04. Karpet Merah

1.7K 98 3
                                    

~ Tak ada yang bisa dicapai dalam semalam.~

❤️💉

"Assalamualaikum," salam Khanza saat ia sudah sampai di rumahnya.

"Waalaikumsalam," jawab Azka dan Aulia kompak. Kebetulan mereka sedang nonton di ruang tengah.

"Eh, sini, Sayang!" ucap Azka dengan memberi isyarat agar putrinya itu duduk di sampingnya.

"Iya, Yah?" tanya Khanza sambil menyenderkan kepalanya di bahu Azka.

"Manjanya kumat, ya, Say," ejek Aulia.

"Ish! Sekali-sekali, Bun," rengek Khanza.

"Ayah pergi sama Bunda aja, ya, nanti malam. Enggak usah ajak Khanza," goda Aulia.

"Istri Ayah, kok, gitu banget sama Khanza?" adu Khanza pada Azka yang membuat sang ayah terkekeh.

"Udah, Bun. Stop godain anaknya! Nanti nangis."

"Oh, iya. Anak Ayah, kan, cengeng," jawab Aulia.

"Ayah ...," rengek Khanza, membuat Aulia dan Azka tertawa.

"Yah, nanti acaranya rame, ya?" tanya Khanza sambil memejamkan kedua matanya, menikmati usapan Azka.

"Rame, Sayang."

"Ada red carpet kayak yang waktu itu, nggak?" tanya Khanza lagi.

"Pasti ada, dong," sahut Aulia.

"Khanza mau nanya, deh," ucap Khanza sambil menegakkan posisi duduknya.

"Apa?"

"Kenapa acara-acara besar sering pake karpet merah untuk penyambutan tamu? Emang harus merah, ya?" tanya Khanza penasaran.

"Bunda pernah baca alasannya, tapi Bunda lupa," jawab Aulia.

"Kalau Ayah tahu apa enggak? Padahal warna lain, kan, ada."

"Ayah lupa-lupa ingat. Ini pernah disinggung pas Ayah kuliah dulu, tapi intinya ini kebiasaan sudah diterapkan sejak 2500 tahun silam."

"Iya, Bunda dulu pernah dengar juga kalau karpet merah ini pernah disinggung di drama dari Yunani, Bunda lupa judulnya. Nah, di situ mereka promosiin karpet merah sebagai sarana untuk mengangkut bangsawan dari kereta kencana ke rumahnya," sahut Aulia.

"Menurut mitologi Yunani, warna merah tersebut adalah warna dewa, di mana melambangkan keabadian, pengorbanan, serta keagungan."

"Kata orang zaman dulu, warna merah ini warna paling susah dibuat, daripada warna lain. Orang zaman dulu memanfaatkan serangga buat hasilin warna merah," tambah Aulia kembali.

"Ha? Serangga? Aneh banget. Emang, iya, Yah?" tanya Khanza yang membuat Aulia jengkel.

"Udah, ah, males banget ngejelasinnya. Mentang-mentang bapaknya lebih pintar," sindir Aulia yang membuat Azka dan Khanza terkekeh mendengarnya.

"Ngambekan," sindir Khanza yang membuat Aulia pergi meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.

"Yah, Bunda marah kayaknya," ucap Khanza pelan.

"Enggak, kok, biarin aja. Jadi, lanjut ceritanya?" tanya Azka yang dibalas anggukan oleh Khanza.

"Sampe mana tadi?"

"Serangga."

"Oh, iya, lupa. Jadi, mereka tidak menggunakan serangga sembarangan, Sayang. Mereka pakai serangga kecil yang namanya Cochineal buat pewarna alami dan serangga ini sangat sulit ditemukan, sehingga harganya mahal, cuma bisa dibeli oleh kalangan berduit. Sejak saat itulah merah identik dengan penguasa, bangsawan, dan kaum berduit."

FLAMBOYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang