3rd : Cowok Baik

588 116 10
                                    




Anak-anak divisi kesehatan memilih untuk berjaga di depan ruang kelas yang disulap jadi ruang kesehatan ini. Menyisakan Aga dan Sinbi di dalamnya. Aga terdiam merenung, netranya tidak lepas dari gadis yang tidur di atas brankar di hadapannya. Masker Oksigen sudah dilepas beberapa menit yang lalu, Sinbi tertidur setelahnya. Dengkuran halus yang terdengar di telinga Aga paling tidak membuatnya tenang, cukup untuk meyakinkan kalo Sinbi sekarang sudah baikan.

Suara pintu terbuka mengalihkan fokus Aga. Saat ia menoleh, ia melihat Teddy si Ketua Panitia OSPEK 2019, slayer hitam terikat di lengan kiri yang terbalut almamater itu berjalan mendekat kearah Aga.

"Lhoh, Sinbi ?" ucap Teddy sedikit kaget, mengetahui siapa mahasiswa baru yang katanya tadi ambruk ini.

"Lo kenal Ted ?" dahi Aga berkerut memandang Teddy.

"Adeknya temen SMA gue. Kok bisa sih ga, lo apain ?" Jawab Teddy kemudian duduk di dekat Aga.

"Ck. Ga gue apa-apain. Ni bocah nekat. Ga bisa ngrokok, ngabisin seperempat batang sekali isep." Aga menjawab, menaruh pandangan lagi ke si gadis.

"Kok bisa? Gimana ceritanya ?" Teddy mulai penasaran. Dia tahu kalo Sinbi itu memang benci asap rokok. Dulu waktu SMA tiap main ke rumah Hobi pasti adeknya ngumpet di kamar setiap mereka nyebat.

"Dia ketahuan bawa rokok. Lo tahu sendiri, satu larangan OSPEK yang paling di wanti-wanti itu Rokok. Gue minta dia buktiin kalo rokok itu bukan punya dia. Dia bilang punya kakaknya. Dia ga bisa buktiin, kejadian deh dia nekat ngrokok." Jelas Aga padat membuat Teddy manggut-manggut kecil. "Lo ngapain kesini ?" Lanjut Aga menelisik Teddy si Ketua.

"Ngecek aja. Tadi si Jenny panik langsung nguber gue, padahal lagi rapat inti mau pembukaan." Jawab Teddy. "Kakak Sinbi emang perokok, tapi ni anak agak anti sama asap rokok." Teddy sedikit menjelaskan. "Tapi dia udah gapapa kan ?" Tanya Teddy ke Aga.

"Hm, tadi kata Erna dia udah gapapa. Tinggal istirahat aja."

"Yaudah, gue hubungin kakaknya suruh jemput. Biarin dia istirahat dulu di rumah hari ini." Kata Teddy, tangannya menepuk pundak Aga, "Kalem bos, muka lo sekarang keliatan kaya mahasiswa kabur bawa gorengan Bu Asih belum bayar" Teddy terkekeh, membuat Aga mendecak sebal. Badannya ia gerakkan untuk menepis tangan Teddy di pundaknya. "Apaan sih, gue ini lagi bingung, gue yang salah atau dia yang salah."

"Salah dua-duanya. Gengsi Sinbi tinggi, gue tahu itu. Dan lo juga, jangan terlalu mendalami peran jadi Ketua Keamanan segitu galaknya Ga. Kalem aja, di depan masih ada tikungan buat ngerem." Ujar Teddy random, Aga yang mendengar itu hanya menatap Teddy tanpa ekspresi.


Brankar sedikit bergerak, mengeluarkan suara berdecit kecil. Sinbi sudah bangun, Teddy dan Aga spontan menoleh ke arahnya. Sinbi kini menatap keduanya bergantian. Terlihat linglung.

"Lirikan matamu menarik hati." Teddy nyeletuk bersenandung. Mengundang tabokan dari Aga. "ADUH! HEH! GA SADAR YA TANGAN LO SEGEDE GAJAH!" Ujar Teddy meringis sakit, mengusap-usap lengan yang kena tabok Aga.

Sinbi yang melihat itu juga ikut meringis kecil, suara tabokannya ga kalem, mana abang yang ia kenal sebagai teman kakaknya itu sok lemah. Payah.


Oiya, gue tadi nyebat. Ia seketika ingat siapa orang yang duduk di sampingnya itu, kakak tingkat berwajah tegas yang memojokkan dia tadi. Raut wajah Sinbi seketika ditekuk kembali, agak sebal menatap Aga. Tapi Bang Teddy ngapain disini ?

"Gimana ?" Tanya Aga datar kepada Sinbi.

"Gimana apanya kak ?" Jawab Sinbi sekenanya, mengernyit heran dengan pertanyaan ambigu itu.

"Kondisi lo."

"Oh, mendingan kak. Kakak yang bawa saya kesini ?" Tanya Sinbi yang dibalas anggukan kecil oleh Aga. "Makasih kak. Maaf ngrepotin" Ucap Sinbi dengan senyum tipis yang dipaksakan.

1st TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang