Netra yang terpejam itu perlahan membuka, menyesuaikan dengan cahaya ruangan. Seketika rasa pening yang luat biasa menghantam kepalanya, reflek memeganginya dengan tangan disertai ringisan kecil.
Netranya bergulir melihat keadaan sekitar, ruangan serba putih dengan sebuah televisi menggantung di dinding depannya. Jeongin tidak bodoh untuk tidak menyadari kalau dirinya berada di rumah sakit, sebab bau obat-obatan serasa menusuk indra penciumannya sedari tadi.
Pikirannya seketika melayang memikirkan siapa yang mau-maunya membawa ia ke rumah sakit. Kenapa tak dibiarkan saja dirinya mati di gudang sekolah hingga bau busuk mayatnya tercium sampai keluar? Baiklah, Jeongin akan memikirkan tentang akhir hidupnya nanti. Sekarang ia harus mencari orang yang telah menolongnya.
Baru saja selangkah, tubuh Jeongin sudah sempoyongan. Rasa pening kembali hinggap, tetapi Jeongin tetap berjalan keluar meskipun tubuhnya terasa remuk.
"Kalo lagi sakit tuh diem. Ngapain jalan-jalan segala?"
Jeongin bengong kala melihat orang yang mengajaknya berbicara, kemudian dengan santainya mendorong Jeongin kembali berbaring di ranjang. Hendak mengumpat sebab tubuhnya semakin sakit kala di dorong, tapi Jeongin lupa. Ia 'kan tidak bisa bicara, mana bisa mengumpat? Oh, tentu saja bisa, walaupun dalam hati.
"Woojin."
Sudah bengong, makin bengong Jeongin dibuatnya. Ia kan tidak bertanya nama orang ini?
Baru saja ingin berbicara —maksudnya menggerakkan tangannya untuk berbahasa isyarat— Woojin sudah memotong.
"Gue nemuin lo waktu gue di hukum bersihin gudang. Kirain mayat yang kegeletak di lantai. Taunya lo masih hidup."
Sepertinya Woojin cenayang, padahal Jeongin baru saja ingin bertanya bagaiman ia ditemukan, tapi orang ini sudah menjawabnya.
Jeongin hendak berbicara sebelum Woojin memotongnya, lagi.
"Yang bawa lo kesini juga gue. Mana sempet manggil orang buat nolongin lo yang sekarat."
Oke. Woojin memang seorang cenayang.
"Gue bukan cenayang. Ekspresi lo aja yang gampang di tebak. Ngomong kek, udah di tolongin bukannya makasih malah planga-plongo kayak orang idiot."
Jeongin menghela nafas kesal. Bagaimana ia mau bicara jika Woojin terus nyerocos seperti itu?
'Daritadi aku mau bil—
"Loh kok ngomongnya pake tangan? Lo bisu?"
Yang ditanya menghela nafas kesalnya lagi, mencoba menahan emosi. Kepalanya dianggukkan sembari tersenyum paksa.
"Oh, sorry tadi gue malah asal nyerocos aja. Mana udah ngomelin lo lagi." Ucap Woojin cengengesan, tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Akhirnya sadar juga. Jeongin menganggukkan kepalanya.
"Gue balik duluan. Nih duit, bisa kan pulang sendiri?" Tangannya menaruh selembar uang seratus ribu beserta sebuah kertas yang sepertinya nomor hp miliknya. Supaya Jeongin bisa menghubunginya jika sudah sampai rumah mungkin.
Rumah? Atau neraka? Dirinya sudah cukup menerima ketidakadilan di rumahnya. Jeongin berani bertaruh keluarganya tidak ada yang mencarinya, padahal saat ini sudah pukul sebelas malam. Mereka pasti sedang tidur dengan nyenyak tanpa peduli bahwa mereka masih memiliki satu anggota keluarga yang belum pulang.
Lagipula, Jeongin tidak mau mati konyol karena dipukuli Ayahnya sendiri sebab seharian tidak pulang ke rumah. Jeongin harus pergi dari sini.
Jeongin mengambil uang dan sebuah kertas yang diberikan Woojin. Tangannya mencabut selang infus. Ia berjalan mengendap-ngendap keluar rumah sakit. Senyuman lebar terbit di wajahnya ketika sudah sampai di pintu keluar rumah sakit. Jeongin merasa mempunyai harapan untuk hidup tenang tanpa keluarganya.
Oh, tidak. Harapannya pupus seketika—
—begitu melihat kakak tersayangnya, Hyunjin, berdiri di sebrang jalan sana menatap ke arahnya, dengan penuh amarah.
to be continued.
Astagfirullah cerita macam apa ini dah cem ftv ftv indosiar
OH IYA, MAKASIH BUAT 1K READERS!!!! Gak nyangka saya cerita abal abal cem gini bisa dapet 1k readers :(((
KAMU SEDANG MEMBACA
Everybody Loves You | Hyunjeong ✔
Teen Fiction[COMPLETED] ❝Close your eyes when you don't want to see. Stay at home when you don't want to go. Close your mind when you don't want to know. But everybody loves you now.❞ Warn! : -Au! -Angst (?) -Brothership not bxb -Semi baku