Hwang Hyunjin, kakak kandung Hwang Jeongin. Usianya 18 tahun, duduk di bangku SMA kelas 11. Dia sekelas dengan adiknya.
Hyunjin memiliki tampang yang rupawan, tubuh tinggi semapai, dengan otak yang cerdas. Tak heran para gadis di sekolah memperebutkan dirinya. Ditambah sifatnya yang dingin membuatnya misterius dan makin dipuja-puja.
Meski sifatnya dingin, Hyunjin masih memiliki teman walaupun bisa dihitung dengan jari. Minho, Changbin, Felix, dan Chan merupakan temannya.
Hyunjin dan teman-temannya sudah mengetahui banyak hal satu sama lain, termasuk anggota keluarga mereka masing masing. Mereka sudah tahu semuanya.
Tapi tak ada yang tahu bahwa Hyunjin memiliki seorang adik laki-laki.
Sejak Jeongin pindah ke Bandung, Hyunjin pindah sekolah, dan mulai mengaku dirinya sebagai anak tunggal jika ada yang bertanya.
Kemudian saat Jeongin kembali lagi ke Jakarta, Hyunjin tidak pernah menganggapnya ada. Jika ada tamu yang datang ke rumah, Jeongin akan dia suruh untuk tidak keluar kamar. Jika Jeongin menolak, dia akan di kunci dari luar oleh Hyunjin.
Seperti saat Minho, Changbin, Felix, dan Chan ingin berkunjung ke rumahnya, Hyunjin langsung sesegera mungkin menyuruh Jeongin masuk ke kamar. Dan Jeongin hanya bisa menurut.
Hyunjin takut jika keempat temannya tahu dia memiliki adik yang cacat, mereka akan menghinanya kemudian menjauhinya. Dia sangat takut hingga tidak memikirkan perasaan adiknya sendiri.
Sebenarnya, Hyunjin yang saat itu masih kecil sangat menyayangi Jeongin. Dia selalu bermain dan mengajak bicara Jeongin, entah menggunakan kertas atau hanya melalui gerakan mulut. Bahkan Hyunjin belajar memahami bahasa isyarat dan mengajari Jeongin agar mereka bisa berkomunikasi dengan baik.
Sebelum Jeongin dipindahkan ke rumah neneknya di Bandung, Hyunjin seringkali melihat ayahnya memarahi atau memukul adik kandungnya itu, dan Jeongin hanya menunduk menahan sakit dengan mata berkaca-kaca. Tetapi Hyunjin tidak tinggal diam. Dia akan menghampiri ayahnya kemudian membela Jeongin. Berakhir dengan dirinya yang ikut dimarahi.
Setelah itu Jeongin akan memarahi Hyunjin. Menjelaskan dengan bahasa isyarat kalau dirinya baik-baik saja dan Hyunjin tidak perlu membelanya. Hyunjin hanya meringis melihat adiknya sibuk menggerakkan tangan mengomeli dirinya. Jeongin hanya tak mau Hyunjin merasakan seperti yang dia rasakan saat itu.
Walau begitu, Jeongin tetap berterima kasih pada Hyunjin, kemudian memeluknya. Terkadang Hyunjin merasakan kalau Jeongin menangis.
"Jeongin gak boleh nangis. Anak laki-laki harus kuat. Jangan nangis lagi ya, kakak ada disini."
"Sakit kak, badanku sakit. Dadaku juga rasanya kayak ada jarum yang nusuk, sakit sekali." jawab Jeongin, mengelap ingus di hidung dengan tangannya. Masih menangis sesenggukan.
Hyunjin terkekeh kecil, adiknya menggemaskan sekali. "Sudah ya nangisnya. Kalau Jeongin sedih nanti kakak ikut sedih. Kalau Jeongin nangis nanti kakak ikut nangis juga."
Jeongin menggeleng-gelengkan kepalanya, menggerakkan tangannya, "Jeongin gak mau kakak sedih."
"Makanya Jeongin jangan nangis ya? Pokoknya inget Jeongin gak boleh nangis. Ucapin dalam hati 'Jeongin gak boleh nangis, nanti kakak sedih' gitu, oke?"
Jeongin mengangguk kecil, menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan ke atas. Tangannya menghapus sisa-sisa air mata di pipi.
Hyunjin mengangkat tangannya ke udara, bertos ria dengan Jeongin.
Jeongin selalu mengingat ucapan Hyunjin. Saat dia dimarahi atau dipukul lagi dan lagi oleh ayahnya diam-diam hanya karena masalah kecil, Jeongin menahan tangisnya, menahan rasa sakitnya.
Jeongin gak boleh nangis, nanti kak Hyunjin sedih.
Begitu ucapnya, walaupun saat dia remaja Hyunjin justru tidak peduli jika melihat dirinya sedih ataupun menangis.
to be continued.
Pusink
KAMU SEDANG MEMBACA
Everybody Loves You | Hyunjeong ✔
Teen Fiction[COMPLETED] ❝Close your eyes when you don't want to see. Stay at home when you don't want to go. Close your mind when you don't want to know. But everybody loves you now.❞ Warn! : -Au! -Angst (?) -Brothership not bxb -Semi baku