Patah hati Caca

2.7K 51 0
                                    

"Mo disini sampek jam berapa?" tanya Risa pada Kiki.
Kiki menoleh "Sampai selesai lah," jawabnya heran. "Memang kak sampai jam berapa?"
"Ampek kelar juga" Risa meringis. Sebenarnya dia sudah tidak tahan dengan kantuknya. Tapi entah rasanya tak tega dia meninggalkan Kiki. Jadinya disinilah dia berjuang tetap melek.
"Pulang kemana?" Risa bertanya untuk menghilangkan kantuk.
"Habis ini aku gereja. Latihan tari"
Oh anak gereja. Hm....tambah lagi dah halangan buat deketin. Ck!!
"Gerejanya dimana" Risa masih mencoba mengusir kantuk.
"Deket. **********. Di ujung jalan ini"
"Oh tau. Muter donk ya. Kan jalan ini searah". Kiki menjawab, "iya. Tapi aku jalan kaki koq."
"Eh jauh loh!"
"Nggak, kak. Deket koq itu." lalu Risa tak menjawab lagi.

*******

"Kakak mau kemana habis ini?"tanya Kiki sambil meraih tasnya di bawah kursi. Seminar telah selesai. Tapi masih harus dilanjut besok.
"Nganter lo," jawab Risa santai.
"Eh serius??" Kiki menggenggam tangan Risa. Risa menatap genggaman Kiki sejenak lalu menjawab "yup."
Mereka beriringan keluar dari pintu ballroom. Risa melihat Kiki mencoba dengan ragu untuk menggandeng tangannya. Awalnya Risa tak yakin. Tapi diperhatikannya lagi tangan Kiki tampak mencoba meraih tangannya. Dengan memantapkan diri Risa meraih tangan Kiki dan benar. Kiki justru membalas genggamannya lebih erat.

Beriringan keluar dari gedung hotel dengan saling menautkan sela jemari tentu mengundang sorot tanya dari karyawan hotel sampai security di pintu. Tapi mereka telah paham Risa tak suka disapa. Jadi mereka tetap bersikap sopan seperti ditujukan kepada pengunjung hotel lainnya. Menyusuri trotoar menuju gereja dengan bergandengan tangan seperti itu sebenarnya membuat Risa risih. Risa anti dengan PDA. Pun dengan Caca yang ada Caca yang glendotan di lengannya, bukan Risa membalas seperti ini saat mereka sedang di publik area.

Tapi entah. Dengan Kiki rasanya dia posessif. Saat melewati gerombolan anak sma, atau saat menyeberang, Risa begitu melindungi Kiki. Padahal juga baru beberapa jam ketemu, kikik Risa dalam hati.
"Latihan jam berapa?" tanya Risa memecah kesunyian. "Jam 6".
"Lhah!!" Risa menghentikan langkahnya. "Trus ngapain donk jam segini dah jalan. Mending kita tunggu di hotel. Adem"
"Ya...habisnya aku ga tau mo ngapain lagi di hotel"
Risa diam. Lalu kembali berjalan sambil menggenggam tangan Kiki.

Mereka sampai di gereja yang dimaksud Kiki. Mereka duduk di teras gereja sambil menikmati sore.
"Kak udah nikah"
"belum" jawab Risa santai.
"pacar donk kak?" Risa diam. Pikirannya tertuju pada Rere.
"Gak ada" jawabnya akhirnya.
"masa siiiiiihhh......" seru manja Kiki sambil menggoyang goyangkan tangan Risa. Risa tersenyum. dia mendengar suara manja Kiki.
"Aku donk bla...bla...bla..." Kiki mengoceh dan Risa hanya tersenyum memandanginya. Sesekali Kiki menjawab sapaan jemaat yang lalu lalang. Benar dugaan Risa. Baru 19 sudah bekerja, Kiki bukan anak orang berada. Ayahnya meninggal. Sama seperti Rere. Ah...Rere lagi.

*******

Celoteh Kiki terhenti saat ponsel Risa berdering. Dari deringnya Risa tau itu adalah Caca. "Bentar ya" pamitnya pada Kiki. Kiki hanya mengangguk mengiyakan. "Ya, Ca?" lalu didengarnya suara sesenggukan Caca.
"......................"
"Aq pulang sekarang." Risa menutup sambungan dan kembali kepada Kiki.
"Dek, gw cabut dulu ya. Lu udah ada temen kan?" tanyanya lembut.
Kiki mengangguk "Iya, kakaaaakkk."
Tiba tiba kedua tangannya menempel pada kedua pipi Risa dan menekannya. Jelek banget sumpah pasti. Risa mengumpat.
"Ati ati di jalan kak" pesan Kiki sambil menguyek uyek pipi Risa. Ge gendutan ya? tanyanya dalam hati.
"Dih kirain mo dicium" Risa mencebik. "Yeee....maunyaaaaaa" Kiki tertawa. "Emang mau" tantang Risa.
Kiki tertawa dan melambaikan tangannya."Jumpa besok dek" Risa mengusap sebentar pipi kiri Kiki membuat sang pemilik tersenyum senang.

Risa segera berbalik dan berlari secepat yang ia mampu menuju apartemennya. Caca sedang tidak baik  dari tangisnya. "Hiksss....aku di kamar kamu" sedu Caca.
"Cepat pulang....huhuhuhu" tambahnya.
Risa kini sudah di dalam lift dengan nafas kembang kempis. Dia berjanji akan menjitak Caca kalo ternyata bukan hal yang serius.
Tiba di depan pintu apartemennya dia menempelkan jempolnya pada sensor di dekay handle.
"Ca......?" serunya saat memasuki ruang tamu. Tak ada Caca.
Risa menuju kamarnya dan benar. Caca tengkurap dengan tissue bekas bertebaran. Persis sinetron.
Perlahan dihampiriny Caca
"Ca....?" Risa merangkak di atas tempat tidurnya. Caca yang menyadari kehadiran Risa segera bangkit dan menubruk Risa.
"Huwaaaaaaa.....Beb.......Valdo......" dan Risa tau bahwa dia tidak perlu menjitak Caca.

First girlfriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang