chapter 17 ( END )

12.4K 599 49
                                    

Ribuan malam
menatap bintang dan harapan
Ribuan siang
Menahan terik penantian
Mungkin Tuhan ingin
Kita sama-sama tuk mencari
Saling merindukan dalam doa-doa
Mendekat kan jarak kita

Kubuka jendela kamar kos ku. Belaian sinar matahari yang lembut menyapu wajahku. Sinar matahari pagi yang bisa menerobos masuk lewat jendela tak hanya menghangatkan tubuh ku tapi juga hatiku.
Deraian kicau burung yang bersahutan dari belakang kebun milik pak Mahmud semakin menambah tentram di hati.

Semalam hatiku begitu damai. Rasanya semua kegundahan yang menggelayuti ku hampir sebulan ini rasanya menguap begitu saja. Semua jawaban Zulfan benar-benar melelehkan hatiku.
Bagiku cukup seseorang yang hanya menjadikan Allah dan RasulNya saja sebagai jawaban yang insyaAllah mampu menjadi seorang imam, karena nantinya ia akan menjadi kan agama sebagai landasan dalam mengambil keputusan bila menemui masalah dalam rumah tangga

Kuraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Sepertinya aku harus menyudahi semua kegundahan ini. Tak baik juga menunda-nunda waktu untuk menjawab pak Ilham, jadi memberikan harapan yang tak jelas.
Dengan hati-hati kutulis jawaban yang sudah bulat kuputuskan.
"Hari ini saya mau menjawab atas apa yang pernah pak Ilham sampaikan. Maaf bila tidak sesegera mungkin menjawab. Saya butuh kemantapan hati. Mohon maaf saya tidak bisa menerima pinangan pak Ilham karena saya memilih orang lain. Semoga pak Ilham segera mendapatkan jodoh yang baik seperti keinginan pak Ilham. Maaf sebanyak-banyaknya bila ada khilaf selama ini"

SEND

Lega.itu yang kurasakan ketika pesan itu terkirim. Rasanya hilang beban ini. Kumulai rutinitas ku pagi itu dengan lebih bersemangat, damai dan tenang.
Jujur aku ingin pak Ilham menjawab pesanku tadi pagi, hanya ingin tahu saja bagaimana tanggapan nya. Tapi sampai sesiang itu belum ada pesan satu pun yang masuk dari pak Ilham. Apakah dia marah? Aku agak gelisah juga takut kalau dia marah. Tapi apa salah ku, aku sudah memberikan jawaban bagiku itu sudah selesai.

Derrrttt....derrrttt

Ponsel di sebelah ku bergetar. Malam itu hujan lumayan deras. Jadi nyaman sekali berselimut di atas pembaringan menghangatkan diri. Padahal tadi pagi terlihat sangat cerah, tapi tiba-tiba sejak sore mendung dan akhirnya turun hujan deras di malam hari. Cuaca memang suka susah ditebak. Sama seperti jodoh, susah ditebak. 😂

"Oh begitu rupa nya...siapa lelaki itu? Saya berbesar hati ditolak dokter Alya, mungkin kita tidak berjodoh, semoga dokter Alya berbahagia dengan pilihan nya. Saya juga minta maaf bila ada khilaf"
Tertulis pesan pak Ilham di ponsel.

Aku menarik nafas dalam. Alhamdulillah, ternyata pak Ilham tidak marah meski lama tidak menjawab. Mungkin tadi siang masih sedih karena kutolak (ke-pede-an ini😆)

Bila memang jodoh, semua jalan untuk menuju ke kebaikan yaitu menikah pasti akan dipermudah. Begitu kata ibu kala itu.
Ternyata memang benar. Setelah kita bisa memantapkan diri kita sendiri, terus bermunajat memohon petunjuk Nya tanpa kenal lelah, insyaAllah kelapangan, ketenangan dan kemudahan akan tercurah karena kita berjalan atas petunjuk sang Khaliq.

-ππππππ-

Sejak pagi rumah sudah menampakkan aktivitas nya. Pagi ini adalah aqad nikahku. Semalaman aku sangat susah memejamkan mata, gugup, senang, bingung semua campur jadi satu. Mungkin hampir semua calon pengantin merasakan itu. Senang karena akhirnya aku menemukan jodoh, setengah agama ku sudah kutemukan, gugup karena berharap esok semua acara berlangsung lancar, bingung karena sebuah jalan panjang akan kutempuh bersama seorang asing yang pagi ini akan segera halal bagiku. Sisa hidup ku akan kuhabiskan bersama nya, bukan hanya di dunia tapi hingga ke Jannah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Assalamualaikum Jodoh Terindah kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang