Reza Aninda Putri

3.5K 74 1
                                    

Rere tidak tau kenapa nasib membawanya bertemu dengan Risa. Pagi setelah ayahnya meninggal karena kompliksi kencing manis, dia harus menerima Ibunya semakin parah menderita penyakit yang sama. BPJS yang menanggung mereka tak banyak membantu. Tadinya Rere dan keluarga bukanlah orang yang kekurangan. Bukan pula keluarga yang berlebih. Hanya cukup. Ayah yang pensiunan sebuah BUMN, Ibu rumah tangga, dan seorang putri yang berusia 21 tahun, yang sedang menikmati masa muda sebagai mahasiswa semester 5. Keluarga yang harmonis seperti keluarga Risa.

Tapi saat ayahnya meninggal pagi itu ia langsung memikirkan sang ibu yang harus menjalani cuci darah 4 kali dalam seminggu. Sedang BPJS yang menanggung pengobatan hanya dapat menyediakan layanan cuci darah 2 kali seminggu. Sisanya harus Rere bayar secara mendiri. Inilah yang membuat Rere sedih. Saat sang ayah masih hidup merekapun tak memiliki tabungan keluarga  Penghasilan sang ayah habis untuk biaya cuci darah bersama ibunya. Anak berbakti itu bahkan belajar giat untuk memperoleh beasiswa bagi kuliahnya agar tidak membebani orang tuanya.

Hingga malam itu takdir membawanya bertemu Risa. Wanita pertama yang menawan hatinya lalu tak bisa lepas hingga kini. Hingga ia telah memiliki kekasih. Teman kampusnya.

*******

Rere sedang menyiapkan sarapan untuk Ibunya sebelum kuliah ketika ibunya ambruk. Rere histeris dan berteriak meminta tolong. Beruntung seorang tetangga sedang melintas di lorong samping rumah kontrakannya. Dibantu tetangganya Rere membawa ibunya ke rumah sakit. Di rumah sakit Rere yang sendirian menghubungi Risa sambil menangis.
"Ya Re?" Risa mengangkat telponnya pada deringab keempat. Rere tau saat ini Risa masih berada di atas kasurnya.
"Kak....Ibu...."  isak Rere.
"Ibu kenapa?!!" Rere tau disana Risa langsung bangun dengan penuh.
"Ibu masuk rumah sakit"
"Tunggu aku." Risa memutuskan sambungan seketika.

Dan benar. Risa sudah sampai rumah sakit dalam 20 menit. Rere tau Risa pasti hanya membasuh wajah, menggosok gigi dan mengganti bajunya. Tanpa banyak bicara Risa langsung merengkuh kepala Rere ke dalam pelukannya. Rere menumpahkan tekanan batinnya di dada Risa. Rere berterima kasih Risa selalu tau apa yang dia butuhkan. Bahu.

"apa kata dokter?" tanya Risa berbisik di atas kepala Rere saat gadis itu mulai lebih tenang.
Rere tak langsung menjawab. Dia tau apa yang akan dikatakan Risa jika ia menjawab. "Re....." Risa mengulang dengan lembut. Diurainya pelukan mereka. "Re...." dengan lembut Risa menyentuh dagu gadis itu. Diangkatnya agar menatapnya.
Rere mendesah saat menatap mata Risa. Mata yang tak bisa dibantah.
"Ibu....makin parah. Belakangan ini Ibu sering drop."
Risa mendesah " Kenapa kamu ga cerita". Dan Risa tentu tau jawabannya. "Penang." Tegas Risa. Rere kali ini tak bisa membantah lagi.

*******

Rere mendesah lesu memikirkan Risa. Apalagi tadi pagi di balik pintu ruang kerja Risa dia mendengar desah dan decapannya dengan Caca. Rere menyukai Caca yang selalu baik padanya meski dia harus menekan cemburu setiap melihat kemesraan Caca dengan Risa.

"Aku tidak ingin menodai ketulusanku kepadamu dan ibumu. Aku tidak ingin kamu merasa terbebani dengan perasaanku. Aku tidak ingin membuatmu terpaksa membalas perasaanku hanya untuk membalaa budi. Tapi aku lebih tak mau kamu membalas perasaanku dengan alasan apapun. Karena aku tidak ingin kita menyakiti Ibumu."
Risa menunduk dan menjawab lirih ketika setahun lalu Rere menuntut jawaban atas hubungan mereka.

"Maaf....jangan pergi.....," Risa mendongak dan meraih jemari Rere serta menggenggamnya erat. Perlahan Risa mengikis jarak antara mereka. Rere tau apa yang akan terjadi. perlahan dia memejamkan matanya untuk menerima kecupan dari Risa. Namun dia salah. Kali ini bukan hanya kecupan. Lumatan panas dari Risa membuatnya mendesah, panas, dan dorongan dalam dirinya membuatnya berani membalas gigitan mesra dari Risa.
"sshhh.....kak......." rintihnya saat Risa mengulum cuping telinganya. Menggigit dan menghisal disana. Rere menahan desahannya lolos dengan meremas paha Risa. Tapi yang dilakukannya justru membuat Risa semakin beringas.
Bibir Risa turun menuju leher putihnya lalu dadanya. Tapi Risa tiba-tiba menghentikan yang sedang dilakukannya.
Wajahnya mengarah ke wajah Rere yang mendamba.
"Maaf, Re...." lirih sendu Risa menatapnya. "aku antar pulang". Saat itulah Rere tau Risa telah menarik diri. Dan Rere juga tau ia telah kehilangan Risa.

First girlfriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang