Pagi

16K 161 2
                                    

"Oahmm....." masih dengan mata terpejam Risa memaksa dirinya turun dari tempat tidurnya. Seperti biasa dia ingin bermalas malasan. Namun kali ini dia tidak bisa lebih lama lagi bermanja manja dengan ranjang mewahnya.

Pagi ini Risa harus mengikuti ospek di kampusnya. Yeah. Meski dia adalah seorang wanita lajang 30 tahunan, dia masih belum menyandang predikat seorang sarjana. Pemilik hotel sekaligus apartemen kelas atas itu terlalu lama terjebak dalam kegemarannya menumpuk batangan emas dan deretan panjang angka yang menggambarkan kemakmuran.

" I don't like my mind right now....." lantunan lagu Linkin Park berjudul Heavy memaksa wanita itu , well memang tidak bisa lagi disebut gadis, melek dan celingukan mencari ponselnya.

"Iya....." sahutnya malas setelah membaca nama yang tertera.
"..........."
"ude nih barusan" balasnya kepada orang yang menyuruhnya bangun dari seberang lautan disana.
".............................."
"iya.....ini mo mandi" Risa mematikan sambungan.
Menyeret gontai langkahnya ke kamar mandi.
Pagi yang biasanya dia gunakan bermalasan hingga pukul 8, kali ini harus rela dihancurkan oleh kewajibannya sebagai mahasiswa baru.

*******

"mau kita aja kak yang dateng?" sekretarisnya menawarkan. Rere tau Risa sebenarnya setengah hati menempuh pendidikan lagi. Tapi apa yang dialami bosnya 2 bulan lalu membuat Rere mendukung dengan semangat rencana Risa untuk kuliah.
"Santai....kan gw juga belon pernqh ngikut ospek. Ntar kalo gw bosen gw bilang lo yak." Risa menghadiahkan senyum manisnya untuk tawaran Rere.
"Yaud......." Brakkk!!!!! ucapan Rere terputus oleh teriakan lebay seorang gadis, Caca.
"Bebeeeeeeeebbbbb.....yuhuuuu" sahabat Risa itu melenggang santai ke meja kerja Risa dengan disambut senyum sayang dari wanita itu.
"Ayok berangkat ah. Udah jam berapa ini. Mo ospek koq masih kerja" bibir Caca berlipstik nude itu maju membuat Risa terkikik geli melihatnya.
Rere yang masih berada disitu menimpali.
"Kak Caca nganter Kak Risa?"
"Nggak. Ikut dia juga koq, Re." Risa nyengir mendengarnya.
"Jadi nanti yang terima proposal renovasi ballroom siapa? Trus yang ketemu Pak Andre siapa? Kan Rere hari ini mo antar Ibu."
"Ah iya." Risa menepuk kepalanya.
"Ya udah biar aku aja yang ketemu Pak Andre" Caca mengalah.
"makasih kak Caca." Rere girang mendengarnya.
" Re, minta Bambang antar kamu. Sekalian minta jemput dia nanti pulang dari rumah sakit."
"Nggak kak Risa, aku......"
"Nggak usah dibantah. Kalo aku gw cek Bambang dia ga antar jemput lo, gw pecat dia."ancam Risa.
"Jangaaaaann.....iya iya ish....." Rere keluar dari ruang kerja Risa dengan ngedumel. Caca yang melihatnya hanya ngakak dengan centil.
Setelah Rere meninggalkan ruangan Caca mengintari meja kerja Risa dan duduk di atas pangkuannnya.
"Beb, ga apa nih aq ga ikut?" Caca melingkarkan lengannya ke leher Risa .
"Heem" Risa hanya menggumam sambil tangan kirinya membelai belai punggung Rere yang tertutup kemeja tipis. Sedang tangan kanannya bertengger di atas paha Caca. Usia Caca yang lebih muda 4 tahun darinya membuat Caca lebih suka bermanja manja kepadanya. Sedang Risa? Ya senang saja setiap Caca gelendotan padanya.
"Yaudah aku ketemu Pak Andre tapi kamu yang ketemu pihak renov ya. Bisakan?" Risa mengangguk. "Jam 11 ga apa?" Risa memastikan.
"bisa. ntar aq suruh Ria dateng jam 11." Ria adalah perwakilan dari pihak yang akan mengajukan proposal renovasi ballroom siang nanti.
"Yux ah aku anter. " Caca beranjak dari pangkuan Risa.
"Cuman dibawah doank elaah." Caca terbahak. "untung ya ospek kamu diadain di hotel kamu sendiri. Osek apaan tuh di hotel."Caca mencibir.
" Seminar neng, seminar. Kan dah ga jaman ospek panas panasan" Risa membalas Caca sambil bangkit dari kursinya lalu mengulurkan tangan kanannya kepada gadis itu. Tersenyum manis Caca menyambut dan menggandeng posessif Risa.
"kok belum jalan?" Risa mengernyit melihat Rere masih berada di mejanya. "Dikit lagi kakak. Ibu msih
siap siap. " Rere menjwab sambil tersenyum. Satu titik di atas sudut bibir kirinya terbentuk saat dia tersenyum. Dan Risa suka melihatnya.
"Ya udah kita duluan ya Re." Caca menyeret Risa untuk segera turun ke ballroom. Rere mengangguk dan menatap pelukan Caca pada lengan Risa dengan sendu. Dia rindu lengan Risa memeluknya.


First girlfriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang