chapter 11

5.4K 367 8
                                    

" Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah dan mampu untuk melaksanakannya maka bersegeralah"

Seruan pak ustadz yang Minggu  siang itu mengisi kajian di masjid dekat rumah. Aku datang di kajian itu bersama ibu.
Ibu menyikut lenganku "harusnya kamu kirim tuh kata-kata pak ustadz ke Zulfan atau sapa itu pak Ilham" kata ibu setengah berbisik takut terdengar orang-orang di sekeliling.

"Ah ibu..." Sahutku tak kalah lirih.
Ibu cuma terkekeh pelan.

"Jika seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya, oleh karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah untuk separuh yang tersisa ( riwayat Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu)

Jadi pernikahan adalah sarana terbesar untuk memelihara manusia agar tidak terjatuh ke dalam perkara yang diharamkan Allah seperti zina.
Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam menganjurkan kita dengan sabda nya untuk menikah dan mencari keturunan.
Menikah adalah salah satu Sunnah para Rasul.

At Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Ayyub Radhiyallahu Anhu, ia menuturkan bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul ; rasa malu, memakai wewangian, bersiwak dan menikah"

Pak ustadz di depan mimbar masih bersemangat menyampaikan materi tentang pernikahan, jodoh dan rumah tangga.

Kalau sudah datang ke kajian dengan tema seperti ini pasti mbak-mbak jomblo kaya diriku ini dirundung baper. Tema tentang menikah sepertinya sangat amazing buat kaum jomblo seperti diriku. Apalagi jika pak ustadz sudah lebih lanjut menyampaikan indahnya pernikahan dibalut suasana sakinah mawadah warahmah. Bapernya pasti kebangetan. Hati itu rasanya seperti ada dingin-dinginnya, semriwing.

"Harusnya tuh ya yang banyak datang ke kajian seperti itu para pemuda ya Al" celoteh ibu dalam perjalanan pulang selepas pengajian.
"Biar mereka dengerin tuh betapa mulianya. Menikah...tapi malah yang datang sering nya kebanyakan ibu-ibu atau perempuan seperti kamu Al"

"Maksud ibu seperti Alya perempuan jomblo gitu Bu" sergahku

Ibu terkekeh " Aduh jangan baper deh Al" jawab ibu.
Ibu seperti nya ketularan bapak deh suka usilin anaknya. Sudah tahu juga anaknya baper gara-gara denger ceramah tentang jodoh , menikah dan berumah tangga.

Pemuda? mereka banyak sih, yang sebenarnya sudah mampu untuk menikah? Seperti nya banyak juga. Tapi mungkin pemuda Islam yang penuh percaya diri, yang paham tentang agamanya dan mampu menjadi imam yang baik yang susah untuk ditemukan.
Apalagi mungkin ditambahi dengan yang sudah mapan, yang berpendidikan tinggi, dari keluarga baik-baik lebih susah lagi, seperti mencari koin seribuan (apa jarum ya) di tumpukan jerami.

Tapi jodoh bukannya satu-satunya persoalan dalam hidup. Menjadi jomblo bukanlah aib yang musti ditutupi karena keburukannya. Apalagi di jaman modern seperti ini dimana makin banyak perempuan berhasil meraih gelar yang tinggi. Masih banyak permasalahan umat, permasalahan masyarakat yang bisa kita pikirkan dan kita ikut peran aktif di dalamnya. Bukan hanya tenggelam dalam urusan pribadi yang sejati nya telah Allah persiapkan buat kita.
Mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja jodoh akan datang.

                       -πππππ-

Sudah dua kali Zulfan berkunjung ke rumah. Seminggu yang lalu, lelaki itu merealisasikan perkataan nya di pesan WA bahwa ia akan datang lagi.
Di pertemuan kedua jelas lelaki itu semakin akrab dengan bapak. Dia membawakan otak-otak bandeng, makanan khas Gresik. Tapi katanya otak-otak bandeng yang dibawanya adalah hasil masakan ibunya.
"Hemm...masakan ibu nya Zulfan enak ya Al" kata bapak waktu itu saat mencoba otak-otak bandeng yang dibawa Zulfan

Assalamualaikum Jodoh Terindah kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang