Langit mulai berangsur memudar teriknya. Pertanda sore telah hadir untuk segera menuju senja. Sang mentari bersiap hendak menuju ke peraduan nya.
Bremm....bremmm
Suara sebuah motor jelas terdengar berhenti di depan rumah. Kulirik jam di kamar pukul 4 sore lebih sepuluh menit.
Huff...dia benar-benar datang.
Kulihat bapak dengan sigap membukakan pintu. Ah rupanya bukan cuma aku seorang yang menanti kedatangan nya, bapak ibu pun sepertinya ikut merasakan aura penasaran ku."Al...laki-laki itu sudah datang" kata ibu dari ujung pintu kamar. Aku mengangguk. Rasanya seperti demam panggung. Maunya langsung berlari ke arah ruang tamu dan melihat langsung seperti apa sosok yang mengaku sebagai pasien ku itu.
Tapi kudengar sayup-sayup bapak ngobrol dengan lelaki bernama Zulfan itu. Biar jaim dikit mungkin maksud bapak hehe..."Alya...ini tamu nya datang...coba tolong suguhkan minum" kata bapak agak keras dari arah ruang tamu. Ibu yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar tersenyum menenangkan, seolah paham apa yang sedang kurasakan.
"Itu tehnya sudah siap...bawa keluar sana" kata ibu sambil menunjuk nampan berisi 2 cangkir teh hangat.
Pelan-pelan kuangkat nampan tersebut. Perlahan kuberjalan menuju ruangan tamu.
Jadi ingat adegan film jaman dahulu, kalau ada pemuda hendak berkenalan dengan anak gadis, salah satu cara orang tua untuk memperlihatkan anak gadisnya dengan cara menyuruh menyuguhkan minuman atau makanan pada pemuda itu.
Aku masih menunduk kan kepalaku.
Perlahan kuletakkan cangkir-cangkir teh itu di meja tamu. Asli grogi ;}"Al duduk sini temani bapak ngobrol" kata bapak sambil menepuk bangku disebelah bapak menuntunku supaya duduk di sebelah nya.
Aku masih menunduk, yang terlihat adalah jempol kaki lelaki yang duduk tepat di seberang ku.
"Ternyata nak Zulfan ini aslinya dari desa tempat kamu praktek itu Al" kata bapak seolah hendak mencairkan suasana.
"Tepatnya lagi bukan disana pak...desa saya masih sekitar 5kilometer dari arah desa sembungan, nama desa saya desa Petung" kata lelaki itu tegas dan lugas.Refleks sedikit kudongakkan kepalaku melihat lelaki itu ketika bicara.
Owh....hatiku berdebar entah takjub entah lega karena rasa penasaran ku sedetik yang lalu tiba-tiba menguap.
Seorang lelaki tinggi, tegap duduk dengan sopan disana. Sekilas bisa dibilang dia cukup gagah. Dengan berat badan yang cukup proposional. Wajahnya...hmmm..." Besok dik Alya balik lagi ke Gresik" lelaki dihadapan ku itu bertanya.
Dia memanggil ku dik Alya bukan dokter Alya. Sekilas kulihat bapak cuma tersenyum-senyum sambil melirik ku... menambah rasa malu di hati." Eh iyaa...eh pak eh..." Jawabku agak terbata.
"Namanya Zulfan Al..." Bapak agak terkekeh mengingat kan. Ih bapak iya tahu lah aku kalau laki-laki itu namanya Zulfan. Cuma mesti kupanggil apa cuma namakah. Kakak, mas, aa, abang, bapak atau apa.
"Nak Zulfan kerjanya di Surabaya?" Tiba-tiba ibu masuk ikut nimbrung dalam percakapan kami bertiga.
"Iya Bu...sudah hampir setahun ini saya pindah dinas di Surabaya sebelumnya saya dinas di Jakarta" jelas Zulfan
"Oh begitu... ngomong-ngomong memang nak Zulfan kerja dimana?" Timpal bapak.
"Kantor saya di jalan A Yani Surabaya pak" jawab Zulfan tetap dengan nada nya yang tegas menyebutkan sebuah jalan protokol besar di Surabaya.
Menit selanjutnya pembicaraan berlangsung lumayan ramai. Bapak ibu saling menimpali. Zulfan mampu mengimbangi percakapan bapak dan ibu. Terlihat lelaki itu memiliki sikap yang tegas,lugas dan penuh percaya diri.
Sedangkan aku cuma sesekali menimpali. Beberapa kali kami saling bertatap mata.
Pipiku langsung semu merah rasanya.
Wajahnya lumayan, ganteng sekali tidak, tapi enak dipandang, matanya itu yang membuat ku terkesima begitu teduh.
Zulfan lebih banyak tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Jodoh Terindah ku
SpiritualAlya Khodijah seorang dokter gigi muda.Gadis enerjik yang mengabdikan dirinya di sebuah klinik di sebuah desa di kota Gresik. Di usianya ke 26 tahun,Alya masih sendiri. Bukan tidak mau menikah.Teman temannya sudah banyak juga yang bahkan punya 2 ana...