~ Takdir yang sudah dimulai tak dapat dibatalkan oleh kekuatan manusia, mustahil untuk menghambatnya~
💉🩺❤️Keesokan harinya, Khanza sudah berkumpul dengan gengnya di kantin rumah sakit karena ia mendapat giliran shift siang dan sekarang ruangan yang ia dapat adalah ruang Sakura.
"Udah, cepet habisin makanannya! Siapin tenaga, bentar lagi kita dibantai," ucap Jupri.
"Oh, iya, Jup, udah ketemu siapa yang ngehamilin kucing lo?" tanya Kevin sambil tersenyum mengejek.
"Belum. Yang pastinya, sih, kucing juga," jawab Jupri santai.
"Ya, iya, kucing juga, masa gajah. Gue gak bisa bayangin kalau, tuh, kucing ngandung anak gajah," sahut Ucup sedikit heran dengan jawaban Jupri yang tidak bisa diterima sama akal sehatnya.
"Za, kita udah selesai responsi. Yang piket pagi ditunggu, tuh, sama Dokter Huda di ruang biasanya," ucap Tina tiba-tiba yang kebetulan hari ini sedang piket di poli.
"Iya, Tin. Makasih infonya. Hati-hati, ya," jawab Khanza.
"Yuk, buruan! Nanti makin marah, tuh, Pak Dokter," ajak Khanza ke teman-temannya.
Di dalam ruangan sudah ada pembimbing dan kelompok lainya. Responsi hari pertama akan dibagi menjadi dua bagian, shift pagi pukul delapan yang diuji sama pembimbing akademik dan shift siang pukul satu yang langsung sama pembimbing lahan, tetapi bisa saja terjadi perubahan, tergantung dari jadwal pembimbing itu sendiri.
"Siapa yang suruh kalian masuk? Tunggu di luar dulu! Saya selesaikan kelompok ini," ucap Huda yang membuat Khanza dan gengnya melongo.
"Drama apa lagi ini," gumam Putra.
Sekitar lima belas menit mereka menunggu dan akhirnya diperbolehkan masuk.
"Selamat siang. Langsung saja kumpulkan askep yang sudah kalian kerjakan karena saya tidak ingin membuang waktu," ucap Huda to the point.
"Ya elah, Dok. Basa-basi dulu, kek," ucap Jupri sambil mengumpulkan askep temannya.
"Ini sudah dipelajari?" tanya Huda tanpa berniat menjawab perkataan Jupri sebelumnya.
"Sudah."
"Ini kenapa bisa tujuh? Seharusnya, kan, lima orang. Kelompok tadi juga kenapa ada delapan anggota?"
"Jadi, gini, Dok. Sebenarnya saya sama Ucup itu di kelompok sebelumnya, tapi karena tadi Dokter suruh keluar, ya, saya gabung di sini aja dulu," jelas Nia.
Huda langsung saja mengangguk. "Bagus. Saya rasa kalian sudah paham sampai sejauh ini. Ingat, waktu kalian tinggal tiga minggu lagi. Saya ingin kalian memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya. Oh, iya, satu lagi ...," ucapnya menggantungkan ucapannya.
"Tumben banget Dokter cerewet hari ini," celetuk Ucup yang langsung saja dipelototi yang lainya.
Baru saja mereka bersyukur karena diajukan cuman satu pertanyaan oleh Huda. Namun, seketika mereka kesal dengan Ucup yang mulutnya tidak dijaga.
"Kenapa? Anda tidak suka?" sahut Huda.
"Bukan begitu, Dok. Kayak beda aja. Nih, ya, Dok, teman saya pernah ngomong, lebih tepatnya Khanza pernah ngomong kalau Dokter itu tembok berjalan. Bener nggak, Za? Tembok apa kulkas, sih, Za, yang waktu itu kita gibahin Pak Dokter gara-gara disuruh revisi? Katanya, Dokter itu irit banget kalau ngomong. Udah gitu dia bilang, kayaknya dosa dia terlalu banyak makanya dapat penguji kayak Dokter. Padahal, Dokter baik, cuman tanya satu pertanyaan aja. Eh, ngomong-ngomong, Dokter ganteng banget, lho. Mukanya juga glowing banget. Iya apa enggak, Jup?" oceh Ucup, sedangkan Khanza? Ia sudah pucat pasi mendengar kejujuran Ucup.
"Iya, Dok. Bagi tips glowing, dong! Saya, tuh, suka malu kalau ngumpul sama teman saya karena saya merasa paling ganteng sendiri. Padahal, saya cuman pakai bedak bayi. Makanya saya minta tips dari Dokter biar saya rekomendasikan nanti ke teman-teman saya supaya mereka enggak minder," sahut Jupri.
Kevin dan Putra tidak berhenti mengelus dada kala melihat kebodohan kedua temannya yang disiarkan langsung di depan mata mereka, begitu pun dengan Nia dan Anggi.
"Terus apalagi yang teman kamu omongin tentang saya?" tanya Huda sambil menatap Khanza yang cemberut tanpa memedulikan ocehan mereka.
"Oh, iya. Masa dia namain kontak Pak Dokter itu 'dr. Jengkel Man', Nah, ini enggak bohong, Dok. Kemarin, kan, kita main, yang kalah harus telpon acak. Nah, pas giliran Khanza, dia, kan, harus telpon dokter, saya lihat dengan mata kepala saya sendiri kalau kontak Dokter dikasih nama 'dr. Jengkel Man'. Seriusan saya, Dok," adu Ucup dengan sangat semangat.
"Hm, begitu. Sekarang kalian boleh keluar. Oh, iya, salamin keteman kamu, ya, Cup! Suruh dia siap-siap juga karena saya mau gangguin dia biar dia tahu definisi jengkel man sebenarnya itu gimana," balas Huda yang langsung saja keluar dari ruangan. Namun, sebelum itu ia tersenyum mengejek ke arah Khanza.
"Ucup! Jupri! Hua! Enggak mau lagi temenan sama kalian berdua!" teriak Khanza kesal, sedangkan teman-temannya yang lain langsung terbahak-bahak setelah mati-matian menahan tawa.
"Lha, emang kenapa?" tanya Ucup dan Jupri kompak.
"Tanya aja sama rumput yang bergoyang!" jawab Khanza ketus.
📖📖
Kalian apa kabar? Sudahkah bahagia? Tetap semangat, peluk jauh dari RezaOhany
See you next part ❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...