01. Deret Realitas

5.5K 214 15
                                    

~ Diisi dan terus diisi namun tak pernah penuh~
💉❤️

Seorang gadis mungil tampak gusar ditandai embusan napas panjang, tanda frustasi mulai menyerang. Ia Khanza Azkadina Malika, siswi PKL dari SMK Kesehatan yang harus menyelesaikan praktik terakhir di salah satu rumah sakit swasta agar bisa dinyatakan lulus.

Sudah tiga kali revisian asuhan keperawatan milik Khanza tak disetujui. "Maunya, tuh, Dokter apa, sih? Enak banget nyuruh revisi. Lagian ini askep enggak kelar-kelar," omelnya sambil melirik sinis kertas yang tergeletak mengenaskan di lantai.

"Percuma ngomel, Bu. Tuh, askep enggak bakalan selesai," sindir Anggi dengan menatap malas Khanza yang sedari tadi mengomel tak jelas.

"Ih, Anggi! Aku, tuh, kesal banget! Coba dia bukan pembimbing lahan, udah kusantet." Walaupun begitu, Khanza masih sempat membereskan askep yang dibuang dengan kurang ajar oleh dokter pembimbingnya.

"Hus! Lo, nih, Za. Lagian salahnya di mana lagi, sih? Menurut buku panduan udah benar," ujar Anggi yang ikut bingung.

"Capek aku, tuh. Pasti begadang lagi."

"Emangnya dikumpulin kapan?" Anggi kembali bertanya.

"Besok, selesai apel pagi. Emang kamu udah?"

"Udah, sama yang lain juga kemarin. Langsung disetujui malahan," jawab Anggi dengan percaya diri.

"Ih, enak banget!"

"Entar aja dilanjut. Ke kantin dulu, yuk!"

"Enggak, deh. Udah bawa bekal dari Bunda. Lagian poli umum masih banyak pasien," tolak Khanza sopan.

"Oalah. Ya udah, deh. Mau nitip jajan, nggak?" tawar Anggi.

"Mau kalau ditraktir." Khanza menyengir.

"Percuma anak sultan kalau makan aja masih minta traktiran." Lagi-lagi Anggi mencibir, membuat Khanza tertawa renyah.

"Yah, si Ibu. Yang kaya itu orang tua aku. Lagian mereka mencapai itu enggak gampang dan aku enggak mungkin hambur-hamburin dengan seenak jidat."

"Iya, deh, iya. Jadi, nitip, nggak?"

"Lain kali, deh."

"Siap! Lain kali Khanza yang traktir," canda Anggi kemudian meninggalkan Khanza sendirian di aula, tempat rapat sekaligus responsi tadi.

Ini minggu pertama mereka praktik, di mana tiap kelompok beranggotakan lima orang. Minggu pertama, Khanza ditempatkan di poli. Untuk bagian poli nanti akan digilir, misalnya, hari pertama di poli mata, hari kedua di poli jantung, hari ketiga di poli umum, dan begitu pun selanjutnya.

Peraturannya, setiap tiga hari sekali mereka wajib melaporkan hasil kerja yang dilengkapi satu askep dengan penyakit yang berbeda di setiap orang. Ini salah satu persyaratan untuk lanjut ke ruangan selanjutnya dan mereka harus konsultasi di hari kedua.

Kembali ke topik utama. Sekarang Khanza bergegas untuk kembali ke poli. Tangannya sudah membuka gagang pintu aula, kemudian sedikit berlari. Karena kurang hati-hati, tanpa sadar Khanza menabrak seseorang yang membuat askepnya kembali berceceran.

"Astaghfirullah! Hape dua belas jutaku!" jerit orang yang Khanza tabrak.

Orang itu menatap Khanza. "Kamu?" ujarnya dengan jengkel, membuat Khanza mendongak karena penasaran.

"Eh, Dokter," respon Khanza malas.

"Kamu, nih, ya, kalau jalan pakai kaki dilengkapi mata juga, dong!, tapi percuma juga saya ngomel-ngomel, dasarnya perempuan enggak pernah salah."

FLAMBOYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang