chapter 6

6K 409 1
                                    

Keluar dari kamar aku celingukan melihat sekeliling rumah. Sepi amat. Tumben Minggu pagi begini kok rumah sepi.
Tadi pagi habis subuh aku balik tidur lagi memang. Badanku agak kurang fit, hidung mbeler serasa kran di kamar mandi.
"Aahhh..." kugeliatkan badanku agar serasa segar

"Eh mbak Al sudah bangun" terlihat Ningsih, mbak yang suka bantu-bantu ibu di toko masuk dengan menenteng ember.
"Eh kamu disini mbak Ning" sapaku
"Iya mbak...barusan ngepel teras...tadi ibu minta tolong katanya mbak Al lagi ga enak badan"..."ibu tadi ada acara pengajian...bapak ada acara kantor" sambung mbak Ningsih seolah tahu apa pertanyaan yang ada di kepalaku.
"Oooh..." Kataku sambil menyenderkan badan ke kursi di dekat kolam ikan.
Di tengah rumah kami ada sebuah kolam ikan yang cukup besar. Bapak senang memelihara ikan koi disana. Di sebelah kolam ditata beberapa tanaman hias dan kursi. Di situlah jadi tempat favorit ku untuk bersantai. Memandang ikan-ikan cantik meliuk-liukkan tubuhnya berenang kesana kemari. Di atas kolam dibuat terbuka, hanya ditutup oleh sekat-sekat kayu yang memunculkan udara bebas masuk ke dalam. Segar sekali.

"Mbak Al...hp nya dari tadi bunyi tuh" kata mbak Ningsih setengah berteriak dari arah dapur. Ponselku tadi memang tergeletak di meja dalam kamar ku.
Dengan sigap kuraih ponsel.
Ada panggilan tak terjawab 3 kali. Semuanya dari pak Ilham.
Deg....wah ada apa pak Ilham menelpon. Biasanya paling cuma japri.
Selang beberapa menit, ponsel ku kembali bergetar.
Kali ini sebuah pesan yang masuk dari pak Ilham.
"Apa lagi repot? Saya telpon tidak diangkat...insyaAllah jika diizinkan siang nanti saya ingin mampir ke rumah dokter Alya"
Upss...hampir saja ponsel dalam genggaman ku terpelanting karena aku kaget. Aduh mendadak banget ya...siang ini...aduh bagaimana ini...(hemmm kok jadi bingung bukannya malah seneng)

Derrrttt... derrttt...

Sebuah pesan masuk lagi.
"Apa dokter Alya lagi repotkah? Kalau iya mohon maaf kalau saya mengganggu" bunyi pesannya...
Oh tidaaak...jangan...aku harus membuka diri...begitu pesan ibu. Segera kutekan keypad ponselku.
"Oh iya silahkan pak Ilham...saya tadi lagi duduk diluar tidak dengar hp bunyi" secepat kilat kutekan tombol panah (send)
"Alhamdulillah... insyaAllah ba'da dhuhur setelah acara saya selesai saya kesana.." tutup pesannya.

Sejurus kemudian aku langsung masuk kamar mandi. Dari tadi belum mandi masih bau asem. Jujur saja aku juga wanita biasa yang bisa grogi kalau mau bertemu laki-laki... apalagi ada muatan jodoh disana.

Kupilih-pilih gamis di lemari. Kucocokkan dengan kerudung nya. Ambil yang motif bunga hijau...kupatut- patut depan kaca...ahh nggak deh terlalu gonjreng...
Kuambil lagi kerudung polos warna biru muda...ahh nggak jangan ini...mukaku jadi agak gelap pakai warna ini...
Mbak Ningsih yang daritadi mondar-mandir depan kamar memperlihatkan wajah bingung melihat tingkah aneh ku.
"Mbak Al...ngapain ya kok lemari diobrak-abrik gitu.."tanya mbak Ningsih ingin tahu.
Aku cuma nyengir...agak malu juga lihat kelakuanku. Bayangan ku aku pingin tampil paripurna ketika pak Ilham datang nanti.
Mbak Ningsih sudah lama bantu-bantu ibu, sudah kuanggap seperti kakakku sendiri karena umurnya jauh lebih tua dariku bahkan lebih tua dari umur kakak tertuaku. Suaminya meninggal dalam kecelakaan motor, kini ia hidup sendiri dengan seorang anaknya yang masih SMP.
Aku sudah biasa juga curhat ke mbak Ningsih.
Akhirnya kuceritakan semua kisah pak Ilham padanya.
"Oalah mbak Al..." Mbak Ningsih terkekeh setelah aku mengakhiri cerita ku.
"Nanti mbak Ning temenin aku ketemu sama pak Ilham ya..." Pintaku
"Oke...harus itu ga boleh ketemu cuma berduaan kaaan" sahut mbak Ningsih.
"Nah sekarang bantuin aku pilihkan gamis sama kerudung yang cocok dong mbak" pintaku memelas
Mbak Ningsih tertawa kecil..."itu bagus..." Kata mbak Ningsih sambil menunjuk gamis berwarna merah marun dan kerudung hitam.
" Bener nih mbak bagus" kataku sambil mematut-matut diri di depan cermin dengan gamis dan kerudung pilihan mbak Ningsih.
"Bagus kok mbak Al..semua bagus dipakai mbak Al..Asal sesuai syariat...menutup aurat,longgar, tidak sempit membentuk tubuh. Laki-laki yang baik dan Sholeh tidak akan hanya terpaku melihat penampakan luar perempuan Mbak...tapi apa yang ada dalam diri perempuan itu... kecerdasan nya, keimanan nya, kemampuannya nya" panjang lebar mbak Ningsih berkomentar.
"Iya deh mama Dedeh..."sahutku sambil tertawa menggoda.

Jam 12.30 teng...jam di rumah berbunyi. Ibu dan bapak belum pulang dari acara nya masing-masing. Sepuluh menit yang lalu pak Ilham sudah mengirim pesan kalau dia sudah otw....on the way.
Kusapukan tipis-tipis bedak tabur di muka. Aku memang tidak suka berdandan, selain karena hampir alergi dengan semua merk kosmetik, terlalu ribet bagiku juga untuk menghindari tabaruj yang tentu tidak diperbolehkan dalam Islam. Perawatan muka paling hanya memakai facial foam...sabun cuci muka yang dijual di swalayan. Aku tidak punya lipstik, apalagi eyeliner, eyeshadow dan sejenisnya.
"Sudah...oke banget" goda mbak Ningsih.
Pipiku agak kemerahan jadi malu deh sama mbak Ningsih, kok jadi agak centil berputar-putar depan cermin.
"Wajar mbak Al...dulu mbak Ning juga pernah mengalami kok..."kata mbak Ningsih sepertinya tahu kalau aku malu.
"Tampil apa adanya saja mbak...kalau itu jodoh, insyaAllah akan menerima kita apa adanya dengan segala yang kita miliki" kata mbak Ningsih sambil mengacungkan jempolnya.

Tet....tet...
Terdengar bel pagar. Itu pasti pak Ilham sudah didepan rumah.

Mbak Ningsih membukakan pintu buat pak Ilham. Kutemui pak Ilham dengan ditemani mbak Ningsih.
Tentu saja awal-awal agak-agak kaku... sedikit malu-malu. Tapi kehadiran mbak Ningsih bisa mencairkan suasana.
"Tadi kesasar apa nggak pak" tanya mbak Ningsih.
"Alhamdulillah berkat GPS nggak mbak..."jawab pak Ilham sedikit malu-malu.
Pembicaraan pun hanya seputar hal yang umum saja. Tentang kota Surabaya yang banyak terdapat tanaman indah serasa bunga sakura di Jepang. Semakin banyaknya mall baru.
Tak terlalu lama pak Ilham bertamu. Yang kuingat beliau cuma menanyakan semua anggota keluarga ketika melihat foto keluarga yang terpampang di ruang tamu. Kakak pertama kuliah apa, kerja dimana, sekarang tinggal dimana....kaya pegawai sensus yaa...
Tak lebih dari 30 menit pak Ilham bertamu.

Upss ...legaa... gumamku sambil menyandarkan badan. "Ciee...masih dredeg yaaa...duh yang sudah legaa" goda mbak Ningsih sambil terkekeh. "Apa sih mbak Ning ini..."kataku sambil sedikit memelototkan mata menanggapi godaan mbak Ningsih.
"Aku cuma berharap Allah beri yang terbaik mbak Ning...yang terbaik buat Alya dan semuanya" kataku
"Kalau memang jodoh semoga segera dipercepat dan didekat kan ...tapi kalau memang bukan jodoh yaa semoga dijauhkan saja hingga ga bikin baper mbak" lanjut ku...
"Aamiin..." Seru mbak Ningsih sambil menengadah kan tangannya mirip anak TK yang habis dijarin doa sama gurunya hehehe....

( Bersambung )

Assalamualaikum Jodoh Terindah kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang