14th : Sierra's Words

362 72 12
                                    

- - -

"Ra, temenin gue lah!"

"Apa sih bi, ga liat gue lagi ngapain?" Sierra menepis tangan Sinbi yang menggelayut di lengannya, sedang dirinya sibuk dengan game homescapes kesayangannya.

"Itu mah bisa nanti, ini lho gue genting, 10 menit lagi gue udah harus otw perpus." Jelas Sinbi mendrama, sedikit panik.

Sierra mendecak, kesal waktu ngegamenya terganggu. "Ajak yang lain aja, duo curut kek, Dovan, Willy, Jia?" ujarnya dengan nada tak acuh kepada Sinbi.

"Sibuk semua, ga ada waktu buat ngehubungin, tinggal berapa menit lagi Ra. Ayolah gue beliin kopinya Kato deh nanti." Kata Sinbi masih berusaha membujuk.

Sierra sedikit tertarik, perhatiannya mulai teralih. Bibir menipis, badannya bergerak ke samping mencoba menghadap Sinbi. Hanya sebentar, yang kemudian menggeleng kecil, kembali lagi ke posisi semula, fokus menghias rumah virtualnya. "Enggak. Kurang mempan. Kurang mahal. Starbucks kek, Pepperlunch kek."

"Anjir! Temen kok hobinya malak. Kemaren siapa yang sok-sok an maksa nemenin gue kemana-mana, HAH?" Tukas Sinbi ketus sambil menabok paha Sierra.

"AWW! Paha princess nanti merah gimana? Lagian perpus cuma di sebelah ruang baca, lo jalan berapa langkah aja udah nyampe, gue yakin lo aman, gue pantau dari sini." Ujar Sierra meringis perih, mengusap-usap pahanya sendiri.

Sinbi mendecih, "Ga ada raja yang mau ngadopsi lo jadi princess. Lagian gapapa sih keliatan merah dikit, asal bukan bekas cupang." Jawab Sinbi random, kini mulai membereskan barang-barangnya yang tercecer di salah satu meja di ruang baca. Dia bergegas sendiri, sudah yakin kalau tingkat kemageran Sierra sedang tinggi.

"Bukannya cupang cuma di leher ya? Emang nyampe paha?" Kepo Sierra polos.

"Mana gue ngerti, ini kenapa jadi bahas cupang deh? Untung ruang baca sepi." Kata Sinbi heran dengan percakapannya. Tangannya memasukkan satu persatu barangnya ke dalam totebag kuliahnya.

"Plis ya, lo duluan yang mulai." Ucap Sierra memasang wajah datarnya. "Emang beneran ya cupang bikin kulit merah?" Tanya Sierra masih penasaran.

"Mana gue ngerti Raa. Gue kan single sejak lahir, Lo yang praktekkin coba." Jawab Sinbi sekenanya. "Eh gabisa. Lo kan senasib sama-sama jomblo. Kecuali lo praktek sendiri." Lanjutnya semakin random.

"Ngapain? Gila lo." Racau Sierra tak terima.

Sinbi hanya merengut tak niat menanggapi Sierra, "Lo beneran ga bisa nemenin?"

Sierra menggelengkan kepalanya mantap, "Males ah, nanti gue jadi nyamuk. Ini kan date pertama lo sama bang Aga."

"Date apaan. Gue cuma mau pinjem materi ya." Jelas Sinbi mengelak perkataan Siera.

"Iya judulnya pinjam materi, isinya mah modus." Balas Sierra.

"Gue serius mau pinjem materi." Kata Sinbi datar masih mengelak, mulai berdiri dari duduknya. Terdengar samar suara derit kursi yang digerakkan mundur.

"Ya kan elo, gatau bang Aganya modus apa enggak. Kalo kata gue sih modus. Cowok mah banyakan gitu."

"Ya ga mungkin lah, kak Aga itu baru putus belum ada sebulan. Dia itu cuma kelewat baik." Jawab perempuan itu tak mau berharap banyak.



Jujur.

Kalo udah baper sih iya.

Berharap sih iya.

Udah lama Sinbi ga ngerasain suka sama cowok. Sekalinya suka ada takdir lucu diantara keduanya.

Sinbi sempet ngebayangin jalan sama Aga terus disenyumin sama dia. 

Beberapa hal favorit dari Aga yang buat Sinbi sedikit memiliki perasaan untuk lelaki itu. His smile, his voice, his adam apple. Nice! And dont forget to include his kind manners.



Sierra menatap lurus Sinbi, meletakkan ponselnya. "Bi, nih ya gue kasih tahu. Lo tuh kalo suka ya suka aja. Ga usah gengsi. Kalo mau berjuang, silahkan berjuang. Ga ada kok hukumnya cewek itu salah ketika berjuang demi cinta. Mau dia baru putus kek, jomblo veteran kek. Santuy, you're not criminal." Jelas Sierra berlebihan.

Namun Sierra tahu persis, Sinbi adalah tipe orang yang memendam perasaan personalnya, meskipun dia adalah orang yang terhitung jujur dan spontan dalam kesehariannya. Walaupun dia juga tahu, kalau Sinbi ini takut jatuh. 


"Ck. Lo kalo ngomongin cowok aja bacotnya tumpah-tumpah. Gak. Gue gamau berharap, takut sakit." Balas Sinbi singkat ke Sierra.

Sierra yang mendengar itu hanya mendengus kesal. "Terserah, kalo ada award batu bernafas terkeras di dunia, gue yakin lo pemenangnya. Yang lalu udah biarin lalu."

Sinbi tak menanggapi Sierra, ia melenggang begitu saja meninggalkan temannya itu di ruang baca. Selain kesal karena ucapan Sierra yang cukup menyentil egonya, dirinya harus bergegas. Tapi dalam jalannya, dia sempat mengirim chat ke Sierra,


Sierra bukan Bidadari

Sinbi : Gue ke perpus dulu. Nanti kalo balik kabarin.













hey aga, will meet you very soon :)

1st TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang