O2

2.9K 427 31
                                    

Jeongin berusia 17 tahun, kakaknya -Hyunjin- berusia 18 tahun. Dia tidak masuk ke Sekolah Luar Biasa, karena Jeongin anak yang pintar. Dia bahkan ikut kelas akselerasi. Oleh karena itu dia bisa sekelas dengan Hyunjin.

Saat ia masih kecil, dia mendapat kasih sayang yang sama seperti Hyunjin, kecuali ayahnya. Ayahnya tidak pernah menyayanginya, dia hanya memberikan kasih sayangnya untuk Hyunjin. Tapi tak apa, selama ibu dan kakaknya menyayanginya, ia tidak apa-apa.

Tapi itu dulu.

Jeongin dan keluarganya tinggal di Jakarta, tetapi saat umurnya 12 tahun ia di pindahkan ke rumah neneknya di Bandung, dengan alasan di Jakarta pergaulannya tidak bagus untuknya. Padahal, keluarganya hanya malu memliki anak seperti dirinya. Dan ia tahu itu.

Jeongin hanya bisa menerima, tanpa protes. Kalau protes, dirinya akan dijadikan tontonan saat ayahnya memukuli dirinya.

Sejak ayah, ibu, dan kakaknya dijadikan bahan hinaan oleh warga sekita karena dirinya, mereka marah, malu, tidak terima. Kemudian melampiaskan amarahnya pada Jeongin, termasuk Hyunjin.

Tetapi anehnya, saat terbangun dari tidurnya atau setelah dia pingsan, tubuhnya sudah di obati. Perban sudah bertengger dengan rapih di tubuhnya. Entah siapa yang mengobatinya, ia tak tahu. Mungkin antara ibunya atau kakaknya, kalau ayahnya tidak mungkin. Ayah Jeongin sangat membenci dirinya.

Sebenarnya, Jeongin lumayan senang saat akan dipindahkan ke Bandung. Itu berarti ia tidak akan merasakan sakit dan ketidakadilan lagi saat di rumah.

Tapi itu hanya sebentar, saat berusia 17 tahun, dia di jemput orang tuanya pindah ke Jakarta. Meninggalkan neneknya.

Dia sedih, tapi, apa boleh buat. Ia tidak bisa melakukan apapun.

Jeongin dipindahkan di sekolah yang sama dengan Hyunjin, dan dia senang. Dia senang bisa bertemu dengan kakak kandungnya kembali.

Saat kembali ke rumah lamanya, ia melihat Hyunjin. Hyunjin kini jauh lebih tinggi dan tampan, itu menurutnya saat Jeongin melihat Hyunjin untuk pertama kali setelah 5 tahun tidak bertemu.

Tapi saat hendak memeluk Hyunjin, ingin menumpahkan rasa rindunya, Hyunjin mendorong Jeongin kasar. Memberikan tatapan dinginnya, kemudian berjalan ke kamarnya.

Jeongin tersenyum, tentu saja hatinya sakit. Dia lebih baik dilukai secara fisik daripada dilukai dengan cara seperti ini.

Yang bisa Jeongin lakukan hanyalah bericap dalam hati,

Tak apa, ini sudah biasa. Salah kau sendiri terlahir cacat, Jeongin.

to be continued.

Everybody Loves You | Hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang