chapter 5

6.8K 418 5
                                    

"Mbak Al lagi nonton apa nih..." Kata Ifa sambil menyambar remote TV yang tergeletak di meja. "Ga jelas nonton apa...cuma butuh suara dari TV aja daripada sepi" jawabku sambil menata baju yang barusan saja kuambil dari laundry.
"Eh mbak Al...tau nggak tadi ada yang nanya-nanya ke Ifa lho mbak" kata Ifa sambil memencet-mencet tombol remote ga jelas juga. Hmm...mulai nih anak.
Aku cuma diam sambil tetap melanjutkan menata baju.
"Mbak Al kok ga nanya...sapa yang nanya-nanya ga?" Ifa menyikut lenganku. Aku ketawa geli lihat anak ini.
"Karena aku yakin kamu ga bakalan tahan untuk ga ngasih tahu dengan panjang kali lebar jadi luas...faaa" jawabku sambil memencet hidung Ifa. Ifa meringis.
"Pak Ilham nanya-nanya melulu mbak...itu sapa fa... rumahnya mana fa...dokter gigi lulusan mana fa..."tuh kan panjang kali lebar.
"Trusss...."sahutku
"Truss nabrak mbak...."Ifa terkekeh..."ya kujawab dong mbak Al...sama kutambahi promo mbak Al itu orang nya baik hati, rajin menabung dan tidak sombong" Ifa terbahak. Tak urung aku juga ikut tertawa mendengar nya.
"Ga sekalian kamu promoin beli satu gratis satu fa..."
Kami tertawa bareng.
"Ah ngantuk deh mbak...mau bobok..." Baru sampai di ujung pintu Ifa balik lagi.
"Eh ya mbak Al...tadi pak Ilham minta nope nya mbak Al...yaa kukasih dong...ga papa kan mbak?"
Hmmm...nih anak bagi-bagi nope ga pakai permisi. Ah tapi mana bisa aku marah sama anak ini.
"Ga papa fa" sahutku
"Ahh Alhamdulillah...siap-siap ya mbak Al bakal di japri sama pak Ilham..jangan lupa bagi cerita nya yaaa..byeee" seru Ifa sambil setengah berlari meninggalkan kamar.

Hari itu lumayan banyak pasien gigi yang datang. Biasanya paling banyak 6 sampai 8 pasien, hari ini ada 10 pasien yang harus kutangani.
"Ahh..." Kusandarkan punggung ku ke kursi. Lumayanlah pegel harus membungkuk-bungkuk mengamati mulut pasien. Kucomot pisang goreng yang tadi sempat kubeli di warung depan klinik tapi belum sempat kumakan karena keburu kedatangan pasien.

Derrttt... derrrttt...

Ponselku bergetar. Ada WA pesan masuk. Kulirik sebuah nomer yang belum ada di memori kontak ku. Nomer yang belum kukenal. Penasaran segera kubuka pesan itu.
"Assalamualaikum....dokter Alya... bagaimana kabarnya..." Tulis pesan itu.
Ah nomer siapa ya ini, aku berusaha menebak.
Segera saja kujawab
"Waalaikumsallam....ini nomer siapa ya?" Langsung saja aku bertanya daripada penasaran.
Derrttt... derrrttt...ponsel bergetar lagi.

"Oiya apa Ifa belum kasih nomer saya ke dokter Alya ya...atau belum di save? Saya pak Ilham"
Upss...hampir aja aku tersedak pisang goreng membaca pesan itu. Eh Ifa ga bergurau, pak Ilham beneran japri. Jadi sedikit salah tingkah.  Artinya lelaki itu beneran serius nanya-nanya ke Ifa.

Itulah awal-awal aku mulai sering ber 'japri' ria dengan pak Ilham. Tidak terlalu intens sih...ya paling dua atau tiga hari sekali menyapa lewat japri. Kadang hanya sekedar bertanya kabar, sedang apa atau berbicara mengenai hal aktual saat ini.
Aku belum berani menyimpulkan apa pun atas perkembangan saling japri antara diriku dengan pak Ilham. Setiap pesan yang dikirim kujawab dengan seadanya dan seperlunya saja. Kami belum pernah ketemu lagi semenjak pertemuan awal di rumah pak Mahmud dahulu.

"Gimana...gimana mbak Al" sore itu seperti biasa aku menghabiskan waktu sore sambil menunggu adzan Maghrib di halaman belakang, tempat kamar Ifa dan anak-anak yang lain.
"Gimana apanya fa" sahutku pua-pura ga tau.
"Ih mbak Al...sok gitu deh...ya gimana nih pak Ilham... perasaan sudah sebulanan ini mbak Al ga cerita apa-apa deh"...."Ifa sampai bisulan saking keponya" cerocos Ifa.
"Ga ada yang gimana-gimana sih fa..cuma japri biasa...ga ada yang istimewa"jawabku santai.
"Tapi kok kemarin sempat nanya ke Ifa lho mbak... katanya gini...ehem...ehem..."Ifa berganti suara seolah itu suara pak Ilham. " Gimana fa...cocok nggak sih pak Ilham sama dokter Alya " gitu mbak. "Jelas kujawab cocok pake kebangetan dong mbak"  seperti biasa speed bicara Ifa tidak bisa disela hehe...
"Aslinya aku juga masih bingung sih fa...apa tujuan pak Ilham japri begitu...apa cuma sekedar berteman...atau..." Belum selesai aku bicara sampai akhir. Ifa berseru "ta'aruf mbak Al" potong Ifa. "Tadi pak Ilham ngomong gitu. Pak Ilham itu sudah 31tahun mbak, memang berniat gitu deh..."
Oohh...gumamku pelan. Ifa sudah 20 tahun...sudah bisa diajak ngobrol masalah-masalah seperti itu. Masalah jodoh, pernikahan dan yang sejenisnya.
"Ya aku sih selalu membuka diri deh fa...yang jelas sudah paham kan prinsip ta'aruf... takut nya bilang nya ta'aruf tapi jadi pacaran terselubung...ga mau aku fa" jawabku
"Pak Ilham pasti paham mbak...kan dia dosen di pesantren, lulusan pesantren.. pasti paham yang seperti itu mbak" jelas ifa
"I hope fa..." Sahutku sambil tersenyum penuh harap...(melas yaaa)

Ta'aruf...ya kata ini sangat sering kita dengar. Seiring semakin banyak artis yang hijrah, dengungan kata ini makin terdengar gaungnya. Ta'aruf sendiri artinya adalah berkenalan, mengenal lebih baik atau mengenal lebih jauh. Secara bahasa pengertian ta'aruf bermakna luas karena bisa menyangkut persaudaraan, pertemanan, pernikahan dan lain sebagainya.
Tapi Selama ini di masyarakat ta'aruf lebih dikenal dalam hubungan nya dengan pernikahan. Bukan hanya sekedar ingin berkenalan saja atau iseng-iseng saja dalam mencari jodoh, tapi memang benar-benar berniat menikah.

Terus bedanya apa dong sama pacaran??
Pacaran pada umumnya hanya karena ketertarikan antara laki-laki dan perempuan yang kadang tidak disertai komitmen untuk menikah. Pokoknya kita jalan dulu deh...kenalan dulu.. tanpa komitmen yang jelas akan dibawa kemana perkenalan itu.
Dalam ta'aruf sendiri dibolehkan untuk bertemu antara laki-laki dan perempuan tapi harus ditemani oleh mahram entah itu di pihak perempuan atau laki-laki, tidak bebas bertemu di manapun berduaan apalagi jalan-jalan hanya berduaan dengan alasan biar bisa menyelami sifat, kebiasaan dan alasan lainnya.
Ta'aruf sendiri biasanya berprinsip lebih cepat lebih baik, disegerakan bila memang ada kecocokan. Sedang pacaran kadang ga jelas Sampai berapa lama mereka harus jalan berdua untuk bisa mencapai jenjang menikah.

Mau ku itu.... pacaran setelah menikah...halal.. nyaman dan ga dosa.

Derrrttt..... derrttt

Ponsel yang kebetulan sedang kupegang bergetar.
Pak Ilham....tertulis disana. Sebuah pesan masuk

"Bolehkah saya suatu hari datang berkunjung ke rumah dokter Alya di Surabaya?"
Sebuah pesan tertulis disana
Deggg....serrr...hatiku berdesir.... setelah sekian japri an pak Ilham punya niat mau ke rumah. Bagiku itu tandanya ada aroma keseriusan disana.

Derrttt... derrttt
Ponselku bergetar lagi.
" Boleh kan?" Sebuah pesan tertulis lagi disana
Aahh saking dredegnya sampai lupa jawab.
Kujawab dengan ikhlas dan harapan....boleeehhh pakai buangeett....
Eh nggak ding....aku bergaya agak jaim dikit....dikiiit aja hehehe...
"Memang ada apa mau ke rumah yaa... rumah saya jauh dari sini" jawabku...ga segampang itu dong kasih alamat (ih jaim)

Sekian menit belum dijawab. Ah apa aku terlalu jaim ya....batinku

Derrttt.... derrttt

Pesan masuk. "Ya cuma mau main aja... pingin tahu rumah di Surabaya...boleh kan?atau apa tidak boleh"
Eh boleh boleh banget banget....jangan mutung dong....buru-buru kutekan replay.

"Boleh saja ...ini alamat saya" jawab ku sambil menuliskan alamat di Surabaya.
"Alhamdulillah terima kasih... insyaAllah jika ada waktu nanti saya hubungi dahulu" balas pak Ilham

Ahhh...kenapa hatiku serasa berbunga-bunga... serasa ada ribuan Bunga tulip mekar di sana ( lebaaayy...)
Kulihat jam di ponsel...21.38...ahh sudah larut. Aku harus segera istirahat biar nanti di sepertiga malam bisa bangun untuk bermunajat pada sang Khaliq....

( Bersambung )

Assalamualaikum Jodoh Terindah kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang