini donk dek." Pinta bunda Mia yg membuatku tersedak nasi.

Uhuk..uhuk..

"Ya Allah dek kalau makan teh hati-hati jangan buru-buru." Ucap bunda Mia sambil mengelus punggungku dan memberikan minum.

"Habisnya Nana kaget bun." Ucap Nana.

"Ayah setuju tuh bun kalau gurunya si adek makan bareng kita itung-itung silahturahmi." Ucap ayah Ikbal yg membuat Nana membulatkan matanya.

"Nana gk setuju." Ucap Nana spontan.

"Kenapa?." Ucap kedua orangtua dengan bebarengan.

"Dia itu nyebelin tau bun." Ucap Nana.

Bunda Mia hanya geleng-geleng mendengar penuturan putri bungsunya ini.

***
"Dek abang mau nanya sesuatu?." Ucap Ziko sambil melirik adiknya yg sedang duduk disofa.

"Apa? Asalkan jangan yg aneh-aneh." Ucap Zahra.

"Kamu suka dibully gara-gara kamu pakai cadar ya dek disekolah?." Tanya Ziko yg penasaran.

"Ya, begitulah bang." Ucap Zahra sambil tersenyum.

Disisi lain ada seorang perempuan yg lebih tua dari mereka yg mendengarkan pembicaraan mereka.

"Dek, lebih baik lepas cadar kamu." Ucap ibu Ai yg membuatku kaget.

"Bu, Zahra kan udah pernah bilang gk akan buka cadar." Ucap Zahra sambil tersenyum.

"Kamu itu kalau dibilangin orangtua suka ngeyel sekali aja kamu nurut sama ibu apa susahnya sih." Gertak ibuku yg membuatku takut.

Ziko berusaha menengahinya.

"Bu, udah lagi pula ini udah jadi pilihan Zahra jadi lebih baik kita dukung saja keputusannya untuk memakai cadar." Ucap Ziko yg berusaha membela adiknya.

"Pilihan apa! Lagian kalian itu masih belum tau apa-apa udah sok2 an nasehatin ibu segala, mau jadi anak durhaka kalian." Bentak ibuku yg membuat air mataku menetes.

cadarku sayang,cadarku malangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang