Chapter 9 : Love Is Pain

83 15 0
                                    

"Love is alive both not ambiguous. Love is whole life, not an affair. Love is life sharing, not hurt."

Diluar sedang hujan lebat, aku mengamati tetes-tetes hujan membasahi kota Seoul dari jendela apartemen. Menyesap cokelat panas yang ada di tangan ku sembari menunggu Baekhyun pulang dari bekerja. Inilah kegiatan yang sudah rutin aku lakukan selama 7 hari ini.

Ah ya, Aku dan Baekhyun sudah tinggal di apartemen yang sama sekarang. Sehari setelah pertunangan kami, Baekhyun membawa ku tinggal di apartemennya di daerah Gangnam. Entah apa maksud Baekhyun membawaku untuk tinggal bersama sebelum hari pernikahan tapi yang pasti firasatku mengatakan ada sesuatu di balik itu semua.

Aku menghela napas panjang, kulihat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan cokelat yang ada di gelasku juga sudah habis tapi Baekhyun belum juga pulang. Aku menatap nanar ke arah pintu berharap Baekhyun masuk darisana, tapi harapan ku sia-sia tak ada pergerakan apapun. Baekhyun memang sering pulang malam karena pekerjaannya tapi kenapa perasaan ku kali ini tak enak. Aku berjalan gontai ke arah dapur untuk mencuci gelas bekas coklat panas ku. pikiran ku mulai berkecamuk tentang Baekhyun 'Apa yang dilakukan Baekhyun sekarang?' 'Apa dia sudah makan malam?' 'Berada dimana Baekhyun sekarang?' 'Apa dia baik-baik saja?' rasa takut mulai menjalar di pikiran ku 'apa dia bersama Taeyeon sekarang?' aku menggelengkan kepala ku 'tidak-tidak Baekhyun sedang bekerja sekarang. Kau harus percaya dengan Baekhyun, Ji.' aku meyakinkan diriku sendiri dan mengusir semua pikiran burukku.

Setelah selesai mencuci dan membereskan dapur aku kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa. Aku bertekad untuk menunggu Baekhyun mungkin sebentar lagi dia akan pulang. Tapi mataku mulai tak bisa di ajak berkompromi, aku mulai menguap beberapa kali menahan kantuk. Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam dan mataku sudah mulai memberat perlahan. Mungkin aku bisa tidur sebentar selagi menunggu Baekhyun. Aku membaringkan tubuhku di sofa dan mencari posisi tidur yang nyaman.
"Selamat malam Baekhyun." Gumam ku kepada seseorang yang mungkin sama sekali tak bisa mendengar nya.

*****

Author's Pov

Baekhyun berdiri di depan cermin dan mengancingkan kemejanya yang berantakan. Sepasang tangan mungil melingkar di perut berotot Baekhyun yang sudah dilapisi kemeja.

"Kau mau pulang sekarang Hyunnie?" Tanya Taeyeon manja sambil menempelkan kepalanya di punggung tegap Baekhyun.

"Iya Taeng. Aku harus pulang sekarang." Baekhyun masih merapikan penampilannya.

"Tapi di luar masih hujan Hyunnie, Lagipula kita sudah lama tak menghabiskan waktu berdua kan. Kau menginap saja di sini." Taeyeon mengeratkan pelukannya di perut Baekhyun.

Baekhyun melepaskan tangan Taeyeon dari tubuhnya kemudian berbalik menghadap Taeyeon.
"Aku tak bisa Taeng, ada seseorang yang menunggu ku di apartemen. Jadi aku harus pulang."

"Ji Eun?" Tanya Taeyeon dan Baekhyun mengangguk.

"Kau sudah mulai memperhatikannya sekarang, Apa kau sudah mulai menyukai nya sekarang? atau jangan-jangan kau sudah jatuh cinta padanya." Mata Taeyeon sudah mulai berkaca-kaca sekarang.

"Tidak Taeng, aku tidak mencintai Ji Eun. Yang ku cintai cuma kau seorang Teeng, Kim Taeyeon tak ada yang lain. Aku hanya takut dia sakit karena dia menunggu setiap hari dan Eomma akan memarahi ku, kau tau kan bagaimana Eomma kalau sudah marah padaku. Sekarang jangan menangis dan tetaplah percaya padaku,Taeng." Baekhyun menghapus mata Taeyeon yang mulai basah.

"Sekarang tersenyumlah karena kau jelek saat menangis." Baekhyun menarik sudut bibir Taeyeon agar tersenyum.

Taeyeon mengangguk dan mulai tersenyum seperti yang dikatakan Baekhyun.
"Lalu kapan kau akan kemari lagi Hyunnie?" Taeyeon menatap Baekhyun dengan wajah puppy eyes nya sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya yang hanya berbalut kemeja putih kebesaran milik Baekhyun.

Sadness Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang