O7

2.6K 381 16
                                    

Ucapan tak mengenakkan kembali terdengar saat seorang remaja tunawicara menapakkan kakinya di gerbang sekolah. Mungkin sebagian orang jika dihadapkan situasi yang sama sepertinya akan langsung berbalik dan pergi berlari menjauhi sekolah. Jeongin tidak. Ia tetap masuk ke dalam sekolah meski ucapan yang tak mengenakkan semakin menjadi-jadi.

Ia sempat mendengar apa saja yang dibicarakan oleh murid-murid sekolah tentang dirinya kali ini. Sayup-sayup kupingnya menangkap terselip kata "anak pembantu" disana. Ia sudah yakin teman kakaknya yang berkunjung ke rumah kemarin-lah yang menyebarkan hal tersebut.

Kakinya berhenti melangkah disaat telinganya kembali mendengar, "si bisu ternyata adeknya Hyunjin. Katanya dia ngehomo juga sama kakaknya. Udah gila kayaknya dia, ckck."

Hei! Ini sudah keterlaluan. Jeongin berbalik, melangkah menuju dua perempuan yang tadi membicarakannya dengan sang kakak. Ekspresi tak suka terlihat jelas di wajahnya. Ia tak terima. Dua perempuan tadi justru mengangkat dagunya angkuh dengan tangan terlipat di dada saat sadar Jeongin menghampiri. Well, apa yang bisa dilakukan oleh seorang bocah bisu?

Ekspresi kesakitan Jeongin lihat dari dua perempuan di depannya akibat rambut mereka yang ia tarik. Untuk apa ia repot-repot berbicara bahasa isyarat jika mereka berdua sudah pasti tidak mengerti. Menggunakan note kecil yang selalu ia bawa di sakunya? Belum sempat menulis satu kata, ia pasti sudah di terkam duluan. Jadi, yang bisa ia lakukan hanyalah menjambak rambut mereka.

Jeongin memberikan kedua jari tengahnya di depan wajah mereka berdua setelah ia melepaskan jambakannya, melangkah pergi meninggalkan dua perempuan tadi yang sudah acak-acakan dengan senyum kemenangan di wajahnya.

"HWANG JEONGIN!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"HWANG JEONGIN!"

Seluruh murid di kelas terperanjat mendengar gebrakan pintu disertai teriakan Hyunjin. Atensi seluruh murid teralihkan pada orang yang disebut namanya tadi oleh Hyunjin.

Matanya memandang sekitar untuk menemukan sang adik. Hening saat Hyunjin memutuskan untuk mendatangi sang adik yang sedang tertidur.

Jeongin tersentak saat ada yang menggebrak mejanya. Ia terbangun. Netranya bergetar begitu mendapati Hyunjin tengah menatapnya dengan pandangan menusuk. Jeongin tidak takut siapapun, kecuali Tuhan, ayahnya, ibunya, dan kakaknya.

Tubuhnya menabrak meja begitu Hyunjin menarik paksa dirinya, menerobos kerumunan manusia yang entah sejak kapan sudah berkerumun menonton mereka berdua. Lengkap dengan ponsel di tangan masing-masing, memvideokan.

Langkah keduanya terhenti begitu melihat Jisung dan Felix menghadang. "Mau lo apain temen gue?"

"Bacot. Minggir lo berdua."

Pergerakan Hyunjin kembali tertahan saat Felix menahan tubuhnya. Kembali bertanya, "Jeongin mau lo apain?"

"Lo berdua halangin gue sekali lagi, jangan harap bisa ngeliat si bisu ini."

Bungkam. Keduanya memilih diam, membiarkan Hyunjin menarik paksa Jeongin entah kemana. Sebab mereka tau Hyunjin tak pernah main-main dalam setiap kalimat yang keluar dari mulutnya.

Tubuh yang lebih muda terjatuh dengan keras di atas tumpukan kursi bekas yang tak terpakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh yang lebih muda terjatuh dengan keras di atas tumpukan kursi bekas yang tak terpakai. Yang lebih tua mendekati, menarik kerah yang lebih muda. Tangannya telak meninju perut orang yang sedang dipegangnya.

Darah keluar dari mulutnya. Perutnya ditinju berkali-kali meski ia sudah memohon berhenti. Ia tidak paham mengapa kakaknya murka, padahal yang terkena rumor tak mengenakkan itu dirinya, bukan Hyunjin.

"Lo budek ya? Kemaren gue udah bilang kan, jangan sampe orang-orang tau lo adek gue."

Jeongin menggeleng kuat, itu bukan salahnya. Salahkan teman-teman kakaknya yang menyebarkannya.

'Bukan aku kak. Temen kakak yang kemarin datang ke rumah yang nyebarin.'

"Oh, jadi lo nyalahin temen-temen gue. Iya?"

Sang adik menggeleng kuat. Semakin bergetar kala Hyunjin mendekat dan memukulnya kembali. Jeongin tidak kuat, ia sudah lelah dengan semua ini. Pandangannya menggelap sesaat setelah Hyunjin meninggalkan dirinya dengan mengunci pintu gudang.


to be continued.

Drama bgt gila, geli sendiri bacanya

Gajadi unpub ah, hehe. Mau cepet cepet tamatin. Kira kira konfliknya mending gimana ya? Ada saran?

btw, ngerti kan dialog jeongin yang miring itu artinya dia pake bahasa isyarat ngomongnya

Everybody Loves You | Hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang