2nd : Nekat

599 128 7
                                    


Sinbi menunggu sendiri di tenda. Kakinya ia hentak-hentakkan, kesal sama nasib sialnya pagi ini. Kini merengek-rengek tak jelas, menggerakkan tangan kaki kesana-sini melampiaskan kekesalannya.

"Sinbi Cantika Dewi ?" Suara berat itu membuat Sinbi duduk menegak seketika.

Sinbi tak berani menoleh ke belakang, melihat bayangan yang mendekat itu saja sudah membuat kulitnya merinding.  Lelaki itu kini sudah duduk di depan Sinbi. Dilihatnya nametag panitia bernama Ardhana Gibrani Hatta, posisi Ketua Keamanan, slayer merah di tangan kirinya. Ah, ini yang kata Kak Sarah ganteng, cakep sih, tegap gitu badannya. Satu hal yang mencolok dari si lelaki, aura tegasnya dan his adam apple.

Tas Sinbi, Aga letak di meja, digeledah ulang olehnya. Terlihat dengan jelas ia mengeluarkan dua bungkus rokok berwarna putih, dan lighter merah. Ketiganya kini diletakkan persis di depan Sinbi. Sinbi menatap sesal barang itu, bisa ga sih kutuk dia jadi bidadari sekarang, udah capek-capek begadangan ngerjain barang OSPEK malah kena sial paginya.

"Sinbi Cantika Dewi ?" panggil lelaki itu mengulang.

"Iya, saya kak."

"Lo tahu salah lo apa ?" Tanya Aga, nadanya mengintimidasi. Aga melipat tangan di depan dada. Mata tajamnya memandang Sinbi.

Sinbi mengangguk, "Ada rokok kebawa kak di tas Saya." Jawab Sinbi yang kini balas menatap Aga.

"Kebawa? Ga salah kata buat berkelit ?"

Sinbi mengernyit tak suka dengan jawaban kakak tingkatnya, "Iya kak, kebawa. Itu punya abang saya, tas saya kemaren dipake sama abang saya."

"Lo ga coba berkilah melimpahkan kesalahan lo ke orang lain kan? Udah dijelasin kan sama Pembina lo kalo rokok jadi salah satu barangan terlarang OSPEK ? Harusnya lo cek dong semalem ?" Aga masih saja mengintimidasi.

For your information, merasa dipojokkan adalah salah satu hal yang tidak disukai gadis Gemini itu, "Kak, sumpah Demi Tuhan saya udah cek semalem, tapi emang manusia bisa lalai, dan saya sadar saya salah saya ceroboh sampe rokok itu kebawa." Sinbi menjawab sambil mengatur emosinya yang mulai naik.

"Ga usah lo bawa-bawa Tuhan, lo bakal kuliah di fakultas hukum, ga bawa Tuhan tapi bawa bukti konkrit buat buktiin omongan lo. Sekarang buktiin."

"Tadi saya sudah mengusulkan untuk menelpon kakak saya sebagai pembelaan diri saya di depan kakak-kakak gerbang. Tapi katanya urusan rokok ga bisa diganggu gugat dan harus ketemu Kakak."

"Yaudah, sekarang urusan lo sama gue. Buktiin di depan gue sekarang."

"Oke. Saya akan telpon kakak saya sekarang" Jawab Sinbi, ia meraih tasnya mencari hp miliknya. Segera menelpon kakaknya.


Ga diangkat.

Sinbi coba buat telfon lagi.

Masih ga diangkat.

"Angkat dong bang, angkat." kata Sinbi samar bermonolog sendiri.


"Ga diangkat? Apa akting doang?" Suara Aga menginterupsi.

Sinbi meletakkan hp di atas meja kesal, "Saya gak akting ya kak. Itu beneran rokok kakak saya." Sinbi menyahut mulai emosi, nada suaranya bergetar.

"Barang siapa yang mendalilkan ia harus membuktikan. Lo ga bisa ngasih bukti buat ngonkritin omongan lo." Suara Aga yang mengintimidasi itu benar-benar membuat Sinbi jengah, ia benar-benar tidak salah kenapa jadi dipojokkan bersalah.

Sinbi kesal, kepalanya menunduk terdiam menimang apa yang harus ia lakukan.

"Lo mau tahu konsekuensinya apa kalo lo ga bisa buktiin ?" Mendengar pertanyaan Aga kepalanya kembali ia tegakkan, membalas tatapan Aga.

"Lo bakal diawasin 3 hari penuh sama anak-anak keamanan." Aga melanjutkan.


Gak, Sinbi gamau, kaya diuntit tahu ga sih. Hei, rokok itu kenyataannya emang bukan punya dia.


"Oke, saya buktiin sekarang." Kata Sinbi mantap. 'Ga ada cara lain.'

Ia ambil sebatang rokok dari bungkus yang sudah terbuka, menyalakan dengan lighter yang berwarna merah itu.


"Lo mau ngapain ? Ngrokok depan gue ? Mau buktiin kalo lo emang perokok dari rokok ini ?" Sindir Aga, tersenyum mengejek.

Sinbi diam tetap melanjutkan aksinya. Jari telunjuk dan jari tengah yang menghimpit sebatang rokok itu ia arahkan ke bibirnya. Ia hisap kuat-kuat rokok itu.

Merasa kini rongga di lehernya penuh asap, mulai tidak nyaman. Dilihatnya Aga yang masih tersenyum miring ke arahnya.

Nekat. Itu yang Sinbi lakukan sekarang, ia tahu ia sama sekali tak bisa merokok. Ia tahu sebentar lagi ia akan collapse. Tapi ia benar-benar kehabisan akal, ia harus membuktikan kalo ia tak salah.  

Sinbi mulai terbatuk, sudah tak kuat dengan asap yang memenuhi rongga lehernya. Nafasnya sesak, gadis itu terengah mencari-cari udara untuk kembali bernafas normal.

Aga yang baru menyadari kalo gadis itu tidak bisa merokok kini bergerak maju. "LO CARI MAMPUS ?" Tangan kanannya meraih badan gadis itu, sedang tangan lainnya langsung mengambil rokok dari jemari Sinbi membuangnya asal.

Sinbi masih terengah, ia butuh udara. Badannya lemas, ia pasti sudah jatuh kalau Aga tidak menahan badannya saat ini. Aga bingung harus membantu bagaimana, perasaan menyesal tiba-tiba saja membuatnya ikut merasa sesak. Tangan Sinbi mencengkram kuat lengan Aga yang terbalut almamater, "Kak..." ucap Sinbi Kesusahan.   

Aga langsung membopong gadis itu, Sinbi pasrah, nafasnya melemah.

Jelas dia butuh oksigen. Aga Goblok!. Lelaki itu mengumpati diri sendiri.

Tergesa, ia keluar dari tenda bergegas dengan langkah cepat. "JOHNNY BUKA GERBANG CEPET!" Teriak Aga dari jauh. Lelaki itu menarik perhatian maba-maba yang masih mengantri untuk inspeksi.

"LHOH, ADEKNYA KENAPA, LO APAIN AGAA ?" teriak Yaura kaget.

Sedangkan Johnny membuka gerbang dengan cekatan. Aga berlalu begitu saja memasuki kampus menuju ruang kesehatan. Meninggalan Tanya dari orang-orang yang mereka lewati.



















part 2 nya gimanaa?

Sehat terus ya kalian, it'll be nice if this story can boost your mood up.

Have a good day! 

-El

1st TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang