~ Berada dibawah langit yang sama dengan rasa yang berbeda. ~
❤️
💉Khanza masih berkutik dengan askepnya di apartemen Huda. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, itu berarti sudah satu jam ia berada di sana setalah bebas dari piket siangnya tadi, sedangkan pemilik apartemen dengan santai duduk di sofa single yang tak jauh dari gadis itu. Khanza tadi ke sana bersama Rizky, tetapi pemuda itu izin keluar sebentar sejak tiga puluh menit yang lalu.
"Kamu lagi buat askep apa buat buku? Lama amat," cibir Huda. Namun, Khanza tak menghiraukan.
"Oi! Jengkel Man ini sedang mengajukan pertanyaan buat kamu, lho," Huda kembali berucap, membuat Khanza berdecak kesal. "Mending kamu jujur kalau yang dikatakan temanmu itu benar! Saya tidak menyangka ternyata mulutmu isinya sampah semua," lanjutnya.
Khanza menoleh tanpa sepatah kata.
"Mau saya kasih tahu sesuatu, nggak?"
"Ck! Apa?" tanya Khanza malas.
"Bohong itu penyakit kronis, lho."
"Hah?"
"Kamu pasti tahu Pinokio, kan? Apa yang terjadi jika dia suka bohong?" tanya Huda yang membuat fokus Khanza seutuhnya padanya.
"Kalau ia bohong, hidungnya akan tambah panjang."
"Nah, itu salah satu gambaran buruk untuk orang yang suka bohong. Lantas kalau itu manusia, apanya yang akan panjang?" tanya Huda kembali.
"Dosanya mungkin," jawab Khanza polos hingga membuat Huda terkekeh.
"Kamu tahu istilah medis pseudologia fantastica atau sering dikenal mythomania?"
"Pernah dengar, tapi enggak tahu maksudnya."
"Nah, itu istilah medis untuk orang yang suka bohong. Ini lumayan bahaya karena bisa membuat seseorang menjadi pembohong ulung."
"Separah itu, Dok? Astaga saya baru tahu."
"Iya. Menurut buku yang saya baca, pseudologia fantastica ini pertama kali ditemukan oleh psikiater asal Jerman yang bernama Anton Delbrueck. Bukan hanya itu, dalam ilmu psikologi ini dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe pertama yang sering dikenal dengan istilah pembohong patologi atau bohong berdasarkan niat dan sudah direncanakan, sedangkan tipe kedua itu yang kompulsif atau bisa jadi secara spontan."
"Yang kedua maksudnya gimana, Dok?"
"Yang kedua? Ini biasanya, sih, secara spontan, misalnya untuk menjaga citra diri atau bisa jadi karena gengsi."
"Astaga. Bohong sama halu sama atau enggak, Dok?"
"Halu juga termasuk ke dalam ciri-ciri orang mythomania. Nah, kalau halu sendiri lebih ke pembohong terhadap diri sendiri atau dia menciptakan suatu kehidupan dalam khayalan sesuai dengan apa yang dia inginkan dan dia kendalikan. Jadi, stop halu sama Oppa yang jelas-jelas tidak bisa kamu gapai."
"Gitu, toh, Dok."
"Iya. Kembali lagi ke masalah bohong. Nah, ketika seseorang memutuskan untuk berbohong, maka tubuh kita akan melepaskan hormon kartisol atau hormon stres. Hormon ini akan diterima oleh amiglada di otak untuk mengolah kebenaran. Setelah melalui proses ini, perilaku kita akan terpancar."
"Perilaku? Hubungannya apa, Dok?" tanya Khanza tak mengerti.
"Iya, karena secara tidak langsung mata tak akan berhenti bergerak, pandangan mata selalu ke arah kanan, wajah mulai memerah, perlahan berkeringat, degup jantung yang tak normal, bahkan parahnya, badan gemetaran. Ini bisa menjadi kebiasaan jika kita sering berbohong dimulai dari hal paling kecil yang tanpa kita sadari lama-kelamaan itu menjadi suatu hal yang tak dapat dihentikan lagi, bahkan otak kita akan susah membedakan mana yang benar dan mana yang salah."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
JugendliteraturTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...